Monday 4 January 2021

L. Edwin Arwana: Laporan Praktikum Gametogenesis pada Vertebrata

Laporan Tetap Praktikum

 

PERKEMBANGAN HEWAN
ACARA I

“GAMETOGENESIS PADA VERTEBRATA”

 


    

 

 

 

 


KATA PENGANTAR

 

Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin.

Kedua kalinya tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul rasul wa khotimul anbiya’ Muhammad shallallah alaihi wasallam, yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat merasakan manisnya Islam.

Saya haturkan banyak terima kasih kepada para dosen, staf laboratorium, serta kakak-kakak tingkat terlebih khusus lagi yang menjadi Co. Ass atas segala bimbingan dan pengajarannya sehingga akhirnya laporan tetap praktikum perkembangan hewan ini dapat diselesaikan. Kritik serta saran yang membangun sangatlah kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini menjadi lebih baik.

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

COVER

HALAMAN PENGESAHAN                                                                      ii

KATA PENGANTAR                                                                                  iii

DAFTAR ISI                                                                                                 iv

BAB I PENDAHULUAN                                                                             1

A.  Latar Belakang                                                                               1

B.  Rumusan Masalah                                                                          2

C.  Tujuan                                                                                             2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA                                                                 3

BAB III METODOLOGI                                                                             6

A.  Pelaksanaan                                                                                    6

B.  Alat dan Bahan                                                                               6

C.  Cara Kerja                                                                                      6

BAB IV PEMBAHASAN                                                                            7

A. Hasil Pengamatan                                                                           7

B.  Analisis Prosedur                                                                           8

C.  Pembahasan                                                                                    8

D. Evaluasi                                                                                          12

BAB V PENUTUP                                                                                        14

A.  Kesimpulan                                                                                     14       

B.  Saran                                                                                              14

DAFTAR PUSTAKA                                                                                              

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Gametogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin pada mahluk hidup. Pada hewan, sel kelamin jantan dikenal dengan istilah spermatozoa (sperma) dengan proses pembentukannya disebut spermatogenesis, sedangkan pada sel kelaamin betina dikenal dengan istilah ovum (sel telur) dengan proses pembentukannya disebut oogenesis. Peristiwa spermatogenesis dan oogenesis sendiri melibatkan pembelahan mitosis yang bersifat haploid dan pembelahan meosis yang bersifat diploid, hal ini dikarenakan adanya reduksi pada jumlah kromosom. Dalam 1 kali pembelahan spermatogenesis dapat dihasilkan 4 sel anakan (sel sperma), sedangkan pada peristiwa oogenesis hanya dapat membentuk 1 sel anakan (sel telur).

Pengetahuan terkait proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis) sangatlah diperlukan untuk mengetahui bagaimana awal mula terbentuknya mahluk hidup, memajukan peradaban umat manusia, memecahkan berbagai macam kasus serta penyakit terkait dengan pembentukan gamet dan menemukan solusi-solusi dari masalah-masalah medis modern terkait dengan kelainan gamet pada mahluk hidup. Oleh karena hal tersebut maka praktikum perkembangan hewan ini dilaksanakan, selain itu praktikum ini juga dilakukan untuk memenuhi kewajiban perkuliahan dari mata kuliah terkait untuk memenuhi standar pendidikan yang diberikan oleh pemerintah pusat melalui daerah.

Diharapkan dengan adanya laporan ini penyusun dan pembaca dapat mengetahui terkait dengan struktur alat reproduksi jantan dan betina pada hewan vertebrata serta perkembangan sel kelamin jantan dan betina pada hewan vertebrata. Selain itu penyusun juga berharap dengan adanya laporan ini, penyusun dapat berpartisipasi untuk mengimplementasikan UUD 1945 tentang bagaimana cara mencerdaskan generasi bangsa sehingga dapat membangun negara Indonesia menjadi lebih baik.

B.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimana struktur alat reproduksi jantan dan betina pada hewan vertebrata?

2.      Bagaimana perkembangan sel kelamin jantan dan betina pada hewan vertebrata?

C.      Tujuan

1.      Untuk mengetahui struktur reproduksi jantan dan betina pada hewan vertebrata.

2.      Untuk mengetahui perkembangan sel kelamin jantan dan betina pada hewan vertebrata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi kromosom contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia. Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis terdiri 4 tahap: perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan perubahan bentuk. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis. (Ketut, 2008: 1)

Spermatogenesis merupakan proses yang fundamental di dalam sistem reproduksi pria yang melibatkan serangkaian peristiwa genetik dan epigenetik tingkat tinggi di dalam sel-sel germinal yang berperan penting merubah spermatogonia menjadi spermatozoa dan dikendalikan oleh hormon gonadotropin, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Spermatogenesis terdiri atas tiga tahap utama, yaitu proliferasi spermatogonia, meiosis spermatosit, dan spermiogenesis spermatid haploid. Selama proses spermiogenesis, round haploid memasuki fase elongasi, sel-sel germinal mengalami transformasi dan sejumlah besar histon somatik mengalami penggantian, yaitu penggantian histon oleh protein transisi dan akhirnya oleh protamine untuk penyusunan DNA ke dalam inti spermatozoa. Spermiogenesis merupakan proses yang kompleks yang terdiri dari tiga tahap utama, yaitu tahap round spermatid, pemanjangan spermatid (elongating spermatid), dan spermatid yang memanjang (elongated spermatid). (Inhibin B Menghambat Ekspresi Molekul Protamine P2 di dalam Kepala Spermatozoa Tikus (Rattus norvegicus). Jurnal Kedokteran Hewan. Vol. 5:2 : 78-79)

Pembelahan mitosis pada gametogenensis menghasilkan baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan jumlah sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang atau 46 kromosom, sedangkan pada pembelahan meosis jumlah kromosom pada sel yang baru terbentuk sudah bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis terdiri dari 4 tahap: perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan perubahan bentuk. Gametogenesis terbagi atas 2 berdasarkan jenis kelamin yaitu spermatogenesis (jantan) dan oogenesis (betina). Gametogenesis melibatkan sel mitosis dan meosis. Adapun factor penting dalam proses gametogenesis, yaitu:

1.        Sel benih (sel gamet), sel-sel yang berperan pada peristiwa reproduksi menjadi bakal keturunan selanjutnya. Disebut juga sel benih atau sel kelamin, pada pria sel sperma sedangkan wanita sel ovum.

2.        Organogenesis pria adalah testis (epitel tubulus seminiferus) dan wanita; ovarium (folikel).

3.        Proses pembelahan sel-sel gamet. (Ramadhan, 2016: 14-15)

Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa, dimana proses ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dan merupakan titik puncak dari serangkaian proses yang terjadi sebelumnya. Fertilisasi juga mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan membentuk zygote yang mengandung satu sel. Secara embriologi, fertilisasi merupakan pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan sitoplasma dan bahan nukleus. Fertilisasi diawali dengan proses pembentukan gamet yang disebut dengan gametogenesis, yaitu proses pembentukan spermatozoa (spermatogenesis) pada jantan dan pembentukan ovum (oogenesis) pada betina. Spermatogenensis berlangsung di dalam testis pada bagian tubulus seminiferus, sedangkan oogenesis berlangsung di dalam ovarium. Fertilisasi mempunyai peran dalam penggabungan bahan genetik yang berasal dari spermatozoa dan ovum. Selain itu fertilisasi juga berperan untuk merangsang perkembangan dari hasil fertilisasi. Setelah proses fertilisasi berlangsung, dilanjutkan dengan proses embryogenesis yang meliputi pembelahan zigot, blastulasi, gastrulasi, dan neurolasi, dan proses akhir adalah organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh. (Susari & Setiasih, 2016: 1)

Pola gametogenesis polychaeta dapat dibedakan berdasarkan tempat pembentukan dan diferensiasinya. Pola pertama gamet dihasilkan dan berdiferensiasi dalam gonad, pola kedua gamet dihasilkan oleh sel-sel proliferasi yang kemudian akan dilepas dan berdiferensiasi dalam selom (tanpa gonad) dan pola ketiga adalah gabungan keduanya. (Gametogenesis Cacing Nipah Namalycastis rhodochorde (Polychaeta: Nereididae). Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 11:1 : 39)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI

 

A.      Pelaksanaan

Hari/Tanggal  : Senin/23 November 2020

Waktu            : 09:00 WITA-Selesai

Tempat           : Laboratorium Prodi IPA Biologi

B.       Alat dan Bahan

1.    Alat

a.       Mikroskop Cahaya Monokuler

b.      Mikroskop Cahaya Binokuler

c.       Hp

d.      Alat Tulis

2.    Bahan

a.       Preparat Awetan Spermatozoa

b.      Preparat Awetan Testis Epididimis

c.       Preparat Awetan Ovarium

C.      Cara Kerja

1.      Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan praktikum.

2.      Mengambil preparat awetan spermatozoa dan mengamatinya di bawah mikroskop dengan perbesar lemah dan kuat.

3.      Menggambar sel spermatozoa yang diamati.

4.      Mengambil preparat awetan testis epididimis dan mengamatinya di bawah mikroskop dengan perbesar lemah dan kuat.

5.      Menggambar preparat testis epididimis yang diamati.

6.      Mengambil preparat awetan ovum dan mengamatinya di bawah mikroskop dengan perbesar lemah dan kuat.

7.      Menggambar sel ovum dan folikel yang diamati.

8.      Mendiskusikan hasil pengamatan.

 

 

BAB IV

PEMBAHASAN

 

A.      Hasil Pengamatan

1.      Gambar Hasil Pengamatan

No.

Gambar LAB

Gambar Literatur

Keterangan

1.

Spermatozoa

2.

Ovum

3.

Testis Epididimis

2.      Table Hasil Pengamatan

No.

Keterangan

Spermatozoa

Ovum

1.

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

2.

Bentuk

Lonjong Panjang

Oval

3.

Tempat Dibentuk

Testis

Ovarium

4.

Sifat

Haploid

Haploid

5.

Kromosom

XY

XX

 

 

B.       Analisis Prosedur

Procedural pertama dalam melakukan praktikum pengamatan bagian-bagian gamet pada hewan adalah  menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan praktikum, agar nantinya dapat langsung melakukan apa yang diinstruksikan tanpa harus mencari kekurangan alat dan bahan, hal ini juga untuk meminimalisir waktu. Selanjutnya adalah mengambil preparat awetan spermatozoa dan mengamatinya dibawah mikroskop dengan perbesar lemah dan kuat, untuk perbesaran 100 kali (perbesaran kuat) usahakan menggunakan minyak imersi jika ada agar lensa tidak mengalami kerusakan. Langkah berikutnya adalah menggambar sel spermatozoa yang diamati, baik itu kepala, leher dan ekor sperma. Kemudian langkah keempat mengambil preparat awetan testis epididimis dan mengamatinya di bawah mikroskop dengan perbesar lemah dan kuat. Sebagaimana spermatozoa, setelah mengamati testis epididimis praktikan diinsturksikan untuk mengambil gambar ataupun menggambar bagian-bagian dari testis epididimis.

Pengamatan ketiga adalah preparat awetan ovum, setelah meletakkannya di bawah mikroskop dan mengamatinya dengan perbesar lemah dan kuat, maka langkah selanjutnya adalah menggambar sel ovum dan folikel yang diamati. Terakhir adalah mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan didampingi oleh Co. Assisten yang mendampingi.

C.      Pembahasan

Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet (sel kelamin) pada mahluk hidup, sedangkan proses pembentukan organ pada mahluk hidup disebut dengan istilah organogenesis. Sel kelamin pada mahluk hidup ada dua, yaitu sel kelamin laki-laki yang disebut sebagai spermatozoa dan sel kelamin betina yang disebut sebagai ovum. Spermatozoa terbentuk pada organ testis, lebih tepatnya di bagian testis epididymis yang termasuk ke dalam struktur vas differen testis. Untuk ovum sendiri terbentuk di dalam ovarium yang dekat dengan saluran tubafalopi.

Pada praktikum tersebut kami mengamati preparat awetan dari spermatozoa, testis epididimis dan ovum. Spermatozoa, berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan dengan menggunakan perbesaran 10 kali, maka didapatkan bentuk spermatozoa yang panjang seperti sebuah garis dengan panjang 155 cm dan warna hitam serta memiliki bentuk seperti kecebong pada fase katak. Spermatozoa memiliki tiga bagian secara umum, yaitu kepala, leher dan ekor. Kepala, bagian kepala spermatozoa berbentuk lonjong agak gepeng berisi nucleus (di dalamnya terdapat kromosom) dengan selaput akrosom yang melapisinya. Selaput akrosom berfungsi untuk membantu spermatozoa masuk ke dalam ovum untuk melakukan fusi dengan dibantu oleh enzim hyaluronidase, enzim ini dikeluarkan dari bagian kepala spermatozoa dan berfungsi untuk menghancurkan asam hialuronat pada sel telur, sehingga sperma bisa dengan mudah masuk ke dalamnya.

Leher spermatozoa berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala dengan ekor karena terletak diantara kedua bagian tersebut, pada leher terdapat mitokondria yang berfungsi menghasilkan energy untuk sperma agar dapat bergerak dan melakukan fertilisasi. Ekor spermatozoa atau disebut juga dengan istilah flagella spermatozoa berfungsi membantu spermatozoa bergerak menuju ovum untuk melakukan pembuahan dan fusi (peleburan) pada bagian tubafalopi, panjangnya sepuluh kali dari bagian kepala.

Sperma yang sehat adalah yang memenuhi kriteria yang diperlukan untuk bisa membuahi sel telur. Kriteria ini mengacu pada 3 hal, yakni jumlah, kecepatan gerak, dan bentuk sperma. Hal ini dapat diketahui melalui analisis sperma atau analisis air mani. Jumlah sperma normal adalah antara 15–120 juta sperma per mililiter air mani yang Anda keluarkan saat ejakulasi. Jika jumlah sperma berada di bawah rentang ini (oligospermia), peluang terjadinya pembuahan akan semakin kecil.

Morfologi, atau ukuran dan bentuk spermatozoa, dapat memengaruhi tingkat keberhasilan pembuahan. Semakin banyak sperma dengan bentuk normal pada air mani, semakin mudah sperma-sperma tersebut berenang mencapai sel telur. Sebaliknya jika lebih dari 50% sperma berbentuk tidak normal, tingkat kesuburan seorang pria jadi berkurang. Selain kriteria-kriteria di atas, kualitas air mani juga bisa menjadi tolok ukur kualitas spermatozoa. Hal ini dilihat dari jumlah, kekentalan, pH, dan jumlah sel darah putih pada air mani.

Pria dengan hasil analisis sperma yang abnormal tetap memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ayah, meskipun mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Penurunan kualitas spermatozoa dan air mani bisa disebabkan oleh pola hidup yang tidak baik, misalnya merokok dan mengonsumsi alkohol, serta paparan radiasi yang berlebihan, misalnya dari memangku laptop yang menyala terlalu lama. Selain itu, penyakit-penyakit seperti diabetes, gangguan hormon, dan infeksi juga bisa memengaruhi kualitas spermatozoa. Oleh karena itu, perbaikan gaya hidup bisa menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas sperma.

Pengamatan preparat awetan testis epididymis, testis epididymis adalah saluran di dalam skrotum (kantong pembungkus testis) yang menempel pada bagian belakang testis (buah zakar). Organ ini berfungsi mengangkut dan menyimpan sperma yang diproduksi oleh testis. Pada pengamatan dengan menggunakan mikrosko perbesar 10 kali, testis epididymis tampak seperti irisan daging denga warna putih pada bagian tengahnya membentuk garis-garis.

Testis epididimis terdiri dari bagian caput (kepala), corpus (tubuh), dan cauda (ekor). Setiap bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Kepala epididimis berfungsi sebagai tempat menyimpan sperma. Tubuh epididimis berperan sebagai tempat pematangan sperma. Proses pematangan sperma biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 minggu. Sedangkan, ekor epididimis bertugas menyalurkan sperma ke saluran ejakulasi. Namun, berbagai fungsi tersebut bisa terganggu jika epididimis mengalami infeksi, peradangan, atau masalah kesehatan lainnya.

Pengamatan preparat awetan ovum, ovum merupakan sel kelamin perempuan yang terbentuk di dalam ovarium. Pada ovarium terdapat kantong cairan yang berisi oosit matang untuk membentuk sebuah sel telur yang disebut sebagai folikel. Pada preparat tersebut folikel masih dalam perkembangan untuk memasuki tahap folikel de graaf. Folikel yang tampak dengan menggunakan mikroskop perbesaran 10 kali adalah berbentuk oval dengan warna merah serta ovum yang terletak pada bagian tepi, folikel ini berada dalam fase folikel dalam pertumbuhan. Folikel juga berfungsi untuk menghasilkan estrogen, suatu hormone yang diperlukan untuk perkembangan sel telur.

Folikel dalam pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ukurannya lebih besar dari folikel primer, bagian luar terdapat theca folikuli externa dan interna, sel-sel folikel berlapis-lapis, mulai terbentuk anthrum folikuli, oosit membesar, sitoplasma banyak, dan inti sentral dengan gambaran kromatin.

Folikel matang/folikel de graaf merupakan tahap akhir dalam pembentukan folikel dan telah sempurna. Ciri-ciri dari folikel matang atau folikel de graaf ini adalah sebagai berikut: ukurannya besar maksimum, dekat dengan permukaan ovarium, terdapat theca folikuli externa dan interna, sel-sel folikel menepi terdesak oleh cairan di dalam anthrum folikuli, anthrum membesar, oosit dikelilingi oleh sel-sel granulosa yang disebut corona radiate dan dihubungkan ke tepi oleh suatu tangkai yang disebut cumulus oophorus.

Ovum secara umum memiliki struktur serta bagian-bagian seperti oosit, sitoplasma sel telur, membrane dan zona pelusida. Oosit, memiliki ukuran besar, sebenarnya itu adalah satu-satunya sel yang bisa kita lihat dengan mata telanjang. Sel telur itu berlapis-lapis, memiliki sitoplasma dan nucleus yang mengandung kromosom haploid. Sitoplasma sel telur mengandung semua bahan untuk membentuk individu baru, seperti protein, ribosom, tRNA, mRNA, dan bahan lainnya. Sitoplasma sel telur sering disebut ooplasma. Ovum juga memiliki membran yang disebut vitelline, sama seperti membran di sel lain. Membran ini memiliki fungsi melindungi sel telur dan mengatur pertukaran zat antara sel dengan lingkungan di luar sel. Lalu ada zona pelusida, yang merupakan bagian pelindung dari sitoplasma sel dan melindungi sel telur. Zona pelusida juga mencegah lebih dari satu sperma membuahi sel telur. Jadi jika ada sel sperma yang membuahi sel telur, zona pellucida tidak akan membiarkan sel sperma lainnya menyerang.

Variable-variable yang dapat mempengaruhi pengamatan terhadap preparat yang digunakan adalah usia dari preparat, kwalitas mikroskop yang digunakan dan kemampuan dalam pengamatan. Pada praktikum tersebut preparat awetan yang digunakan sudah lama sekali dan memiliki bentuk yang kurang jelas sehingga mengakibatkan pengamatan menjadi kurang optimal. Selain dari pada itu kerusakan pada lensa mikroskop yang ada mengakibatkan kita menjadi sulit untuk mengamati secara jelas dan baik dari preparat yang ada, dimana perbesaran yang dapat kami gunakan hanya perbesaran 10 x 10.

D.      Evaluasi

Pertanyaan:

1.      Jelaskan mamfaat praktikum pada acara gametogenesis!

2.      Bagaimana proses pembentukan sel kelamin jantan?

3.      Bagaimana proses pembentukan sel kelamin betina?

Jawaban:

1.      Mamfaat praktikum pada acara gametogenesis adalah agar mahasiswa dapat mengetahui struktur alat reproduksi jantan yaitu testis dan struktur alat reproduksi betina yaitu ovum. Selain itu praktikum ini memiliki mamfaat agar nantinya mahasiswa ataupun mahasiswi mengetahui bagaimana proses pembentukan dan perkembangan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan sel kelamin betina (ovum) menggunakan preparat awetan yang telah disediakan.

2.      Proses pembentukan sel kelamin jantan disebut dengan istilah spermatogenesis. Spermatogenesis diawali dengan sel sperma diproduksi pada tubulus seminiferus di dalam testis. Di dalam dinding tubulus, banyak sel yang tersebar secara acak, yang disebut sel sertoli. Sel ini berfungsi untuk memberikan makanan untuk sel sperma yang belum matang. Ketika sel sperma telah matang (spermatogonia), spermatogonium (sel induk sperma) memperbanyak diri dengan cara mitosis dan meiosis. Dari spermatogonium, sel sperma akan berubah menjadi spermatosit primer secara mitosis. Setelahnya, spermatosit primer membelah secara meiosis menjadi spermatosit sekunder yang berukuran sama. Melalui tahap meiosis kedua, spermatosit sekunder membelah diri lagi menjadi empat spermatid yang sama bentuk dan ukuran. Spermatid merupakan tahap akhir sebelum akhirnya berubah menjadi sel sperma yang matang (spermatozoa) dan siap dikeluarkan bersama dengan air mani ketika seorang pria mengalami ejakulasi. Satu sel benih yang belum matang membutuhkan waktu hingga 74 hari untuk mencapai kematangan akhir. Selama proses spermatogenesis, lebih dari 300 juta spermatozoa akan diproduksi setiap hari. Sayangnya, dari sebanyak itu, hanya ada sekitar 100 juta sel sperma yang berhasil matang dengan sempurna pada proses akhir.

3.      Proses pembentukan sel kelamin betina disebut dengan oogenesis. Ovarium yang ada di embrio memiliki sekitar 600 ribu sel oogonium atau sel induk telur. Oogenesis terjadi diawali dengan oogonium atau sel induk telur akan matang dan bermitosis menjadi oosit primer. Oosit primer sendiri nantinya akan bermieosis menjadi dua bagian menghasilkan oosit sekunder. Berbeda dengan proses spermatogenesis, pembelahan meiosis pertama pada proses oogenesis mengalami perkembangan sitoplasma (bagian sel) yang tidak seimbang. Akibatnya, ada satu oosit yang memiliki banyak sitoplasma, sedangkan oosit lainnya tidak memiliki sitoplasma. Oosit yang memiliki banyak sitoplasma berukuran lebih besar daripada oosit yang tidak mempunyai sitoplasma. Nantinya oosit yang lebih kecil inilah yang disebut dengan badan polar pertama. Setelah itu, oosit sekunder yang berukuran lebih besar akan mengalami pembelahan meiosis kedua yang menghasilkan ootid. Badan polar pertama juga akan membelah menjadi dua badan polar kedua. Ootid ini akan berkembang menjadi ovum apabila bertemu dengan spermatozoa alias sel sperma. Proses ini nantinya akan mengalami degenerasi atau perubahan. Jika setelah degenerasi ootid tidak bertemu dengan sel sperma dan pembuahan tidak terjadi, maka siklus oogenesis terulang kembali dan akan terjadi menstruasi.

 

BAB V

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Alat reproduksi jantan adalah testis sedangkan betina adalam ovarium. Struktur dari testis adalah tubulus seminiferus, rete testis, ductus eferen dan tunica. Tubulus seminiferus adalah jaringan berbentuk seperti pembuluh-pembuluh kecil yang terkumpul, dan merupakan bagian terbanyak di testis. Rete testis berperan dalam menjalankan salah satu fugsi testis, yaitu membantu sperma bergerak dengan mikrovili yang dimilikinya. Duktus eferen adalah saluran serupa pipa, yang menghubungkan rete testis dengan epididimis. Tunica berupa lapisan pelindung, pembluh dan jaringan terluar testis yang bertugas untuk melindungi testis.

Ovarium memiliki 3 lapisan, yaitu: bagian permukaan, merupakan bagian telur dari ovarium yang disusun oleh epitel kuboid selapis atau yang biasa disebut epitel germinal. Korteks, korteks merupakan bagian yang terletak setelah bagian permukaan, sebagian besar disusun oleh jaringan ikat. Korteks merupakan tempat ditemukannya sel folikel dan oosit. Medulla, medulla merupakan bagian terdalam dari ovarium yang disusun oleh jaringan neurovaskular.

Proses pembentukan sel kelamin jantan disebut dengan istilah spermatogenesis. Spermatogenesis memiliki tahap sebagai berikut: spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa. Adapun proses pembentukan sel kelamin pada perempuan disebut oogenesis, oogenesis memiliki tahap sebagai berikut: oogonium, oosit primer, oosit sekunder, badan polar primer, ootid, badan polar sekunder, ovum dan badan polar.

B.       Saran

Kepada Co. Ass yang mendampingi kami serta yang lain, diharapkan untuk bersabar dalam membimbing kami yang masih usil dan sering bertanya.

DAFTAR PUSTAKA

 

Akmal, Muslim., dkk. 2011. Inhibin B Menghambat Ekspresi Molekul Protamine P2 di dalam Kepala Spermatozoa Tikus (Rattus norvegicus). Jurnal Kedokteran Hewan. Vol. 5:2 : 78-79.

Sukadana, Ketut. 2008. Gametogenesis, Oogenesis dan Spermatogenesis. Bali: Universitas Udayana.

Sumarmin, Ramadhan. 2016. Perkembangan Hewan. Jakarta: Kencana.

Susari, Werdi, Ni Nyoman & Setiasih, Eka, Ni Luh. 2016. Fertilisasi pada Hewan. Bali: Universitas Udayana.

Yuwono, Edy., dkk. 2010. Gametogenesis Cacing Nipah Namalycastis rhodochorde (Polychaeta: Nereididae). Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 11:1 : 39.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

0 comments:

Post a Comment