Makalah
Ekologi Tumbuhan
“FAKTOR
ABIOTIK DAN BIOTIK PENYABAB
STRESS
TUMBUHAN”
TADRIS IPA BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita kehadirat
Allah SWT.atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah “Faktor
Abiotik dan Biotik Penyebab Stress Tumbuhan” bisa berjalan dengan lancar
walaupun masih banyak kekurangan. Shalawat serta salam tidak lupa kita
layangkan atas kehadiran Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. karena dengan bimbingan
beliau kita dapat membedakan mana jalan yang baik dan mana jalan yang tidak
baik.
Makalah ini diharapkan dapat
membantu pembaca dalam memperdalam mata kuliah Ekologi Tumbuhan dalam kegiatan dalam belajar.
Selain itu, makalah ini diharapkan agar dapat menjadi bacaan para
pembaca agar bisa menjadi acuan baik dalam pembuatan makalah maupun sebagai bahan ajar.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengampu karena membimbing penulis dalam penulisan
makalah dan kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini penulis sekali lagi mengucapkan
terimakasih. Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali terdapat kesalahan
dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga mengharapkan kritk dan saran
terhadap makalah ini yang bersifat membangun agar makalah selanjutnya bisa menjadi
lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan
sangat berguna bagi mahkluk hidup, dengan adanya tumbuhan kebutuhan mahkluk
hidup secara tidak langsung dapat terpenuhi. Tumbuhan dalam tingkatan trofik
berperansebagai produsen, karena mempunyai kemampuan untuk berfotosintesis
menghasilkan klorofil.Dari produsen, dapat menghasilkan zat hijau daun yang
berguna bagi konsmen, termasuk hewandan manusia. Dalam pertumbuhannya tumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disebutfaktor pembatas, faktor ini
terdapat pada ekosistem lingkungan dan habitat diamana makhluk hidup itu
tinggal.
Secara umum terdapat tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosistem darat, danekosistem buatan. Ekosistem air atau aquatik ialah ekosistem yang lingkungan hidupeksternalnya dikuasai dan di ungguli oleh air tawar, yang merupakan habitat dari berbagaimakhluk
hidup.
Ekologi
merupakan suatu kajian tentang makhluk hidup di tempat tinggalnya atau
habitatnya. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa lingkungan merupakan
komponen penting di dalamnya. Lingkungan merupakan keseluruhan faktor hidup
(biotik) dan faktor tak hidup (abiotik) yang meliputi dua bagian : lingkungan
makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro adalah lingkungan yang cukup dekat
dengan obyek yang dipengaruhi. Lingkungan mikro berbeda dengan lingkungan
makro. Sebagai contoh, lingkungan mikro di bawah kanopi hutan berbeda dengan
lingkungan makro di atasnya, seperti kelembaban, kecepatan angin,dll.
Lingkungan mikro di bawah batu di padang pasir lain pula keadaannya. Baik
lingkungan makro maupun lingkungan mikro sangat mempengaruhi keberadaan suatu
spesies yang merupakan suatu unit ekologi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Ekologi Tumbuhan?
2.
Apa saja faktor abiotik dan factor biotic
yang penyebabkan stress tumbuhan?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa itu Ekologi Tumbuhan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor biotik dan abiotik penyebab stress pada tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekologi Tumbuhan
Ekologi tumbuhan mengandung dua pengertian, yaitu
ekologi sebagai ilmu dan tumbuhan sebagai objek. Ekologi berasal dari kata
oikos = rumah, dan logos = ilmu. Tumbuhan adalah organisme hidup eukariota
multiseluler dari Kingdom Plantae, yang terdiri atas tumbuhan berbunga,
Lycopodopsida, Gymnospermae, paku-pakuan, lumut, dan sejumlah alga hijau.
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara umum, ekologi tumbuhan diartikan
sebagai kajian tentang hubungan timbal balik antara tumbuhan dan lingkungannya.[1]
B.
Faktor
abiotik dan biotic penyebab stress tumbuhan
1. Cahaya
pada Tumbuhan
Radiasi
matahari adalah faktor utama di antara faktor iklim yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tidak hanya sebagai sumber energi utama
di bumi, sinar matahari juga merupakan faktor pengendali unsur iklim lainnya
(suhu, kelembaban, curah hujan, dan angin). Ada tiga unsur radiasi matahari
yang berpengaruh terhadap tanaman, yaitu: intensitas, kualitas, dan lama
penyinaran. Ketiga unsur tersebut berbeda antar berbagai tempat di bumi.
a. Intensitas
Radiasi Matahari
2 |
Berdasarkan
adaptasinya terhadap intensitas penyinaran, tumbuhan dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
1) Tumbuhan
yang tumbuh baik dengan intensitas radiasi matahari penuh, disebut
heliophytes/sun species/sun loving. Beberapa contoh di antaranya adalah tebu,
padi, jagung, dan ubikayu.
2) Tumbuhan
yang tumbuh baik di bawah naungan dengan intensitas radiasi matahari rendah
atau disebut sciophytes/shade species/shade loving. Beberapa contoh tanaman
yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah kopi dan kakao. Kopi misalnya, akan
tumbuh baik pada intensitas sekitar 30-50%, dan kakao sekitar 20% dari radiasi
penuh (Anonim, 2006; Sugito, 2012). Oleh karena itu, kedua tanaman tersebut
membutuhkan tanaman pelindung. Beberapa jenis tanaman pelindung yang sering
digunakan untuk tanaman kopi menurut Craves (2006) misalnya Inga, Grevillea,
Acacia, Erythrina, dan Gliricidia, dengan shade cover 60-90%
Intensitas
radiasi yang terlalu ekstrem (terlalu tinggi, ataupun terlalu rendah) berdampak
sangat nyata, baik terhadap sifat morfologis maupun sifat isiologis tumbuhan.
Sugito (2012) menyebutkan bahwa jika tanaman mendapatkan intensitas radiasi
matahari rendah, akan terlihat lebih subur, karena daun-daunnya rimbun, padahal
sebenarnya tanaman tersebut lemah (terbukti kualitas hasil panennya rendah).
Begitu juga jika intensitasnya terlalu tinggi, pertumbuhannya terhambat,
batangnya pendek, dan daunnya kecil-kecil. Hasil panen per hektar biasanya
rendah, tetapi kandungan nutrisi dalam hasil panen tinggi.
b. Kualitas
Radiasi Matahari
3 |
Distribusi
spektrum dari sinar matahari yang diterima tanaman berbeda-beda, tergantung
pada sudut datang matahari (jarak matahari dan bumi), dan letak daun pada
tajuk. Semakin kecil sudut datang sinar matahari berarti semakin panjang
perjalanan radiasi tersebut, sehingga semakin banyak yang diubah menjadi
gelombang panjang (sinar merah), karena adanya partikel-partikel di atmosfer.
Contoh, di daerah pegunungan lebih banyak gelombang pendek (ultraviolet) dari
pada di dataran rendah. Begitu juga dalam suatu tajuk tanaman, semakin ke bawah
semakin banyak yang diubah menjadi gelombang panjang, sebagai akibat dari
pancaran dan transmisi radiasi oleh daun (Sugito, 2012)
4 |
2. Suhu
pada Tumbuhan
Pengertian
suhu mencakup dua aspek, yaitu: derajat dan insolasi. Suhu adalah derajat panas
atau dingin suatu benda yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan
menggunakan termometer. Sumber panas di bumi adalah dari matahari. Insolasi
menunjukkan energi panas dari matahari dengan satuan gram/kalori/cm2/jam, mirip
dengan pengertian intensitas pada radiasi matahari. Letak lintang, tinggi
tempat, musim, dan angin, serta vegetasi, merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah insolasi atau suhu suatu daerah.
5 |
Suhu
dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuhan.
Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol
laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak
langsung dengan mempengaruhi faktor yang lain, terutama suplai air. Suhu akan
mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi
juga laju kehilangan air tumbuhan.15 Suhu yang bersifat merusak tanaman adalah
suhu yang ekstrem, yaitu yang terlalu tinggi, dan suhu yang terlalu rendah.
Kedua aras suhu tersebut, tidak saja menghambat pertumbuhan tanaman, tetapi
juga mematikan tanaman. Hal ini terjadi, karena proses isiologis tanaman akan
terhambat akibat menurunnya aktivitas enzim (enzim terdegradasi).
6 |
Suhu
tinggi (di atas optimum) akan merusak tanaman dengan mengacau arus respirasi
dan absorpsi air. Meningkatnya suhu udara akan diikuti oleh meningkatnya laju
transpirasi, karena penurunan deisit tekanan uap dari udara yang hangat dan
suhu daun tinggi, yang mengakibatkan peningkatan tekanan uap air padanya.
Kelayuan akan terjadi apabila laju absorpsi air terbatas karena kurangnya air
atau kerusakan sistem vaskuler atau sistem perakaran. Tingkat kerusakan akibat
suhu tinggi, lebih besar pada jaringan yang lebih muda, karena terjadi
denaturasi protoplasma oleh dehidrasi16 .
Pada
saat pembentukan sel generatif, suhu tinggi mengakibatkan rusaknya sistem
pembelahan mitosis yang berlangsung dengan cytokinesis. Hal ini terlihat dengan
adanya kegagalan pembentukan biji, karena pollen grain yang terbentuk steril.
Pada suhu 45oC akan mengganggu aktivitas enzim, di antaranya enzim proteinase
dan enzim peptidase. Enzim proteinase berfungsi untuk merombak protein menjadi
lipids, sedangkan enzim peptidase merombak peptids menjadi asam amino. Oleh
karena itu, tidak berkecambahnya biji (terutama kedelai dan jagung) pada suhu
tinggi karena kegagalan metabolisme biji yang disebabkan oleh kekurangan bahan
dasar yakni asam amino17 .
7 |
a. Sufokasi
(suffocation): adalah lambatnya pertumbuhan tanaman karena permukaan tanah
tertutup lapisan salju, misalnya kekurangan oksigen dalam tanah.
b. Desikasi
(desiccation): disebut dengan istilah kekeringan isiologis, bukan karena tidak
ada air di dalam tanah, melainkan absorpsi air oleh akar terhambat karena
berkurangnya permeabilitas selaput akar atau karena naiknya viskositas air
dalam tanah dan bahkan membeku.
c. Heaving:
adalah kerusakan tanaman karena hubungan akar dan bagian atas tanaman terputus
disebabkan adanya kristal es pada permukaan tanah.
d. Chilling:
adalah kerusakan akibat suhu rendah di atas titik beku (± 40C). Gejalanya
adalah adanya garis-garis khlorosis pada daun, misalnya pada tebu, sorghum dan
jagung.
e. Freezing
Injury: adalah pembekuan dalam jaringan tanaman yang berupa kristal es di dalam
atau di antara sel sehingga tanaman rusak secara mekanis, akibatnya bagian
tanaman atau seluruh tanaman mati.[3]
3. Oksigen
pada Tumbuhan
8 |
4. Air
pada Tumbuhan
Air
adalah senyawa kimia yang terdiri atas dua atom hidrogen yang berikatan dengan
satu atom oksigen (H2O). Namun, sesungguhnya jawaban tentang air lebih dari
itu, sebab air adalah substansi yang unik, karena dapat berada dalam tiga
wujud: cair, padat, dan gas. Sebagai cairan, wujudnya jelas, tidak berwarna dan
tidak berbau. Dalam keadaan seperti itu, zat tersebut dapat mengalir bebas
tanpa bentuk yang tetap; membeku pada 0°C (32°F) dan mendidih pada 100°C
(212°F). Berbagai fungsi air bagi tanaman, antara lain: mempertahankan
turgiditas sel untuk struktur dan pertumbuhan; mengangkut nutrisi dan senyawa
organik ke seluruh bagian tanaman; penyusun protoplasma; sebagai bahan baku
untuk berbagai proses kimia, termasuk fotosintesis dan transpirasi, dan
menyangga suhu tanaman terhadap suhu udara yang luktuatif (The Pennsylvania
State University, 2003)
Berdasarkan
ketersediaan air yang dimilikinya, tipe habitat tumbuh-tumbuhan di alam dibagi
menjadi tiga, yaitu xeric, mesic, dan hydric. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan
yang dapat hidup di habitat tersebut juga dikelompokkan menjadi tiga secara
berturut-turut, yaitu xerophytes, mesophytes, dan hydrophytes.
9 |
Mesophytes adalah jenis tumbuhan yang mendiami
habitat dengan kondisi air, suhu, dan kelembaban rata-rata (moderat). Mereka
memiliki karakteristik moderat, yaitu sifat antara Xerophytes dan Hydrophytes.
Ciri-ciri umumnya adalah: sistem perakarannya berkembang baik (dengan akar
tunggang pada dikotil dan akar serabut pada monokotil), batangnya kokoh dan
bercabang, daunnya berkloroil dan dilapisi kutikula serta memiliki stomata.
Contohnya adalah sebagian dari tanaman liar, dan tanaman budidaya (mangga,
jagung, tomat, gandum, dan lainnya).
Hydrophytes
adalah kelompok tumbuh-tumbuhan yang hidup di tempat yang sangat basah. Mereka
dapat mengambang, berakar dan mengambang, atau terendam di berbagai kedalaman
air. Beberapa bentuk adaptasi yang dilakukannya, antara lain: 1) sistem akar,
kurang berkembang misalnya Eichhornia, atau tidak berkembang seperti pada
Ceratophyllum; 2) batang, mengalami reduksi pada Lemna (duckweed), atau mungkin
panjang, ramping, leksibel dan kenyal seperti pada Nelumbo (lotus). Berbentuk
spons, dengan ruang udara besar agar dapat mengapung; 3) daun, tipis dan halus
seperti pada Hydrilla, atau berbentuk pita seperti Vallisneria. Pada Nelumbo
daunnya besar dan datar dengan permukaan atas dilapisi lilin. Pada tanaman yang
mengambang, stomata hanya ditemukan di permukaan atas.[4]
5. Tekanan
Osmotik pada Tanaman
10 |
Penyesuaian
osmotik untuk pemeliharaan turgor sel saat potensial air jaringan lebih rendah
dilakukan tanaman saat kelembaban tanah berkurang. Osmolit terakumulasi selama
terjadi kekurangan air dan berperan membantu menstabilisai struktur protein
tersier pada dehidrasi sel-sel. Tingkatan organisme dari bakteri sampai jagung,
menunjukkan korelasi yang kuat antara kenaikan tingkat proline seluler dan
kelangsungan hidup pada kondisi kekurangan air dan salinitas tinggi. Beberapa
bukti posistif yang berasosiasi antara penyesuaian osmotik dengan produksi
biomassa atau hasil dibawah cekaman kekeringan pada gandum msorgum.
6. Logam
berat pada Tumbuhan
Logam
berat yang masuk ke dalam tubuh tumbuhan akan mengalami berbagai proses sebagai
respon tumbuhan untuk menanggulangi materi toksis didalam tubunya. Mekanisme
penanggulangan yang mungkin terjadi adalah lokalisasi, eksresi, dilusi, untuk
melemahkan efek toksik logam berat melalui pengenceran, dan inaktivi secara
kimia. Jenis yang mampu bertahan terhadap kondisi lingkungan tertentu akan
mendominasi kawasannya seperti pohon api-api dan pohon mangrove, hal ini
menunjukkan bahwa kedua jenis pohon ini merupakan jenis yang paling adaptif
dengan kondisi perairan perairan Muara Angke yang membawa banyak endapan dari
sungai, yang mengandung logam berat.
Kandungan
yang tinggi di dalam tubuh kedua jenis pohon ini menunjukkan kamampuannya dalam
mengakumulasi logam berat dari lingkungannya, sehingga keberadaannya dapat
meredam luapan logam diperairan. Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap
kawasan mangrove.[5]
11 |
7. Xenobiotik
(herbisida, termasuk didalamnya pengaruh polusi udara)
Pergerakan
udara atau angin adalah karena adanya tekanan gradien pada skala global atau
lokal yang disebabkan oleh perbedaan dalam pemanasan. Pada skala global terdiri
dari aliran aliran yang berputar dan pergerakan besar massa udara. Pada skala
lokal hanya kuantitas yang lebih kecil dari udara bergerak. Angin permukaan
lebih rendah dan kurang bergolak di malam hari karena tidak adanya pemanasan
matahari.
Angin
moderat mendukung pertukaran gas, tetapi angin kencang dapat menyebabkan
kehilangan air melalui transpirasi yang berlebihan dan menumbangkan tanaman.
Jika laju transpirasi melebihi penyerapan air, maka stomata akan menutup
sehingga akan membatasi difusi karbon dioksida ke dalam daun. Akibatnya, laju
fotosintesis, pertumbuhan dan hasil akan menurun.[6]
12 |
8. Herbivore,
infeksi tanaman dan allelopathy
Herbivori
merupakan proses pemangsaan (predasi) tumbuh tumbuhan oleh hewan (Hadisubroto,
1990). Dalam proses tersebut, hewan dapat memakan sebagian atau seluruh bagian
tanaman, sehingga dampaknya tidak saja merusak tetapi juga menghabiskan
seluruhnya. Beberapa jenis hewan hanya memilih bagian tertentu dari tumbuhan
untuk dimakan. Berdasarkan bagian tumbuhan yang dimakan, herbivori
dikelompokkan sebagai berikut: granivorespemakan biji-bijian/grain eaters
(beberapa hewan pengerat/ rodents), graminivores-pemakan rumput/grass eaters
(misalnya zebra), frugavores-pemakan buah/fruit eaters (misalnya kelelawar),
foliovores-pemakan daun/leaf eaters (misalnya koala), nectivoresnectar eaters
(misalnya burung kolibri/hummingbirds), palynivorepemakan pollen/pollen eaters
(misalnya serangga) (Nelson, 2015).
13 |
13 |
Alelopati
merupakan mekanisme interaksi langsung atau tidak langsung antara tumbuhan
sebagai donor dengan tumbuhan lainnya atau mikroorganisme sebagai target,
melalui produksi dan pelepasan metabolit sekunder yang disebut alelokimia.
Meskipun interaksi alelopati mencakup penghambatan maupun stimulus pertumbuhan,
namun sebagian besar pengamatan menunjukkan alelopati berpengaruh menghambat
terhadap organisme target (Narwal & Sampietro, 2009). Metabolit sekunder
yang dihasilkan oleh tumbuhan donor tersebut secara alami berperan dalam
adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mekanisme pertahanan terhadap
cekaman (Edreva et al. 2008). Semua metabolit sekunder pada umumnya menunjukkan
aktivitas alelokemik, tetapi fenolik dan terpenoid merupakan dua kelompok
senyawa utama yang terlibat dalam alelopati. Fenol dihasilkan tumbuhan dalam
jumlah yang berlimpah dan yang terutama berperan sebagai alelokimia (Narwal
& Sampietro, 2009).S[7]
14 |
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil diskusi kelompok dapat disimpulkan Intensitas radiasi yang terlalu
ekstrem (terlalu tinggi, ataupun terlalu rendah) berdampak sangat nyata, baik
terhadap sifat morfologis maupun sifat isiologis tumbuhan. Suhu tinggi (di atas
optimum) akan merusak tanaman dengan mengacau arus respirasi dan absorpsi air.
Meningkatnya suhu udara akan diikuti oleh meningkatnya laju transpirasi, karena
penurunan deisit tekanan uap dari udara yang hangat dan suhu daun tinggi, yang
mengakibatkan peningkatan tekanan uap air padanya. Tumbuhan yang disiram
terlalu banyak air bisa mengalami kekurangan oksigen karena tanah kehabisan
ruangan udara yang menyediakan oksigen untk respirasi seluler akar. Air adalah
senyawa kimia yang terdiri atas dua atom hidrogen yang berikatan dengan satu
atom oksigen (H2O).
Tanaman
yang mengalami cekaman kekeringan akan berusaha untuk melakukan
perubahan-perubahan fisiologi sebagai bentuk adaptasinya. Salah satu bentuk
adaptasi tersebut adalah kemampuan tanaman untuk mempertahankan tekanan turgor.
Logam berat yang masuk ke dalam tubuh tumbuhan akan mengalami berbagai proses
sebagai respon tumbuhan untuk menanggulangi materi toksis didalam tubunya.
Mekanisme penanggulangan yang mungkin terjadi adalah lokalisasi, eksresi,
dilusi, untuk melemahkan efek toksik logam berat melalui pengenceran, dan
inaktivi secara kimia. Pergerakan udara atau angin adalah karena adanya tekanan
gradien pada skala global atau lokal yang disebabkan oleh perbedaan dalam
pemanasan.
Herbivori
merupakan proses pemangsaan (predasi) tumbuh tumbuhan oleh hewan. Dalam proses
tersebut, hewan dapat memakan sebagian atau seluruh bagian tanaman, sehingga
dampaknya tidak saja merusak tetapi juga menghabiskan seluruhnya. Alelopati
merupakan mekanisme interaksi langsung atau tidak langsung antara tumbuhan
sebagai donor dengan tumbuhan lainnya atau mikroorganisme sebagai target,
melalui produksi dan pelepasan metabolit sekunder yang disebut alelokimia.
Meskipun interaksi alelopati mencakup penghambatan maupun stimulus pertumbuhan,
namun sebagian besar pengamatan menunjukkan alelopati berpengaruh menghambat
terhadap organisme target.
15 |
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,at al.2003.Biologi Jilid 2.Jakarta:Erlangga
Handayani
Titin.2006. Bioakumulasi Logam Berat
Dalam Mangrove Rhizophora mucronta dan Avicennia marina Di Muara Angke Jakarta.
Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. (7):3.28
September 2020
Jayadi,
ME.2015. Ekologi Tumbuhan.Mataram:
Institut Agama Islam Negri (IAIN) Mataram
[1]
Jayadi, ME.(2015). Ekologi Tumbuhan,
(Mataram: IAIN Mataram).Hlm.2
[2]
Jayadi, ME.(2015). Ekologi Tumbuhan,(Mataram:IAIN
Mataram) Hlm.31-35
[3] Jayadi,
ME.(2015).Ekologi Tumbuhan,(Mataram:IAIN
Mataram) Hlm.37-41
[4]
Jayadi, ME.(2015).Ekologi Tumbuhan,(Mataram:IAIN
Mataram) Hlm.25-27
[5]
Handayani Titin.(2006).BIOAKUMULASI LOGAM
BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronta dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE
JAKARTA.Vol 7. No 3. Hlm269
[6]
Jayadi, ME.(2015). Ekologi Tumbuhan,(Mataram:IAIN
Mataram) Hlm.48-49
[7] Jayadi, ME.(2015). Ekologi Tumbuhan,(Mataram:IAIN Mataram) Hlm.57-58
0 comments:
Post a Comment