Laporan Tetap Praktikum
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur
atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya
kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan
nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin.
Kedua kalinya tak lupa
pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul rasul wa khotimul anbiya’
Muhammad shallallah alaihi wasallam, yang
dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat
merasakan manisnya Islam.
Saya haturkan banyak
terima kasih kepada para dosen, staf laboratorium, serta kakak-kakak tingkat
terlebih khusus lagi yang menjadi Co. Ass atas segala bimbingan dan
pengajarannya sehingga akhirnya laporan tetap praktikum perkembangan hewan ini
dapat diselesaikan. Kritik serta saran yang membangun sangatlah kami harapkan
untuk menyempurnakan laporan ini menjadi lebih baik.
DAFTAR
ISI
COVER
HALAMAN
PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB
III METODOLOGI 6
A. Pelaksanaan 6
B. Alat
dan Bahan 6
C. Cara
Kerja 6
BAB
IV PEMBAHASAN 7
A. Hasil
Pengamatan 7
B. Analisis
Prosedur 8
C. Pembahasan 8
BAB V PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan
embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami
pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik. Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa
pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa
fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut
dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan
perkembangan menjadi embrio. Fase embryogenesis ini dibagi menjadi 2, yaitu fase
embrionik dan pasca embrionik. Fase embrionik merupakan fase pembentukan embrio
dari zigot sampai ke tahap gastrula, sedangkan fase pasca embrionik merupakan
fase yang berlaku dari menetasnya telur atau melahirkannya hewan sampai
tumbunya individu dewasa baru (berlaku setelah fase embrionik).
Ilmu
yang mempelajari tentang segmentasi dan blastulasi pada mahluk hidup secara
mendalam disebut dengan embriologi. Selain untuk mengetahui proses perkembangan
kita sebelum dilahirkan dan bagaimana asal muasal terbentuknya manusia, mamfaat
lain ilmu embriologi adalah 1) melacak taksa suatu hewan, 2) membantu mencari
bukti-bukti adanya evolusi, 3) memecahkan masalah kelainan anatomis, 4)
membantu program keluarga berencana, 5) kemungkinan pengendalian kanker atau kemungkinan
penyembuhannya, dan 6) membantu mempersiapkan penyediaan sumber daya manusia
yang berkualitas.
Diharapkan dengan adanya laporan ini penyusun dan pembaca
dapat mengatahui bentuk morfologi dan fisiologi dari embrio ayam pada
periode/waku tertentu. Selain itu penyusun juga berharap dengan adanya laporan
ini, penyusun dapat berpartisipasi untuk mengimplementasikan UUD 1945 tentang
bagaimana cara mencerdaskan generasi bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana
bentuk morfologi dan fisiologi embrio ayam pada periode/waktu tertentu setelah
pengeraman?
C. Tujuan
Untuk
mengetahui bentuk morfologi dan fisiologi embrio ayam pada periode/waktu
tertentu setelah pengeraman.
BAB II
LANDASAN TEORI
Embriologi
merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan (developmental of biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang
mempelajari tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup
makhluk hidup. Sedangkan embriologi adalah studi mengenai embrio dengan
penekanan kepada polapola perkembangan embrio. Untuk membedakan pemahaman anda
tentang embriologi dengan biologi perkembangan, di bagian berikut ini akan
dituliskan beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi. Dan berikut 3
istilah penting dalam ilmu embriologi: 1) Embriogenesis adalah proses
pembentukan dan pertumbuhan secara progresif dari sebuah sel menuju periode
organ primordial. (Pada manusia terjadi saat minggu ke-8 perkembangan).
Terkadang disebut juga dengan organogenesis. 2) Periode fetal adalah saat
terjadinya diferensiasi yang berkelanjutan dan ditandai dengan pertumbuhan dan
meningkatnya berat fetus. 3) Teratologi adalah bagian embriologi yang mengkaji
tentang cacat lahir dan penyebabnya. (Konsep Dasar Embriologi: Tinjauan Teoretis.
Jurnal Saintek. Vol. 6:1 : 96-97)
Proses
pembelahan terjadi pada awal kehidupan suatu individu. Proses pembelahan ini
merupakan pembelahan sel blastomer tanpa disertai dengan pertambahan massa sel.
Sehingga terjadi proses pembelahan sel tanpa diikuti oleh pertumbuhan sel atau
ekspresi gen. Pembelahan atau cleavage
atau juga disebut segmentasi, terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah
berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil. Sel ini disebut
blastomer. Pembelahan itu dapat meliputi seluruh bagian, dapat pula hanya pada
sebagian kecil zigot. Pembelahan ini teriadi secara mitosis, meskipun terkadang
iuga diikuti pembelahan inti yang terus menerus tanpa diikuti sitoplasma.
Ketika fertilisasi, seluruh sel spermatozoa menembus dinding sel telur dan
masuk ke dalam sitoplasma sel telur. Menurut Poernomo bagian ekor dan lehernya
ikut masuk ke dalam sel telur, meskipun belum diketahui manfaatnya.
Selanjutnya, inti sel (nukleus) telur dan inti sel sperma membentuk pronukleus
betina dan pronukleus jantan. Kedua pronukleus tersebut mengadakan fusi di
bagian tengah sel telur pada daerah yang disebut titik Amphigoni. Setelah
bersatu, sel ovum yang awalnya haploid berubah menjadi zigot yang diploid.
Selanjutnya sambil bergerak ke arah uterus (rahim), zigot membelah
berkali-kali. Zigot membelah diri menjadi 2, 4, 8, 16, dan seterusnya. (Bambang, 2017: 5)
Perkembangan
embrio pada trimester merupakan fase gastrula yaitu tahap pertumbuhan embrio
berbentuk mangkuk yang terdiri atas dua sel atau masa embrio dini setelah masa
blastula yaitu struktur bulat, hasil pembelahan zigot. Tahap kedua, yang
disebut tahap embrio, berlangsung lima setengah minggu. Tahap embrio mulai
ketika zigot telah tertanam dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini,
sistem dan organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Meskipun bentuk
luar masih jauh berbeda dibandingkan manusia dewasa, beberapa bentuk seperti
mata dan tangan, bahkan telinga dan kaki mulai dapat dikenali. (Syahruli, 2006: 9)
Perkembangan
embrio pada trimester kedua ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan
pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh. Pada trimester ketiga,
masing-masing fungsi organ tubuh semakin matang. Gerakan janin makin kuat
dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun kian mudah
didengar. Pada minggu ke-36 (bulan kesembilan), berat bayi harusnya mencapai
2500 gram dengan panjang 46 cm. Pada minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan
berat 2950 gram, di usia ini bayi dikatakan siap lahir karena seluruh fungsi
organ-organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri. Kepala bayi biasanya
masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir, kendati sebagian kecil di
antaranya dengan posisi sungsang. Pada minggu ke-38, berat bayi sekitar 3100
gram dengan panjang 48 cm. Meski biasanya akan ditunggu sampai usia kehamilan
40 minggu, bayi rata-rata akan lahir di usia kehamilan 38 minggu. (Diah, 2008: 3)
Telur
ayam akan menetas setelah 21 hari inkubasi dengan melalui serangkaian
perkembangan embrio secara komplek. Perkembangan embrio ayam dimulai dari
fertilisasi, blastulasi, gastrulasi, neurolasi dan organogenesis. Fertilisasi
merupakan penggabungan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina membentuk
zigot. Tahap selanjutnya adalah pembelahan secara mitosis pada zigot. Blastula
merupakan lanjutan dari stadium pembelahan berupa massa blastomer membentuk
dasar calon tubuh ayam, pada tahap ini terbentuk blastoselom. Gastrula adalah
proses kelanjutan stadium blastula, tahap akhir proses gastrulasi ditandai
dengan terbentuknya gastroselum dan sumbu embrio sehingga embrio mulai tumbuh
memanjang Tubulasi merupakan kelanjutan dari proses stadium gastrula. Embrio
pada stadium ini disebut neurula karena pada tahap ini terjadi neurulasi yaitu
pembentukan bumbung neural. Organogensis merupakan tahap selanjutnya yaitu
perkembangan dari bentuk primitif embrio menjadi bentuk definitif yang memiliki
bentuk dan rupa yang spesifik dalam satu spesies. (Perkembangan Embrio dan
Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old Chicken) Ayam Jawa Super. Jurnal Sain
Veteriner. Vol. 34:1 : 30)
BAB III
METODOLOGI
A.
Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin/23 November 2020
Waktu : 09:00 WITA-Selesai
Tempat : Laboratorium Prodi IPA Biologi
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Mikroskop Cahaya Monokuler
b.
Mikroskop Cahaya Binokuler
c.
Hp
d.
Alat Tulis
e.
Cawan Petri
2.
Bahan
a.
Telur Ayam 14 Hari
b.
Telur Ayam 16 Hari (Pembanding)
C.
Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipraktikumkan.
2. Mengambil 2 butir telur yang akan diamati.
3. Membuka kulit telur satu persatu secara hati-hati
sehingga tidak merusak embrio.
4. Meletakkan embrio ayam pada cawan petri yang ada.
5. Mengamati bagian-bagian morfologi dan fisiologi kedua
embrio ayam yang ada.
6. Membandingkan embrio ayam satu dengan embrio ayam yang
lainnya.
7. Mencatat perbandingan embrio ayam satu dengan yang
lainnya beserta ciri-ciri yang dimiliki oleh masing-masing embrio.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1. Gambar Hasil Pengamatan
No. |
Gambar LAB |
Gambar Literatur |
Keterangan |
1. |
f e
d c b
a |
|
Embrio
Ayam Umur 14 Hari: a. Yolk (Kuning Telur b. Omnion (Selaput Telur) c. Putih Telur d. Bulu e. Mata f.
Kaki |
2. |
a
b c d
e f |
|
Embrio
Ayam Umur 16 Hari: a. Yolk b. Omnion c. Putih Telur d. Bulu e. Mata f.
Kaki |
2. Tabel Hasil Pengamatan
No. |
Keterangan |
Embrio Ayam 14 Hari |
Embrio Ayam 16 Hari |
1. |
Bulu |
Sedikit |
Banyak |
2. |
Yolk |
Banyak |
Sedikit |
3. |
Mata |
Besar |
Kecil |
4. |
Putih Telur |
Banyak |
Sedikit |
B.
Analisis Prosedur
Prosedural
dalam melakukan praktikum pengamatan embriologi ayam pada periode yang sudah
ditentukan ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut, pertama adalah
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktikum tersebut, langkah
kedua mengambil 2 butir telur yang akan diamati, dimana pada pengamatan ini
telur yang digunakan telah mengalami pengeraman selama 14 dan 16 hari. Langkah
ketiga membuka kulit telur satu persatu secara hati-hati sehingga tidak merusak
embrio. Langkah keempat meletakkan embrio ayam pada cawan petri yang ada.
Langkah kelima mengamati bagian-bagian morfologi dan fisiologi kedua embrio
ayam yang ada. Langkah keenam membandingkan embrio ayam satu dengan embrio ayam
yang lainnya. Kemudian untuk langkah terakhir adalah mencatat perbandingan
embrio ayam satu dengan yang lainnya beserta ciri-ciri yang dimiliki oleh
masing-masing embrio.
C.
Pembahasan
Embrio
merupakan hasil dari pembelahan mitosis zigot, dimana zigot terbentuk dari
proses fertilisasi dan fusi antara sel kelamin jantan dengan betina. Pada ayam proses fertilisasinya berlangsung secara
internal. Proses ini mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus
mempertahankan jumlah kromosom anakan tetap diploid seperti induknya. Pertemuan
kedua macam gamet terjadi di saluran reproduksi hewan betina. Dalam hubungan
ini gamet jantan (spermatozoa) dipindahkan ke dalam saluran reproduksi betina
melalui proses kawin atau coitus untuk dapat bertemu dengan gamet betina (sel
telur).
Pola dasar perkembangan embrio ayam sama dengan embrio katak,
yaitu melalui tahap, blastula, gastrula, neurula dan organogenesis. Pembelahan
ayam merupakan pembelahan meroblastik, artinya pembelahan hanya berlangsung di
keping lembaga saja. Dari hasil pembelahan diperoleh blastoderm sebanyak 3-4
lapisan sel. Blastula ayam memiliki epiblast, hipoblast, dan blastocoel.
Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area pelusida, bagian tepi
yang lebih gelap adalah daerah opaka. Hipoblast merupakan bakal lapisan ekstra
embrio.
Pada
pengamatan terkait pertumbuhan dan perkembangan embrio ayam dengan periode
tertentu, kami menggunakan 2 buah telur ayam untuk melakukan pengamatan embrio,
dimana telur ayam pertama diprediksi berusia 14 hari sedangkan telur ayam kedua
berusia 16 hari. Setelah membuka kerabang kedua embrio ayam tersebut, dilakukan
pengamatan pada ciri-ciri morfologi dan fisiologi keduanya.
Embrio
ayam usia 14 hari, diantara ciri-ciri yang ditemukan dari embrio ayam tersebut
adalah yolk (kuning telur) yang merupakan sumber makanan yang dimilikinya masih
berjumlah banyak, bulu tumbuh dengan jarang, ukuran mata belum sempurna,
pembuluh darah yang melekat pada selaput telur (omnion) berjumlah banyak, kaki
terbentuk, paruh dan lidah terbentuk, putih telur masih banyak, embrio ayam
ditemukan dibagian bawah telur dan pada bagian dada tidak terdapat bulu.
Embrio
ayam usia 16 hari, diantara ciri-ciri yang ditemukan dari embrio ayam tersebut
adalah yolk (kuning telur) yang merupakan sumber makanan yang dimilikinya berjumlah
semakin sedikit, bulu tumbuh dengan lebat menutupi seluruh tubuh terkecuali
bagian kaki, ukuran mata semakin mengecil dan mendekati normal, pembuluh darah
yang melekat pada selaput telur (omnion) berjumlah lebih sedikit dibandingankan
embrio ayam pembanding, kaki terbentuk, paruh dan lidah terbentuk, putih telur
sangat sedikit, embrio ayam ditemukan dibagian bawah telur dan pada bagian dada
telah ditutupi bulu dengan warna hitam.
Kedua
telur ayam tersebut berasal dari induk yang sama, akan tetapi waktu pengeluaran
dari tubuh induk mungkin berbeda sehingga menyebabkan perbedaan ciri-ciri
morfologi embrio antara telur ayam satu dengan yang lain. Selain itu lama
pengeraman dan pengambilan telur dari sarangnya juga dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Guncangan pada telur sangat mempengaruhi
rusak atau tidaknya telur itu sendiri.
Jenis
kelamin pada ayam dapat diketahui dari bulu convert yang dimilikinya, ayam
betina memiliki bulu covert yang sama panjang dengan bulu primer dan ayam
jantan memiliki bulu covert yang lebih pendek dari bulu primer. Bulu convert
dan bulu primer terletak pada bagian sayap ayam. Metode penentuan jenis kelamin
ayam ini dikenal dengan istilah “feather
sexing”.
Telur rusak pada
ayam dapat disebabkan adanya bakteri dari luar
telur atau pada saat pembentukannya di dalam perut ayam, selain itu factor
guncangan juga dapat menyebabkan kerusakan pada telur. Selain kerusakan telur
terdapat masalah kelainan yang dapat dialami oleh sebuah telur yang disebut
sebagai abnormalitas telur. Bentuk abnormalitas telur seperti telur dengan
cangkang yang bening/tipis hal ini disebabkan karena belum siapnya ayam untuk bertelur (terlalu dini). Penyebab
lainnya mungkin karena ayam terserang IB, dan kekurangan unsur kalsium di
dalam pakannya.
Telur
dengan cangkang keriput ini terjadi karena cangkang kehilangan bentuknya
sewaktu penambahan zat penyusunannya sehingga lapisannya tidak rata. Penyebab
utama hal ini adalah karena ayam terserang Infectious Bronchitis (IB). Penyebab
lain yang memungkinkan adalah karena terjadi tekanan pada telur di dalam
uterus ketika awal penambahan kalsium. Telur dengan cangkang tebal dibagian
tengah, bentuk telur menjadi tidak oval karena
terjadi penebalan pada bagian tengah yang melingkari telur. Ini disebabkan oleh
rusaknya cangkang (di dalam uterus) sesaat menjelang
pengerasan. Selanjutnya secara kompensatif, ayam berusaha memperbaikinya dengan
cara penambahan ulang, maka terjadilah penebalan di bagian tengah. Hal-hal
tersebut merupakan bentuk abnormalitas telur.
Variable-variable yang dapat mempengaruhi penelitian embrio
telur ayam dengan periode tertentu ini diantaranya adalah kesalahan dalam
menganalisis usia telur ayam sehingga berujung pada kesalahan menganalisis
ciri-ciri morfologi dan fisiologi masing-masing telur. Alat dan bahan yang
tidak memadai, yang dimaksud disini adalah alat inkubasi yang digunakan serta
alat yang digunakan untuk melakukan pengamatan. Terkahir human eror,
diantaranya dapat berupa kesalahan dalam menganalisis dan membandingkan objek
pengamatan satu dengan yang lainnya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pertumbuhan
dan perkembangan embriologi ayam secara morfologi dan fisiologi dalam 21 hari
secara umum memiliki tahapan-tahapan organogenesis dan spermatogenesis. Pada 1
– 7 hari, organ yang terbentuk adalah mata, pembuluh darah dan lidah. Pada 8 –
14 hari, embrio mengalami pelengkungan atau perpindahan posisi dari bagian atas
telur menuju bagian bawah, tumbuh bulu, penyusutan alat-alat indra keukuran
normal dan organ dalam tubuh sudah bekerja dengan baik. Pada 15 – 21 hari, yolk
telah habis, putih telur telah hilang dan anak ayam membuka kerabang/cangkang
yang dimilikinya.
B.
Saran
Kepada Co. Ass yang
mendampingi kami serta yang lain, diharapkan untuk bersabar dalam membimbing
kami yang masih usil dan sering bertanya.
DAFTAR PUSTAKA
Febriany, Reni.,
dkk. 2016. Perkembangan Embrio dan
Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old Chicken) Ayam Jawa Super. Jurnal Sain
Veteriner. Vol. 34:1 : 30.
Haviz, M. 2014. Konsep Dasar
Embriologi: Tinjauan Teoritis.
Jurnal Saintek. Vol. 6:1 : 96-97.
Poernomo, Bambang. 2017. Teratologi pada Hewan dan Ternak.
Surabaya: Airlangga University Press.
Rahmatika, Diah. 2008. Bagaimana
Pertumbuhan & Perkembangan Manusia.
Jakarta: Shakti Adiluhung.
Syahruli. 2006. Biologi. Surabaya: Lentera Ilmu.
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment