KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas ke
hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya kita
dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan nikmatnya
selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin. Yang kedua kalinya tak
lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul rasul wa khotimul anbiya’
Muhammad shallallah alaihi wasallam
yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat
merasakan manisnya Islam.
Dan saya haturkan banyak
terima kasih kepada para dosen, terutama untuk dosen pengampu mata kuliah
Perkembangan Hewan bapak Ali Haris, M. Pd. serta pihak-pihak terkait,
kakak-kakak tingkat dan rekan-rekan sekalian atas segala bimbingan dan
pengajarannya sehingga akhirnya makalah Perkembangan Hewan ini dapat
diselesaikan.
Kritik serta saran yang
membangin dari para pembaca yang budiman sangat kami harapkan guna
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat memberikan mamfaat bagi kita semua dan kami dari penyusun memohon
maaf apabila ada suatu khilaf atau kesalahan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan
embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami
pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik. Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan
sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi.
Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan
akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Fase
embryogenesis ini dibagi menjadi 2, yaitu fase embrionik dan pasca embrionik.
Fase embrionik merupakan fase pembentukan embrio dari zigot sampai ke tahap
gastrula, sedangkan fase pasca embrionik merupakan fase yang berlaku dari menetasnya
telur atau melahirkannya hewan sampai tumbunya individu dewasa baru (berlaku
setelah fase embrionik).
Ilmu
yang mempelajari tentang segmentasi dan blastulasi pada mahluk hidup secara
mendalam disebut dengan embriologi. Selain untuk mengetahui proses perkembangan
kita sebelum dilahirkan dan bagaimana asal muasal terbentuknya manusia, mamfaat
lain ilmu embriologi adalah (1) melacak taksa suatu hewan, (2) membantu mencari
bukti-bukti adanya evolusi, (3) memecahkan masalah kelainan anatomis, (4)
membantu program keluarga berencana, (5) kemungkinan pengendalian kanker atau
kemungkinan penyembuhannya, (6) membantu mempersiapkan penyediaan sumber daya
manusia yang berkualitas.
Diharapkan dengan
adanya makalah ini, penyusun dan pembaca dapat lebih mengetahui terkait dengan blastulasi
dan segmentasi, baik yang berkaitan dengan proses, ciri-ciri yang dimiliki,
macam-macam, pola, bidang dan sifat dari blastulasi dan segmentasi. Selain itu
penyusun juga berharap dengan adanya makalah ini, penyusun dapat mengambil
andil dalam mengaktualisasikan UUD 1945 tentang bagaimana cara mencerdaskan
generasi bangsa sehingga tercipta negara yang makmur dan sejahtera.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan segmentasi?
2. Apa saja ciri-ciri yang dimiliki oleh segmentasi?
3. Bagaimana bentuk bidang segmentasi?
4. Apa saja jenis-jenis dari segmentasi?
5. Apa saja sifat-sifat dari proses segmentasi?
6. Apa saja pola-pola dari segmentasi?
7. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi pola pembelahan?
8. Apakah yang dimaksud dengan blastulasi?
9. Apa saja tipe- tipe blastulasi?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari segmentasi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari segmentasi.
3. Untuk mengetahui bidang segmentasi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari segmentasi.
5. Untuk mengetahui sifat-sifat dari proses segmentasi.
6. Untuk mengetahui pola-pola segmentasi.
7. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pola
pembelahan.
8. Untuk mengetahui pengertian blastulasi
9. Untuk mengetahui tipe-tipe blastulsi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Segmentasi
Proses
pembelahan terjadi pada awal kehidupan suatu individu. Proses pembelahan ini
merupakan pembelahan sel blastomer tanpa disertai dengan pertambahan massa sel.
Sehingga terjadi proses pembelahan sel tanpa diikuti oleh pertumbuhan sel atau
ekspresi gen. Pembelahan atau cleavage
atau juga disebut segmentasi, terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah
berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil. Sel ini disebut
blastomer. Pembelahan itu dapat meliputi seluruh bagian, dapat pula hanya pada
sebagian kecil zigot. Pembelahan ini teriadi secara mitosis, meskipun terkadang
iuga diikuti pembelahan inti yang terus menerus tanpa diikuti sitoplasma.[1]
Ketika
fertilisasi, seluruh sel spermatozoa menembus dinding sel telur dan masuk ke
dalam sitoplasma sel telur. Menurut Poernomo et al. (2004) bagian ekor dan
lehernya ikut masuk ke dalam sel telur, meskipun belum diketahui manfaatnya.
Selanjutnya, inti sel (nukleus) telur dan inti sel sperma membentuk pronukleus
betina dan pronukleus jantan. Kedua pronukleus tersebut mengadakan fusi di
bagian tengah sel telur pada daerah yang disebut titik Amphigoni. Setelah
bersatu, sel ovum yang awalnya haploid berubah menjadi zigot yang diploid.
Selanjutnya sambil bergerak ke arah uterus (rahim), zigot membelah
berkali-kali. Zigot membelah diri menjadi 2, 4, 8, 16, dan seterusnya.[2]
Menurut Yatim (1990) pada manusia pembelahan terjadi secara
holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak
sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot membelah
menjadi dua sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel dan
seterusnya terus-menerus hingga terbentuk blastomer yang terdiri dari 60-70
sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula. Zigot membelah berulang kali
sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu
biasa meliputi seluruh bagian. Biasa pula hanya sebagian zigot. Pembelahan ini
terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot
mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel. Disebut bidang pembelahan.
Ada empat macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertikal, ekuator dan
latitudinal.
Zigot
memiliki 2 kutub yaitu kutub animal dan kutub vegetal. Animal
pole, sel-sel yang terdapat di dalamnya disebut mikromer dan banyak
mengandung sitoplasma. Vegetal pole, sel-sel yang terdapat di dalamnya disebut
makromer dan banyak mengandung yolk yang berfungsi sebagai sumber makanan bagi
sel-sel yang sedang membelah. Peranan zigot dalam pembelahan sangatlah penting
karena zigot adalah bahan dasar yang menyebabkan pembelahan itu terjadi,
sehingga organism multiseluler ini bisa terbentuk.
Disimpulkan
bahwa cleavage merupakan proses pembelahan sel paling awal dan teratur setelah
fertilisasi selesai yang dialami oleh sel tunggal zigotik menuju proses
kedewasaan. Cleavage ini menciptakan embrio multiseluler atau blastula
dari zigot. Pembelahan atau cleavage juga disebut segmentasi dan proses
pembelahannya diaktivasi oleh enzim MPF, dengan pembelahan tersebut zigot yang
mulanya uniseluler berubah menjadi multiseluler.
(Gambar 1.1. Pembelahan sel dari uniseluler
(zigot) menjadi multiseluler (blastomer)
B.
Ciri-Ciri Segmentasi
Menurut Balinsky, pembelahan sel memilki beberapa ciri diantaranya:
1.
Zygot
ditransformasi melalui serangkaian pembelahan mitosis dari keadaan uniselluler
ke multiselluler.
2.
Ukuran
embrio relatif tidak bertambah.
3.
Bentuk
umum embrio tidak berubah kecuali terbentuknya rongga blastocoel.
4.
Transformasi
dari bagian subtansi sitoplasma menjadi subtansi inti Perubahan-perubahan
kualitatif komposisi telur terbatas.
5.
Bagian-bagian
utama sitoplasma telur tidak digantikan dan tetap pada posisi yang sama seperti
telur pada awal pembelahan.
6.
Rasio
sitoplasma inti pada awal pembelahan sangat rendah, dan pada akhirnya hampir
sama dengan rasio sel somatik.
Pembelahan
zygot berbeda dengan pembelahan mitosis biasa yang berlangsung pada stadium
lanjut perkembangan dan pada organisme dewasa. Pada stadium lanjut
perkembangan, sebelum sel membelah mereka mengalami perubahan ukuran kira-kira
sama dengan ukuran sel sebelum membelah. Jadi pada stadium lanjut perkembangan
atau pada organisme dewasa ukuran sel rata-rata dipelihara pada setiap
jaringan. Selama pembelahan zygot, urutan pembelahan blastomer tidak dipisahkan
oleh pertumbuhan, dalam hal ini ukuran blastomer-blastomer tidak meningkat
hingga pembelahan berikutnya dimulai. Akibatnya setiap pembelahan menghasilkan
blastomer-blastomer dengan ukuran setengah dari blastomer asal. Jadi pembelahan
zygot dimulai dari suatu sel yang ukurannya amat besar, dan berakhir dengan
sejumlah sel dengan ukuran yang kecil. Dengan demikian berbeda dengan sel-sel
yang telah berdifferensiasi pada organisme dewasa, sebab differensiasi selluler
biasanya diiringi dengan peningkatan ukuran sel.[3]
C.
Bentuk Bidang Segmentasi
Selama proses
pembelahan, bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami
pembelahan berbeda-beda. Ada empat macam bidang pembelahan, yaitu:
1.
Meridian, bidang pembelahan yang melewati poros
kutub, yang mengakibatkan dihasilkannya dua blastomer dengan ukuran yang sama.
(Gambar 1.2. Bidang
Meridian)
2.
Vertikal, bidang pembelahan yang cenderung
lewat tegak sejak dari animal pole sampai vegatal pole.
(Gambar 1.3. Bidang
Vertikal)
3.
Ekuator, bidang pembelahan yang tegak lurus
dengan animal pole-vegatal pole. Bidang pembelahan ini membelah
embrio menjadi empat anakan dan empat blastomer vegetal.
(Gmabar 1.3. Bidang
Ekuator)
4.
Lotitudinal, bidang pembelahan yang mirip
dengan bidang ekuator, tetapi terjadi sejajar.
(Gambar 1.4. Bidang Lotitudinal)
D.
Jenis-Jenis Segmentasi
Macam – macam pembelahan ada 3, yaitu :
1.
Holoblastik,
pembelahan mengenai seluruh daerah zigot. Terdapat pada telur homolecithal dan
medio lecithal. Dibedakan menjadi 2, yaitu:
(Gambar 1.5. Jenis
Holoblastik)
a.
Holoblastik
Teratur (equal)
Merupakan pembelahan
yang berlangsung secara teratur baik dalam bidang pembelahan maupun tahap –
tahap pembelahan. Terdapat pada Asterias (bintang laut), Amphioxus, dan Anura
(katak).
Pembelahan melewati
bidang meridian saling tegak lurus terbentuk 4 sel yang sama besar, kemudian
melewati bidang latitudinal, diatas bidang ekuator. Terbentuk 8 sel, 4 sel
sebelah atas lebih kecil yang disebut micromere, dan 4 sel sebelah bawah
disebut macromore. Pembelahan keempat lewat bidang- bidang meridian yang secara
serantak membagi dua ke delapan sel. Terbentuklah 16 sel yang terdiri dari 8
micromore dan 8 macromore. Setelah itu pembelahan melewati bidang latitudianal,
atas dan bawah didang ekuator secara serantak.
b.
Holoblastik
yang Tidak Teratur (unequal)
Merupakan pembelahan
yang tidak sama masa pembelahanya terjadi pada berbagai zigot. Terdapat pada
mamalia. Pembelahan melalui bidang latitudinal sedikit diatas ekuator. Membagi
zigot menjadi 2 sel yang satu sebelah kutub animal lebih kecil. Kemudian
pembelahan yang selanjutnya melewati bidang meridian, tetapi hanya berlangsung
pada micromere kutub vegetal. Terjadilah tingkat 3 sel kemudian menyusul
micromere, lewat bidang meridian juga.
Terbentuklah tingakat 4 sel. Terjadi
pembelahan pada salah satu macromere sehingga tertbentuk tingkat 5 sel dan 6
sel. Salah satu micromere membelah terbentuk tingkat 7 sel dan satu lagi
membentuk tingkat 8 sel. Pembelahan selanjutnya tidak serentak, dan akhirnya
terbentuk blastomere yang terdiri dari 60-70 sel yang berupa gumpalan masif,
disebut morula.
(Gambar
1.6. Jenis Holoblastik Equal dan Unequal)
2.
Meroblastik,
pembelahan yang hanya pada zigot di sebagian kecil kutub animal, yakni bagi
seluru germinal disc dan mengenai sedikit yolk. Pembelahan diawali melalui
bidang meridian sehingga terbentuklah tumpukan sel di daerah germinal disc yang
dari sekitar 8 sel ditengah dan 12 sel dipinggir sel tengah masih berhubungan
dengan yolk dibawah, sedang sel yang di pinggir sebagian besar sudah lepas
dasri yolk kecuali daerah tepi sekali. Pada saat ini telur mencapai uterus, dan
sudah dilapisi oleh albumen dan shell.
(Gambar
1.7. Jenis Meroblastik)
3.
Perantaraan
Holo dan Meroblastik, yaitu pembelahan yang tak seluruhnya mencapai ujung kutub
vegetal, tedapat pada telur megalesital.
(Gambar
1.8. Jenis Perantara Holo dan Meroblastik)
E.
Sifat-Sifat Segmentasi
Berikut
merupakan sifat-sifat dari segmentasi:
1. Daerah deutoplasma yang
padat (lapisan yolk) sukar dilewati pembelahan. Karena itu pembelahan hanya
berlangsung di daerah germinal disc pada telur megalecithal.
2. Bidang ekuator serat
gelendong tiap segmentasi selalu terletak di medial.
3. Habis pembelahan
kedua, sel anak yang terjadi sama besar.
F.
Pola-Pola Segmentasi
Berdasarkan simetri dan tipe
pembelahannya, pembelahan pada zygot dapat dikelompokkan menjadi:
1.
Pembelahan
Radial Holoblastik
(Gambar
1.9. Pembelahan Radial Holoblastik)
Pembelahan radial holoblastik adalah pembelahan
dimana blastomer-blastomer yang terdapat pada bagian kutub anima telur terletak
tepat di atas blastomer yang ada pada bagian vegetatif, sehingga pola blastomer
adalah radial simetris, misalnya pembelahan pada echinodermata dan amphioxus.
2.
Pembelahan
Spiral Holoblastik
(Gambar
1.10. Pembelahan Spiral Holoblastik)
Pembelahan spiral holoblastik dijumpai
pada annelida, turbellaria, dan semua jenis molluska kecuali cephalopoda. Pada
pembelahan spiral, orientasi spindel mitosis bukan paralel atau tegak lurus
dengan sumbu anima-vegetatif telur, tetapi orientasinya adalah miring sehingga
blastomer-blastomer yang dihasilkan tidak terletak tepat di atasatau di bawah
blastomer-blastomer yang lain. Akibat bergesernya posisi dari spindelmitosis,
menyebabkan sel-sel blastomer bagian atas berada di atas pertemuan duablastomer
yang berada di bawahnya. Pada pembelahan spiral dikenal dua tipe yaitu
pembelahan dekstral danpembelahan sinistral. Pembelahan disebut dekstral
apabila arah putaran spiran searah dengan jarum jam, dan disebut sinistral
apabila arah putaran spiran berlawanan dengan arah jarum jam.
3.
Pembelahan
Bilateral Holoblastik
(Gambar 1.11.
Pembelahan Bilateral Holoblastik)
Pembelahan bilateral holoblastik dijumpai
terutama pada ascidian (tunicata) dan nematoda. Pada tipe pembelahan ini, dua
dari empat blastomer yang dihasilkan dari dua kali pembelahan berukuran lebih
besar dari dua sel lainnya, sehingga membentuk sebuah bidang bilateral
simetris. Pada pembelahan pertama, menghasilkan dua se lyang tidak sama besar.
Sel yang besar diberi notasi sel AB, sedangkan sel-sel yang lebih kecil diberi
notasi Pi. Kedua sel kemudian membelah secara simultan pada bidang yang saling
tegak lurus, menghasilkan empat belastomer dalam bentuk sepertu huruf T.
Susunan blastomer yang berbentuk huruf T berubah menjadi suatu bentuk rhomboid.
Pembelahan ketiga menyebabkan susunan blastomer semakin bilateral simetris.Dua
blastomer yang berukuran besar membelah membentuk dua blastomer lainnya di sisi
kiri dan kanan sel blastomer tersebut, sedangkan dua blastomer lainnya
membentuk suatu kelompok empat sel yang letaknya saling membelakangi.Pada
ascaris (nematoda), blastomer-blastomer menunjukkan bagian-bagian yang khusus
dari embrio. Bagian A, B, dan C membentuk kulit hewan, blastomer D membentuk
endoderem dan saluran pencernaan, blastomer membentuk mesoderem dan stomodeum,
dan blastomer P3 pada akhirnya menghasilkan sel-sel reproduksi.
4.
Pembelahan
Rotasional Holoblastik
(Gambar 1.12.
Pembelahan Rotasional Holoblastik)
Pembelahan rotasional holoblastik dijumpai
pada mamalia, misalnya mencit dan manusia. Beberapa ciri-ciri pembelahan pada
mamalia adalah: (1) pembelahannya relatif lambat, (2) orientasi
blastomer-blastomernya adalah khas. Pembelahan pertama adalah pembelahan secara
ekuatorial. Pembelahan pada embrio mamalia berbeda dengan pembelahan pada
embrio lain, dimana pada pembelahan awal embrio mamalia tidak sinkron.
Blastomer-blastomer pada embrio mamalia tidak semua membelah pada waktu yang
sama. Jadi blastomer pada embrio mamalia tidak bertambah dari stadium 2 sel ke
4 sel, dan 4 sel menjadi 8 sel. Pada stadium 16 sel, embrio mencapai stadium
morula. Pada morula, blastomer-blastomer mensekresikan cairan internal untuk
pembentukan rongga blastocoel.
Transisi dari stadium morula ke
blastula ditandai dengan terjadinya dua perubahan yaitu:
a. Rongga blastula dengan
cepat mengalami pembesaran.
b. Terbentuknya tipe-tipe
sel yang berbeda di dalam embrio.
5.
Pembelahan
Diskoidal Meroblastik
(Gambar
1.13. Pembelahan Diskoidal Meroblastik)
Pembelahan diskoidal meroblastik dapat
dijumpai pada ikan, reptil dan burung. Pembelahan hanya berlangsung pada
blastodisk yang terdapat pada kutub anima telur, sedangkan yolk tidak turut
membelah.[4] Pada burung, pembelahan
berlangsung di dalam saluran reproduksi. Pada pembelahan pertama, blastodisk
membentuk dua blastomer yang tidak terpisah secara sempurna. Pembelahan kedua
tegak lurus pembelahan pertama, dan menghasilkan 4 blastomer yang juga tidak
terpisah secara sempurna. Pembelahan ketiga, dua bidang pembelahan simultan
sejajar dengan pembelahan pertama menghasilkan 8 blastomer. Pembelahan keempat
merupakan bidang pembelahan yang melingkar dan memotong semua bidang pembelahan
terdahulu. Pembelahan kelima adalah pembelahan radial, memotong bidang
pembelahan keempat dan menghasilkan blastomer-blastomer tepi yang juga tidak
terpisah secara sempurna. Sedangkan pembelahan selanjutnya sukar diikuti.
6.
Pembelahan
Superfisial Meroblastik
(Gambar 1.14 Pembelahan
Superfisial Meroblastik)
Pembelahan superficial meroblastik dapat
dijumpai pada serangga dan arthropoda lainnya. Inti zigot pada bagian tengah
telur membelah secara mitosis beberapa kali tanpa diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Pada Drosophila sp dihasilkan inti sebanyak 256. Inti-inti tersebut
dinamakan energid. Energid-energi selanjutnya bermigrasi ke bagian tepi telur.
Masing-masing inti dikelilingi oleh sebagian kecil sitoplasma asal. Embrio pada
saat ini disebut stadium Syntial blastoderm. Massa sitoplasma pada bagian
tengah telur menjadi hancur dan hilang. Inti yang bermigrasi ke bagian
posterior telur kembali ditutupi oleh membran sel yang baru untuk membentuk
pole cell pada embrio. Sel-sel tersebut kelak akan menjadi sel kelamin pada saat
dewasa. Setelah pole cell terbentuk, membran oosit melipat kedalam diantara
inti, sehingga pada akhirnya setiap inti menjadi satu sel tunggal dan menghasilkan
blastoderm seluler.[5]
G.
Factor-Faktor yang
Mempengaruhi Pola Pembelahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
pembelahan sel diantaranya:
1.
Jumlah
dan distribusi yolk, yolk akan mempengaruhi polaritas pada zigot yang
mengakibatkan pembelahan menjadi tidak sempurna. Sel telur yang mengandung
kuning telur yang banyak dan persebarannya tidak merata akan menyebabkan
terhalangnya pembelahan sel. Contohnya pada sel telur burung yang memiliki
kuning telur yang berlimpah, maka pembelahan selnya hanya terjadi pada satu
kutub yaitu animal pole, akibatnya blastomere yang dihasilkan ukurannya tidak
seragam dan akan berdampak pada letak blastocoels dari spesies hewan tersebut.
2.
Adanya
sitoplasma (ribosom dan sentriol), yang sangat berpengaruh terhadap pembelahan
sel. Pada beberapa zigot hewan-hewan multiseluler sitoplasma juga terdapat pada
satu kutub zigot (animal pole), sehingga pembelahan sel pada kutub ini berjalan
lebih cepat jika dibandingkan dengan kutub yang lain (vegetal pole).
H.
pengertian
Blastulasi
Blastulasi
merupakan proses pembentukan blastula. Blastula dapat dibedakan dari morula,
karena blastula memiliki suatu ruangan yang disebut Blastosul. Berdasarkan ada
atau tidaknya blastosul, maka dapat dibedakan atas:
1).
Blastula berongga (suloblastula) yang terdapat pada blastula katak dan
Amphioxus, d,an
2).
Blastula tidak berongga (stercoblastula) yang terdapat Pada blastula ikan dan
Amphibia.
Lapisan
blastomer yang mengelilingi blastosul terdiri atas satu lapis atau lebih.
Berdasarkan ada tidaknya sel tropoblas, blastula dapat dibedakan atas blastula
bertropoblas yang terdapat pada blastula reptil aves dan mamalia,; serta
blastula tidak bertropoblas yang terdapat pada blastula katak dan Amphioxus. Pada
blastula bertropoblas dapat dibedakan dua macam sel, yaitu formatiae cells (sel
utama), yaitu sel yang nantinya akan membentuk sel tubuh embrio, dan
auxiliaryltropoblas (sel pelengkap), yaitu sel yang berfungsi sebagai selaput
pelindung dan merupakan jembatan penghubung antara induk dan embrio. sel tropoblas
berkembang lebih awal daripada sel utama. Pada blastula embrio unggas, sel
utama terletak di bagian tepi berbentuk seperti cakram yang disebut
Diskoblastula. pada fase blastula dikenal istilah potensi, yaitu kesanggupan
sel untuk berdiferensiasi. Ibtipoten adalah kesanggupan blastomer untuk
berdiferensiasi secara luas.
Blastula
ditetapkan berdasarkan derajat pengurangan intensitas warna' Pusat kegiatan
tumbuh suatu bagian blastula ditandai oleh kegiatan metabolisme yang tinggi
atau sebaliknya, yaitu kegiatan metabolisme suatu bagian embrio merupakan
petuniuk bagi kegiatan perkembangan. Pada sel telur urachin terdapat dua faktor
yang berinteraksi antagonis.
Untuk mencapai normal perkembangan, maka kedua
faktor tersebut berada dalam kesetimbangan. Sebaran kegiatan faktor tersebut
disebut gradien. Arah gradien kutub animalberlawanan dengan kutub vegetal yang
dikenal dengan gradien animal dan gradien vegetal. Kesetimbangan gradien dapat
dipengaruhi oleh bahan kimia yang dapat menekan salah satu gradien kutub. Bila
gradien animal yang ditekan oleh bahan kimia (sePerti Satarn lithium, natrium
azitle, dinitrophenol), maka terjadi vegetalisasi embrio (embrio lebih
berkembang di kutub vegetal). Ion llllriurri menekan konsumsi peningkatan
oksigen yang terjadi pada awal gastrulasi, sedang azlde mengaktivasi sistem
sitokrom oksidase dan dinitrophenol mengganggu pernafasan dengan mencegah
fosforisasi oksidatit yaitu pembentukan ikatan-ikatan kaya energi antara asam
fosfor dan adenosin diphosphat. Bahan kimia yang menekan perkembangan kutub
vegetal sehingga kutub animal lebih berkembang (animalisasi), seperti seng
(Zn), air raksa (Hg), tripsin, khimotripsin, zat warna yang mempunyai gugus
sulfonik (HSO3) seperti eaans blueltrypan bluelcongo red atav yal:.1 mempunyai
gugus karboksil (COOH), seperti uranin dan rose bengal.[6]
I.
Tipe
Blastula
1.
Coeloblastula
dibentuk telur isolesital yang mengalami cleavage radial.
Coeloblastula merupakan blastula yang
berbentuk bundar yang umumnya memiliki ovum yang bertipe homolesital dan mediolesital.
Kedua macam telur ini umumnya akan membentuk balstomer dengan pembelahan yang
holo blastikequal dengan tipe pembelahan
radial. Dengan demikian sel-sel yang menyusun blastula ini terdiri dari blastomer
yang ukurannya sama besar. Blastula dengan tipe coeloblastula ini umumnya
mempunyai rongga pada bagian tengah yang disebut dengan blastosoel.
2.
Stereoblastula
dibentuk dari cleavage spiral
Stereoblastula adalah Blastocoel berukuran
sangat kecil, blastomere dengan jumlah yan sangat sedikit tetapi memiliki
ukuran yang besar. Merupan hasil dari pembelahan spiral. Contohnya pada
beberapa moluska.
3.
Discoblastula
terjadi pada cleavage meroblastic
Discoblastula yaitu blastula yang
berbentuk gepeng atau disebut juga blatula cakram, berasal dari telur telolecithal
yang mengalami pembelahan meroblastik. Tipe blastula ini tampak pada animal
pole dan berbentuk cakram gepeng yang terdiri atas banyak lapisan yang dipisah
dengan kuning telur oleh ruang sempit yang disebut dengan subgermibal cavity.
Contoh pada reptil dan aves
4.
Periblastula
dibentuk dari telur centrolecithal
Peribastula Tipe blastula yang ditemukan
pada jenis serangga. Tipe telur sentrolesital. Blastula ini tidak mempunyai
rongga. Berikut dibawah ini gambar tipe-tipe blastulasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan untuk makalah yaitu
Segmentasi adalah Proses pembelahan terjadi pada
awal kehidupan suatu individu. Proses pembelahan ini merupakan pembelahan sel
blastomer tanpa disertai dengan pertambahan massa sel. Sehingga terjadi proses
pembelahan sel tanpa diikuti oleh pertumbuhan sel atau ekspresi gen. Pembelahan
atau cleavage atau juga disebut
segmentasi, terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali sampai
terdiri dari berpuluh sel kecil. Sel ini disebut blastomer. Pembelahan itu
dapat meliputi seluruh bagian, dapat pula hanya pada sebagian kecil zigot.
Pembelahan ini teriadi secara mitosis, meskipun terkadang iuga diikuti
pembelahan inti yang terus menerus tanpa diikuti sitoplasma
Blastulasi
merupakan proses pembentukan blastula. Blastula dapat dibedakan dari morula,
karena blastula memiliki suatu ruangan yang disebut Blastosul. Pada blastula
bertropoblas dapat dibedakan dua macam sel, yaitu formatiae cells (sel utama),
yaitu sel yang nantinya akan membentuk sel tubuh embrio, dan
auxiliaryltropoblas (sel pelengkap), yaitu sel yang berfungsi sebagai selaput
pelindung dan merupakan jembatan penghubung antara induk dan embrio. sel
tropoblas berkembang lebih awal daripada sel utama. Pada blastula embrio
unggas, sel utama terletak di bagian tepi berbentuk seperti cakram yang disebut
Diskoblastula. pada fase blastula dikenal istilah potensi, yaitu kesanggupan
sel untuk berdiferensiasi. Ibtipoten adalah kesanggupan blastomer untuk
berdiferensiasi secara luas,
B.
Saran
Terimakasih
untuk dosen pembimbing yang telah memberikan tugas makalah ini, dan semoga
dengan makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan pelajaran untuk kami
sebagai penyusun makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Balinsky.
1976. An Introduction to Embryology. W.B. Saunders. Co.
Philadelphia.
Gilbert.
S.F. 1985. Development Biology. Sinauer Ass. Publ. Sunderland. Massacussetts.
Poernomo, Bambang. 2017. Teratologi pada Hewan dan Ternak. Surabaya:
Airlangga University Press.
LAMPIRAN
[1] Bambang Poernomo, Teratologi pada Hewan dan Ternak, Surabaya: Airlangga University
Press, 2017,
hlm. 5
[2] Ibid.
[3]
Balinsky,
An
Introduction to Embryology. W.B. Saunders, Co. Philadelphia, 1976.
[4] Gilbert, S.F., Development Biology,
Sinauer Ass. Publ. Sunderland, Massacussetts, 1985.
[5] Ibid
[6]
Dr. Bambang Poernomo
Soenardirahardjo drh., M.S..2017. teratologi. Airlangga. surabaya
0 comments:
Post a Comment