Sunday 3 January 2021

L. Edwin Arwana: Makalah Segmentasi dan Blastulasi

 

Makalah Perkembangan Hewan

 

“SEGMENTASI DAN BLASTULASI”

Dosen Pengampu: Ali Haris, M. Pd.

 

 










KATA PENGANTAR

 

Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin. Yang kedua kalinya tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul rasul wa khotimul anbiya’ Muhammad shallallah alaihi wasallam yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat merasakan manisnya Islam.

Dan saya haturkan banyak terima kasih kepada para dosen, terutama untuk dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Hewan bapak Ali Haris, M. Pd. serta pihak-pihak terkait, kakak-kakak tingkat dan rekan-rekan sekalian atas segala bimbingan dan pengajarannya sehingga akhirnya makalah Perkembangan Hewan ini dapat diselesaikan.

Kritik serta saran yang membangin dari para pembaca yang budiman sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi kita semua dan kami dari penyusun memohon maaf apabila ada suatu khilaf atau kesalahan.

 

 

                   



 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Fase embryogenesis ini dibagi menjadi 2, yaitu fase embrionik dan pasca embrionik. Fase embrionik merupakan fase pembentukan embrio dari zigot sampai ke tahap gastrula, sedangkan fase pasca embrionik merupakan fase yang berlaku dari menetasnya telur atau melahirkannya hewan sampai tumbunya individu dewasa baru (berlaku setelah fase embrionik).

Ilmu yang mempelajari tentang segmentasi dan blastulasi pada mahluk hidup secara mendalam disebut dengan embriologi. Selain untuk mengetahui proses perkembangan kita sebelum dilahirkan dan bagaimana asal muasal terbentuknya manusia, mamfaat lain ilmu embriologi adalah (1) melacak taksa suatu hewan, (2) membantu mencari bukti-bukti adanya evolusi, (3) memecahkan masalah kelainan anatomis, (4) membantu program keluarga berencana, (5) kemungkinan pengendalian kanker atau kemungkinan penyembuhannya, (6) membantu mempersiapkan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas.

Diharapkan dengan adanya makalah ini, penyusun dan pembaca dapat lebih mengetahui terkait dengan blastulasi dan segmentasi, baik yang berkaitan dengan proses, ciri-ciri yang dimiliki, macam-macam, pola, bidang dan sifat dari blastulasi dan segmentasi. Selain itu penyusun juga berharap dengan adanya makalah ini, penyusun dapat mengambil andil dalam mengaktualisasikan UUD 1945 tentang bagaimana cara mencerdaskan generasi bangsa sehingga tercipta negara yang makmur dan sejahtera.

B.    Rumusan Masalah

1.    Apakah yang dimaksud dengan segmentasi?

2.    Apa saja ciri-ciri yang dimiliki oleh segmentasi?

3.    Bagaimana bentuk bidang segmentasi?

4.    Apa saja jenis-jenis dari segmentasi?

5.    Apa saja sifat-sifat dari proses segmentasi?

6.    Apa saja pola-pola dari segmentasi?

7.    Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi pola pembelahan?

8.    Apakah yang dimaksud dengan blastulasi?

9.    Apa saja tipe- tipe blastulasi?

C.    Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian dari segmentasi.

2.    Untuk mengetahui ciri-ciri dari segmentasi.

3.    Untuk mengetahui bidang segmentasi.

4.    Untuk mengetahui jenis-jenis dari segmentasi.

5.    Untuk mengetahui sifat-sifat dari proses segmentasi.

6.    Untuk mengetahui pola-pola segmentasi.

7.    Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pola pembelahan.

8.    Untuk mengetahui pengertian blastulasi

9.    Untuk mengetahui tipe-tipe blastulsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Segmentasi

Proses pembelahan terjadi pada awal kehidupan suatu individu. Proses pembelahan ini merupakan pembelahan sel blastomer tanpa disertai dengan pertambahan massa sel. Sehingga terjadi proses pembelahan sel tanpa diikuti oleh pertumbuhan sel atau ekspresi gen. Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi, terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil. Sel ini disebut blastomer. Pembelahan itu dapat meliputi seluruh bagian, dapat pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pembelahan ini teriadi secara mitosis, meskipun terkadang iuga diikuti pembelahan inti yang terus menerus tanpa diikuti sitoplasma.[1]

Ketika fertilisasi, seluruh sel spermatozoa menembus dinding sel telur dan masuk ke dalam sitoplasma sel telur. Menurut Poernomo et al. (2004) bagian ekor dan lehernya ikut masuk ke dalam sel telur, meskipun belum diketahui manfaatnya. Selanjutnya, inti sel (nukleus) telur dan inti sel sperma membentuk pronukleus betina dan pronukleus jantan. Kedua pronukleus tersebut mengadakan fusi di bagian tengah sel telur pada daerah yang disebut titik Amphigoni. Setelah bersatu, sel ovum yang awalnya haploid berubah menjadi zigot yang diploid. Selanjutnya sambil bergerak ke arah uterus (rahim), zigot membelah berkali-kali. Zigot membelah diri menjadi 2, 4, 8, 16, dan seterusnya.[2]

Menurut Yatim (1990) pada manusia pembelahan terjadi secara holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot membelah menjadi dua sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel dan seterusnya terus-menerus hingga terbentuk blastomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu biasa meliputi seluruh bagian. Biasa pula hanya sebagian zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel. Disebut bidang pembelahan. Ada empat macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertikal, ekuator dan latitudinal.

Zigot memiliki 2 kutub yaitu kutub animal dan kutub vegetalAnimal pole, sel-sel yang terdapat di dalamnya disebut mikromer dan banyak mengandung sitoplasma. Vegetal pole, sel-sel yang terdapat di dalamnya disebut makromer dan banyak mengandung yolk yang berfungsi sebagai sumber makanan bagi sel-sel yang sedang membelah. Peranan zigot dalam pembelahan sangatlah penting karena zigot adalah bahan dasar yang menyebabkan pembelahan itu terjadi, sehingga organism multiseluler ini bisa terbentuk.

Disimpulkan bahwa cleavage merupakan proses pembelahan sel paling awal dan teratur setelah fertilisasi selesai yang dialami oleh sel tunggal zigotik menuju proses kedewasaan. Cleavage ini menciptakan embrio multiseluler atau blastula dari zigot. Pembelahan atau cleavage juga disebut segmentasi dan proses pembelahannya diaktivasi oleh enzim MPF, dengan pembelahan tersebut zigot yang mulanya uniseluler berubah menjadi multiseluler.

(Gambar 1.1. Pembelahan sel dari uniseluler (zigot) menjadi multiseluler (blastomer)

B.    Ciri-Ciri Segmentasi

Menurut Balinsky, pembelahan sel memilki beberapa ciri diantaranya:

1.    Zygot ditransformasi melalui serangkaian pembelahan mitosis dari keadaan uniselluler ke multiselluler.

2.    Ukuran embrio relatif tidak bertambah.

3.    Bentuk umum embrio tidak berubah kecuali terbentuknya rongga blastocoel.

4.    Transformasi dari bagian subtansi sitoplasma menjadi subtansi inti Perubahan-perubahan kualitatif komposisi telur terbatas.

5.    Bagian-bagian utama sitoplasma telur tidak digantikan dan tetap pada posisi yang sama seperti telur pada awal pembelahan.

6.    Rasio sitoplasma inti pada awal pembelahan sangat rendah, dan pada akhirnya hampir sama dengan rasio sel somatik.

Pembelahan zygot berbeda dengan pembelahan mitosis biasa yang berlangsung pada stadium lanjut perkembangan dan pada organisme dewasa. Pada stadium lanjut perkembangan, sebelum sel membelah mereka mengalami perubahan ukuran kira-kira sama dengan ukuran sel sebelum membelah. Jadi pada stadium lanjut perkembangan atau pada organisme dewasa ukuran sel rata-rata dipelihara pada setiap jaringan. Selama pembelahan zygot, urutan pembelahan blastomer tidak dipisahkan oleh pertumbuhan, dalam hal ini ukuran blastomer-blastomer tidak meningkat hingga pembelahan berikutnya dimulai. Akibatnya setiap pembelahan menghasilkan blastomer-blastomer dengan ukuran setengah dari blastomer asal. Jadi pembelahan zygot dimulai dari suatu sel yang ukurannya amat besar, dan berakhir dengan sejumlah sel dengan ukuran yang kecil. Dengan demikian berbeda dengan sel-sel yang telah berdifferensiasi pada organisme dewasa, sebab differensiasi selluler biasanya diiringi dengan peningkatan ukuran sel.[3]

C.    Bentuk Bidang Segmentasi

Selama proses pembelahan, bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami pembelahan berbeda-beda. Ada empat macam bidang pembelahan, yaitu:

1.      Meridian, bidang pembelahan yang melewati poros kutub, yang mengakibatkan dihasilkannya dua blastomer dengan ukuran yang sama.

(Gambar 1.2. Bidang Meridian)

2.      Vertikal, bidang pembelahan yang cenderung lewat tegak sejak dari animal pole sampai vegatal pole.

(Gambar 1.3. Bidang Vertikal)

3.      Ekuator, bidang pembelahan yang tegak lurus dengan animal pole-vegatal pole. Bidang pembelahan ini membelah embrio menjadi empat anakan dan empat blastomer vegetal.

(Gmabar 1.3. Bidang Ekuator)

4.      Lotitudinal, bidang pembelahan yang mirip dengan bidang ekuator, tetapi terjadi sejajar.

(Gambar 1.4. Bidang Lotitudinal)

D.    Jenis-Jenis Segmentasi

Macam – macam pembelahan ada 3, yaitu :

1.    Holoblastik, pembelahan mengenai seluruh daerah zigot. Terdapat pada telur homolecithal dan medio lecithal. Dibedakan menjadi 2, yaitu:

(Gambar 1.5. Jenis Holoblastik)

a.      Holoblastik Teratur (equal)

Merupakan pembelahan yang berlangsung secara teratur baik dalam bidang pembelahan maupun tahap – tahap pembelahan. Terdapat pada Asterias (bintang laut), Amphioxus, dan Anura (katak).

Pembelahan melewati bidang meridian saling tegak lurus terbentuk 4 sel yang sama besar, kemudian melewati bidang latitudinal, diatas bidang ekuator. Terbentuk 8 sel, 4 sel sebelah atas lebih kecil yang disebut micromere, dan 4 sel sebelah bawah disebut macromore. Pembelahan keempat lewat bidang- bidang meridian yang secara serantak membagi dua ke delapan sel. Terbentuklah 16 sel yang terdiri dari 8 micromore dan 8 macromore. Setelah itu pembelahan melewati bidang latitudianal, atas dan bawah didang ekuator secara serantak.

b.      Holoblastik yang Tidak Teratur (unequal)

Merupakan pembelahan yang tidak sama masa pembelahanya terjadi pada berbagai zigot. Terdapat pada mamalia. Pembelahan melalui bidang latitudinal sedikit diatas ekuator. Membagi zigot menjadi 2 sel yang satu sebelah kutub animal lebih kecil. Kemudian pembelahan yang selanjutnya melewati bidang meridian, tetapi hanya berlangsung pada micromere kutub vegetal. Terjadilah tingkat 3 sel kemudian menyusul micromere, lewat bidang meridian juga.

Terbentuklah tingakat 4 sel. Terjadi pembelahan pada salah satu macromere sehingga tertbentuk tingkat 5 sel dan 6 sel. Salah satu micromere membelah terbentuk tingkat 7 sel dan satu lagi membentuk tingkat 8 sel. Pembelahan selanjutnya tidak serentak, dan akhirnya terbentuk blastomere yang terdiri dari 60-70 sel yang berupa gumpalan masif, disebut morula.

(Gambar 1.6. Jenis Holoblastik Equal dan Unequal)

2.      Meroblastik, pembelahan yang hanya pada zigot di sebagian kecil kutub animal, yakni bagi seluru germinal disc dan mengenai sedikit yolk. Pembelahan diawali melalui bidang meridian sehingga terbentuklah tumpukan sel di daerah germinal disc yang dari sekitar 8 sel ditengah dan 12 sel dipinggir sel tengah masih berhubungan dengan yolk dibawah, sedang sel yang di pinggir sebagian besar sudah lepas dasri yolk kecuali daerah tepi sekali. Pada saat ini telur mencapai uterus, dan sudah dilapisi oleh albumen dan shell.

(Gambar 1.7. Jenis Meroblastik)

3.      Perantaraan Holo dan Meroblastik, yaitu pembelahan yang tak seluruhnya mencapai ujung kutub vegetal, tedapat pada telur megalesital.

(Gambar 1.8. Jenis Perantara Holo dan Meroblastik)

E.     Sifat-Sifat Segmentasi

Berikut merupakan sifat-sifat dari segmentasi:

1.  Daerah deutoplasma yang padat (lapisan yolk) sukar dilewati pembelahan. Karena itu pembelahan hanya berlangsung di daerah germinal disc pada telur megalecithal.

2.  Bidang ekuator serat gelendong tiap segmentasi selalu terletak di medial.

3.  Habis pembelahan kedua, sel anak yang terjadi sama besar.

F.     Pola-Pola Segmentasi

Berdasarkan simetri dan tipe pembelahannya, pembelahan pada zygot dapat dikelompokkan menjadi:

1.    Pembelahan Radial Holoblastik

(Gambar 1.9. Pembelahan Radial Holoblastik)

Pembelahan radial holoblastik adalah pembelahan dimana blastomer-blastomer yang terdapat pada bagian kutub anima telur terletak tepat di atas blastomer yang ada pada bagian vegetatif, sehingga pola blastomer adalah radial simetris, misalnya pembelahan pada echinodermata dan amphioxus.

 

 

2.    Pembelahan Spiral Holoblastik

(Gambar 1.10. Pembelahan Spiral Holoblastik)

Pembelahan spiral holoblastik dijumpai pada annelida, turbellaria, dan semua jenis molluska kecuali cephalopoda. Pada pembelahan spiral, orientasi spindel mitosis bukan paralel atau tegak lurus dengan sumbu anima-vegetatif telur, tetapi orientasinya adalah miring sehingga blastomer-blastomer yang dihasilkan tidak terletak tepat di atasatau di bawah blastomer-blastomer yang lain. Akibat bergesernya posisi dari spindelmitosis, menyebabkan sel-sel blastomer bagian atas berada di atas pertemuan duablastomer yang berada di bawahnya. Pada pembelahan spiral dikenal dua tipe yaitu pembelahan dekstral danpembelahan sinistral. Pembelahan disebut dekstral apabila arah putaran spiran searah dengan jarum jam, dan disebut sinistral apabila arah putaran spiran berlawanan dengan arah jarum jam.

3.     Pembelahan Bilateral Holoblastik

(Gambar 1.11. Pembelahan Bilateral Holoblastik)

Pembelahan bilateral holoblastik dijumpai terutama pada ascidian (tunicata) dan nematoda. Pada tipe pembelahan ini, dua dari empat blastomer yang dihasilkan dari dua kali pembelahan berukuran lebih besar dari dua sel lainnya, sehingga membentuk sebuah bidang bilateral simetris. Pada pembelahan pertama, menghasilkan dua se lyang tidak sama besar. Sel yang besar diberi notasi sel AB, sedangkan sel-sel yang lebih kecil diberi notasi Pi. Kedua sel kemudian membelah secara simultan pada bidang yang saling tegak lurus, menghasilkan empat belastomer dalam bentuk sepertu huruf T. Susunan blastomer yang berbentuk huruf T berubah menjadi suatu bentuk rhomboid. Pembelahan ketiga menyebabkan susunan blastomer semakin bilateral simetris.Dua blastomer yang berukuran besar membelah membentuk dua blastomer lainnya di sisi kiri dan kanan sel blastomer tersebut, sedangkan dua blastomer lainnya membentuk suatu kelompok empat sel yang letaknya saling membelakangi.Pada ascaris (nematoda), blastomer-blastomer menunjukkan bagian-bagian yang khusus dari embrio. Bagian A, B, dan C membentuk kulit hewan, blastomer D membentuk endoderem dan saluran pencernaan, blastomer membentuk mesoderem dan stomodeum, dan blastomer P3 pada akhirnya menghasilkan sel-sel reproduksi.

4.     Pembelahan Rotasional Holoblastik

(Gambar 1.12. Pembelahan Rotasional Holoblastik)

Pembelahan rotasional holoblastik dijumpai pada mamalia, misalnya mencit dan manusia. Beberapa ciri-ciri pembelahan pada mamalia adalah: (1) pembelahannya relatif lambat, (2) orientasi blastomer-blastomernya adalah khas. Pembelahan pertama adalah pembelahan secara ekuatorial. Pembelahan pada embrio mamalia berbeda dengan pembelahan pada embrio lain, dimana pada pembelahan awal embrio mamalia tidak sinkron. Blastomer-blastomer pada embrio mamalia tidak semua membelah pada waktu yang sama. Jadi blastomer pada embrio mamalia tidak bertambah dari stadium 2 sel ke 4 sel, dan 4 sel menjadi 8 sel. Pada stadium 16 sel, embrio mencapai stadium morula. Pada morula, blastomer-blastomer mensekresikan cairan internal untuk pembentukan rongga blastocoel.

            Transisi dari stadium morula ke blastula ditandai dengan terjadinya dua perubahan yaitu:

a.  Rongga blastula dengan cepat mengalami pembesaran.

b.  Terbentuknya tipe-tipe sel yang berbeda di dalam embrio.

5.     Pembelahan Diskoidal Meroblastik

(Gambar 1.13. Pembelahan Diskoidal Meroblastik)

Pembelahan diskoidal meroblastik dapat dijumpai pada ikan, reptil dan burung. Pembelahan hanya berlangsung pada blastodisk yang terdapat pada kutub anima telur, sedangkan yolk tidak turut membelah.[4] Pada burung, pembelahan berlangsung di dalam saluran reproduksi. Pada pembelahan pertama, blastodisk membentuk dua blastomer yang tidak terpisah secara sempurna. Pembelahan kedua tegak lurus pembelahan pertama, dan menghasilkan 4 blastomer yang juga tidak terpisah secara sempurna. Pembelahan ketiga, dua bidang pembelahan simultan sejajar dengan pembelahan pertama menghasilkan 8 blastomer. Pembelahan keempat merupakan bidang pembelahan yang melingkar dan memotong semua bidang pembelahan terdahulu. Pembelahan kelima adalah pembelahan radial, memotong bidang pembelahan keempat dan menghasilkan blastomer-blastomer tepi yang juga tidak terpisah secara sempurna. Sedangkan pembelahan selanjutnya sukar diikuti.

6.     Pembelahan Superfisial Meroblastik

(Gambar 1.14 Pembelahan Superfisial Meroblastik)

Pembelahan superficial meroblastik dapat dijumpai pada serangga dan arthropoda lainnya. Inti zigot pada bagian tengah telur membelah secara mitosis beberapa kali tanpa diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Pada Drosophila sp dihasilkan inti sebanyak 256. Inti-inti tersebut dinamakan energid. Energid-energi selanjutnya bermigrasi ke bagian tepi telur. Masing-masing inti dikelilingi oleh sebagian kecil sitoplasma asal. Embrio pada saat ini disebut stadium Syntial blastoderm. Massa sitoplasma pada bagian tengah telur menjadi hancur dan hilang. Inti yang bermigrasi ke bagian posterior telur kembali ditutupi oleh membran sel yang baru untuk membentuk pole cell pada embrio. Sel-sel tersebut kelak akan menjadi sel kelamin pada saat dewasa. Setelah pole cell terbentuk, membran oosit melipat kedalam diantara inti, sehingga pada akhirnya setiap inti menjadi satu sel tunggal dan menghasilkan blastoderm seluler.[5]

G.    Factor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Pembelahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pembelahan sel diantaranya:

1.      Jumlah dan distribusi yolk, yolk akan mempengaruhi polaritas pada zigot yang mengakibatkan pembelahan menjadi tidak sempurna. Sel telur yang mengandung kuning telur yang banyak dan persebarannya tidak merata akan menyebabkan terhalangnya pembelahan sel. Contohnya pada sel telur burung yang memiliki kuning telur yang berlimpah, maka pembelahan selnya hanya terjadi pada satu kutub yaitu animal pole, akibatnya blastomere yang dihasilkan ukurannya tidak seragam dan akan berdampak pada letak blastocoels dari spesies hewan tersebut.

2.      Adanya sitoplasma (ribosom dan sentriol), yang sangat berpengaruh terhadap pembelahan sel. Pada beberapa zigot hewan-hewan multiseluler sitoplasma juga terdapat pada satu kutub zigot (animal pole), sehingga pembelahan sel pada kutub ini berjalan lebih cepat jika dibandingkan dengan kutub yang lain (vegetal pole).

H.   pengertian Blastulasi

Blastulasi merupakan proses pembentukan blastula. Blastula dapat dibedakan dari morula, karena blastula memiliki suatu ruangan yang disebut Blastosul. Berdasarkan ada atau tidaknya blastosul, maka dapat dibedakan atas:

1). Blastula berongga (suloblastula) yang terdapat pada blastula katak dan Amphioxus, d,an

2). Blastula tidak berongga (stercoblastula) yang terdapat Pada blastula ikan dan Amphibia.

Lapisan blastomer yang mengelilingi blastosul terdiri atas satu lapis atau lebih. Berdasarkan ada tidaknya sel tropoblas, blastula dapat dibedakan atas blastula bertropoblas yang terdapat pada blastula reptil aves dan mamalia,; serta blastula tidak bertropoblas yang terdapat pada blastula katak dan Amphioxus. Pada blastula bertropoblas dapat dibedakan dua macam sel, yaitu formatiae cells (sel utama), yaitu sel yang nantinya akan membentuk sel tubuh embrio, dan auxiliaryltropoblas (sel pelengkap), yaitu sel yang berfungsi sebagai selaput pelindung dan merupakan jembatan penghubung antara induk dan embrio. sel tropoblas berkembang lebih awal daripada sel utama. Pada blastula embrio unggas, sel utama terletak di bagian tepi berbentuk seperti cakram yang disebut Diskoblastula. pada fase blastula dikenal istilah potensi, yaitu kesanggupan sel untuk berdiferensiasi. Ibtipoten adalah kesanggupan blastomer untuk berdiferensiasi secara luas.

Blastula ditetapkan berdasarkan derajat pengurangan intensitas warna' Pusat kegiatan tumbuh suatu bagian blastula ditandai oleh kegiatan metabolisme yang tinggi atau sebaliknya, yaitu kegiatan metabolisme suatu bagian embrio merupakan petuniuk bagi kegiatan perkembangan. Pada sel telur urachin terdapat dua faktor yang berinteraksi antagonis.

 Untuk mencapai normal perkembangan, maka kedua faktor tersebut berada dalam kesetimbangan. Sebaran kegiatan faktor tersebut disebut gradien. Arah gradien kutub animalberlawanan dengan kutub vegetal yang dikenal dengan gradien animal dan gradien vegetal. Kesetimbangan gradien dapat dipengaruhi oleh bahan kimia yang dapat menekan salah satu gradien kutub. Bila gradien animal yang ditekan oleh bahan kimia (sePerti Satarn lithium, natrium azitle, dinitrophenol), maka terjadi vegetalisasi embrio (embrio lebih berkembang di kutub vegetal). Ion llllriurri menekan konsumsi peningkatan oksigen yang terjadi pada awal gastrulasi, sedang azlde mengaktivasi sistem sitokrom oksidase dan dinitrophenol mengganggu pernafasan dengan mencegah fosforisasi oksidatit yaitu pembentukan ikatan-ikatan kaya energi antara asam fosfor dan adenosin diphosphat. Bahan kimia yang menekan perkembangan kutub vegetal sehingga kutub animal lebih berkembang (animalisasi), seperti seng (Zn), air raksa (Hg), tripsin, khimotripsin, zat warna yang mempunyai gugus sulfonik (HSO3) seperti eaans blueltrypan bluelcongo red atav yal:.1 mempunyai gugus karboksil (COOH), seperti uranin dan rose bengal.[6]

I.     Tipe Blastula

1.    Coeloblastula dibentuk telur isolesital yang mengalami cleavage radial.

Coeloblastula merupakan blastula yang berbentuk bundar yang umumnya memiliki ovum yang bertipe homolesital dan mediolesital. Kedua macam telur ini umumnya akan membentuk balstomer dengan pembelahan yang holo blastikequal dengan tipe  pembelahan radial. Dengan demikian sel-sel yang menyusun blastula ini terdiri dari blastomer yang ukurannya sama besar. Blastula dengan tipe coeloblastula ini umumnya mempunyai rongga pada bagian tengah yang disebut dengan blastosoel.

2.    Stereoblastula dibentuk dari cleavage spiral

Stereoblastula adalah Blastocoel berukuran sangat kecil, blastomere dengan jumlah yan sangat sedikit tetapi memiliki ukuran yang besar. Merupan hasil dari pembelahan spiral. Contohnya pada beberapa moluska.

3.    Discoblastula terjadi pada cleavage meroblastic

Discoblastula yaitu blastula yang berbentuk gepeng atau disebut juga blatula cakram, berasal dari telur telolecithal yang mengalami pembelahan meroblastik. Tipe blastula ini tampak pada animal pole dan berbentuk cakram gepeng yang terdiri atas banyak lapisan yang dipisah dengan kuning telur oleh ruang sempit yang disebut dengan subgermibal cavity. Contoh pada reptil dan aves

4.    Periblastula dibentuk dari telur centrolecithal

Peribastula Tipe blastula yang ditemukan pada jenis serangga. Tipe telur sentrolesital. Blastula ini tidak mempunyai rongga. Berikut dibawah ini gambar tipe-tipe blastulasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Kesimpulan untuk makalah yaitu Segmentasi adalah Proses pembelahan terjadi pada awal kehidupan suatu individu. Proses pembelahan ini merupakan pembelahan sel blastomer tanpa disertai dengan pertambahan massa sel. Sehingga terjadi proses pembelahan sel tanpa diikuti oleh pertumbuhan sel atau ekspresi gen. Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi, terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil. Sel ini disebut blastomer. Pembelahan itu dapat meliputi seluruh bagian, dapat pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pembelahan ini teriadi secara mitosis, meskipun terkadang iuga diikuti pembelahan inti yang terus menerus tanpa diikuti sitoplasma

Blastulasi merupakan proses pembentukan blastula. Blastula dapat dibedakan dari morula, karena blastula memiliki suatu ruangan yang disebut Blastosul. Pada blastula bertropoblas dapat dibedakan dua macam sel, yaitu formatiae cells (sel utama), yaitu sel yang nantinya akan membentuk sel tubuh embrio, dan auxiliaryltropoblas (sel pelengkap), yaitu sel yang berfungsi sebagai selaput pelindung dan merupakan jembatan penghubung antara induk dan embrio. sel tropoblas berkembang lebih awal daripada sel utama. Pada blastula embrio unggas, sel utama terletak di bagian tepi berbentuk seperti cakram yang disebut Diskoblastula. pada fase blastula dikenal istilah potensi, yaitu kesanggupan sel untuk berdiferensiasi. Ibtipoten adalah kesanggupan blastomer untuk berdiferensiasi secara luas,

B.   Saran

Terimakasih untuk dosen pembimbing yang telah memberikan tugas makalah ini, dan semoga dengan makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan pelajaran untuk kami sebagai penyusun makalah ini. 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Balinsky. 1976. An Introduction to Embryology. W.B. Saunders. Co. Philadelphia.

Gilbert. S.F. 1985. Development Biology. Sinauer Ass. Publ. Sunderland. Massacussetts.

Poernomo, Bambang. 2017. Teratologi pada Hewan dan Ternak. Surabaya: Airlangga University Press.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 



[1] Bambang Poernomo, Teratologi pada Hewan dan Ternak, Surabaya: Airlangga University Press, 2017,

hlm. 5

[2] Ibid.

[3] Balinsky, An Introduction to Embryology. W.B. Saunders, Co. Philadelphia, 1976.

 

[4] Gilbert, S.F., Development Biology, Sinauer Ass. Publ. Sunderland, Massacussetts, 1985.

[5] Ibid

[6] Dr. Bambang Poernomo Soenardirahardjo drh., M.S..2017. teratologi. Airlangga. surabaya

0 comments:

Post a Comment