Monday 4 January 2021

L. Edwin Arwana: Laporan Praktikum Embriologi Ayam

 Laporan Tetap Praktikum

 

PERKEMBANGAN HEWAN
ACARA II

“EMBRIOLOGI AYAM”

 


 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin.

Kedua kalinya tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul rasul wa khotimul anbiya’ Muhammad shallallah alaihi wasallam, yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat merasakan manisnya Islam.

Saya haturkan banyak terima kasih kepada para dosen, staf laboratorium, serta kakak-kakak tingkat terlebih khusus lagi yang menjadi Co. Ass atas segala bimbingan dan pengajarannya sehingga akhirnya laporan tetap praktikum perkembangan hewan ini dapat diselesaikan. Kritik serta saran yang membangun sangatlah kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini menjadi lebih baik.

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

COVER

HALAMAN PENGESAHAN                                                                      ii

KATA PENGANTAR                                                                                  iii

DAFTAR ISI                                                                                                 iv

BAB I PENDAHULUAN                                                                             1

A.  Latar Belakang                                                                               1

B.  Rumusan Masalah                                                                          2

C.  Tujuan                                                                                             2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA                                                                 3

BAB III METODOLOGI                                                                             6

A.  Pelaksanaan                                                                                    6

B.  Alat dan Bahan                                                                               6

C.  Cara Kerja                                                                                      6

BAB IV PEMBAHASAN                                                                            7

A. Hasil Pengamatan                                                                           7

B.  Analisis Prosedur                                                                           8

C.  Pembahasan                                                                                    8

BAB V PENUTUP                                                                                        12

A.  Kesimpulan                                                                                     12       

B.  Saran                                                                                              12

DAFTAR PUSTAKA                                                                                              

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Fase embryogenesis ini dibagi menjadi 2, yaitu fase embrionik dan pasca embrionik. Fase embrionik merupakan fase pembentukan embrio dari zigot sampai ke tahap gastrula, sedangkan fase pasca embrionik merupakan fase yang berlaku dari menetasnya telur atau melahirkannya hewan sampai tumbunya individu dewasa baru (berlaku setelah fase embrionik).

Ilmu yang mempelajari tentang segmentasi dan blastulasi pada mahluk hidup secara mendalam disebut dengan embriologi. Selain untuk mengetahui proses perkembangan kita sebelum dilahirkan dan bagaimana asal muasal terbentuknya manusia, mamfaat lain ilmu embriologi adalah 1) melacak taksa suatu hewan, 2) membantu mencari bukti-bukti adanya evolusi, 3) memecahkan masalah kelainan anatomis, 4) membantu program keluarga berencana, 5) kemungkinan pengendalian kanker atau kemungkinan penyembuhannya, dan 6) membantu mempersiapkan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas.

Diharapkan dengan adanya laporan ini penyusun dan pembaca dapat mengatahui bentuk morfologi dan fisiologi dari embrio ayam pada periode/waku tertentu. Selain itu penyusun juga berharap dengan adanya laporan ini, penyusun dapat berpartisipasi untuk mengimplementasikan UUD 1945 tentang bagaimana cara mencerdaskan generasi bangsa Indonesia.

B.       Rumusan Masalah

Bagaimana bentuk morfologi dan fisiologi embrio ayam pada periode/waktu tertentu setelah pengeraman?

C.      Tujuan

Untuk mengetahui bentuk morfologi dan fisiologi embrio ayam pada periode/waktu tertentu setelah pengeraman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan (developmental of biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup. Sedangkan embriologi adalah studi mengenai embrio dengan penekanan kepada polapola perkembangan embrio. Untuk membedakan pemahaman anda tentang embriologi dengan biologi perkembangan, di bagian berikut ini akan dituliskan beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi. Dan berikut 3 istilah penting dalam ilmu embriologi: 1) Embriogenesis adalah proses pembentukan dan pertumbuhan secara progresif dari sebuah sel menuju periode organ primordial. (Pada manusia terjadi saat minggu ke-8 perkembangan). Terkadang disebut juga dengan organogenesis. 2) Periode fetal adalah saat terjadinya diferensiasi yang berkelanjutan dan ditandai dengan pertumbuhan dan meningkatnya berat fetus. 3) Teratologi adalah bagian embriologi yang mengkaji tentang cacat lahir dan penyebabnya. (Konsep Dasar Embriologi: Tinjauan Teoretis. Jurnal Saintek. Vol. 6:1 : 96-97)

Proses pembelahan terjadi pada awal kehidupan suatu individu. Proses pembelahan ini merupakan pembelahan sel blastomer tanpa disertai dengan pertambahan massa sel. Sehingga terjadi proses pembelahan sel tanpa diikuti oleh pertumbuhan sel atau ekspresi gen. Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi, terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil. Sel ini disebut blastomer. Pembelahan itu dapat meliputi seluruh bagian, dapat pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pembelahan ini teriadi secara mitosis, meskipun terkadang iuga diikuti pembelahan inti yang terus menerus tanpa diikuti sitoplasma. Ketika fertilisasi, seluruh sel spermatozoa menembus dinding sel telur dan masuk ke dalam sitoplasma sel telur. Menurut Poernomo bagian ekor dan lehernya ikut masuk ke dalam sel telur, meskipun belum diketahui manfaatnya. Selanjutnya, inti sel (nukleus) telur dan inti sel sperma membentuk pronukleus betina dan pronukleus jantan. Kedua pronukleus tersebut mengadakan fusi di bagian tengah sel telur pada daerah yang disebut titik Amphigoni. Setelah bersatu, sel ovum yang awalnya haploid berubah menjadi zigot yang diploid. Selanjutnya sambil bergerak ke arah uterus (rahim), zigot membelah berkali-kali. Zigot membelah diri menjadi 2, 4, 8, 16, dan seterusnya. (Bambang, 2017: 5)

Perkembangan embrio pada trimester merupakan fase gastrula yaitu tahap pertumbuhan embrio berbentuk mangkuk yang terdiri atas dua sel atau masa embrio dini setelah masa blastula yaitu struktur bulat, hasil pembelahan zigot. Tahap kedua, yang disebut tahap embrio, berlangsung lima setengah minggu. Tahap embrio mulai ketika zigot telah tertanam dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, sistem dan organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Meskipun bentuk luar masih jauh berbeda dibandingkan manusia dewasa, beberapa bentuk seperti mata dan tangan, bahkan telinga dan kaki mulai dapat dikenali. (Syahruli, 2006: 9)

Perkembangan embrio pada trimester kedua ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh. Pada trimester ketiga, masing-masing fungsi organ tubuh semakin matang. Gerakan janin makin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun kian mudah didengar. Pada minggu ke-36 (bulan kesembilan), berat bayi harusnya mencapai 2500 gram dengan panjang 46 cm. Pada minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan berat 2950 gram, di usia ini bayi dikatakan siap lahir karena seluruh fungsi organ-organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri. Kepala bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir, kendati sebagian kecil di antaranya dengan posisi sungsang. Pada minggu ke-38, berat bayi sekitar 3100 gram dengan panjang 48 cm. Meski biasanya akan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, bayi rata-rata akan lahir di usia kehamilan 38 minggu. (Diah, 2008: 3)

Telur ayam akan menetas setelah 21 hari inkubasi dengan melalui serangkaian perkembangan embrio secara komplek. Perkembangan embrio ayam dimulai dari fertilisasi, blastulasi, gastrulasi, neurolasi dan organogenesis. Fertilisasi merupakan penggabungan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina membentuk zigot. Tahap selanjutnya adalah pembelahan secara mitosis pada zigot. Blastula merupakan lanjutan dari stadium pembelahan berupa massa blastomer membentuk dasar calon tubuh ayam, pada tahap ini terbentuk blastoselom. Gastrula adalah proses kelanjutan stadium blastula, tahap akhir proses gastrulasi ditandai dengan terbentuknya gastroselum dan sumbu embrio sehingga embrio mulai tumbuh memanjang Tubulasi merupakan kelanjutan dari proses stadium gastrula. Embrio pada stadium ini disebut neurula karena pada tahap ini terjadi neurulasi yaitu pembentukan bumbung neural. Organogensis merupakan tahap selanjutnya yaitu perkembangan dari bentuk primitif embrio menjadi bentuk definitif yang memiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam satu spesies. (Perkembangan Embrio dan Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old Chicken) Ayam Jawa Super. Jurnal Sain Veteriner. Vol. 34:1 : 30)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI

 

A.      Pelaksanaan

Hari/Tanggal  : Senin/23 November 2020

Waktu            : 09:00 WITA-Selesai

Tempat           : Laboratorium Prodi IPA Biologi

B.       Alat dan Bahan

1.      Alat

a.       Mikroskop Cahaya Monokuler

b.      Mikroskop Cahaya Binokuler

c.       Hp

d.      Alat Tulis

e.       Cawan Petri

2.      Bahan

a.       Telur Ayam 14 Hari

b.      Telur Ayam 16 Hari (Pembanding)

C.      Cara Kerja

1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipraktikumkan.

2.      Mengambil 2 butir telur yang akan diamati.

3.      Membuka kulit telur satu persatu secara hati-hati sehingga tidak merusak embrio.

4.      Meletakkan embrio ayam pada cawan petri yang ada.

5.      Mengamati bagian-bagian morfologi dan fisiologi kedua embrio ayam yang ada.

6.      Membandingkan embrio ayam satu dengan embrio ayam yang lainnya.

7.      Mencatat perbandingan embrio ayam satu dengan yang lainnya beserta ciri-ciri yang dimiliki oleh masing-masing embrio.

 

 

 

BAB IV

PEMBAHASAN

 

A.      Hasil Pengamatan

1.      Gambar Hasil Pengamatan

No.

Gambar LAB

Gambar Literatur

Keterangan

1.

f    e    d    c     b     a

Embrio Ayam Umur 14 Hari:

a.       Yolk (Kuning Telur

b.      Omnion (Selaput Telur)

c.       Putih Telur

d.      Bulu

e.       Mata

f.        Kaki

2.

 a    b    c    d    e    f

Embrio Ayam Umur 16 Hari:

a.       Yolk

b.      Omnion

c.       Putih Telur

d.      Bulu

e.       Mata

f.        Kaki

2.      Tabel Hasil Pengamatan

No.

Keterangan

Embrio Ayam 14 Hari

Embrio Ayam 16 Hari

1.

Bulu

Sedikit

Banyak

2.

Yolk

Banyak

Sedikit

3.

Mata

Besar

Kecil

4.

Putih Telur                         

Banyak

Sedikit

B.       Analisis Prosedur

Prosedural dalam melakukan praktikum pengamatan embriologi ayam pada periode yang sudah ditentukan ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut, pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktikum tersebut, langkah kedua mengambil 2 butir telur yang akan diamati, dimana pada pengamatan ini telur yang digunakan telah mengalami pengeraman selama 14 dan 16 hari. Langkah ketiga membuka kulit telur satu persatu secara hati-hati sehingga tidak merusak embrio. Langkah keempat meletakkan embrio ayam pada cawan petri yang ada. Langkah kelima mengamati bagian-bagian morfologi dan fisiologi kedua embrio ayam yang ada. Langkah keenam membandingkan embrio ayam satu dengan embrio ayam yang lainnya. Kemudian untuk langkah terakhir adalah mencatat perbandingan embrio ayam satu dengan yang lainnya beserta ciri-ciri yang dimiliki oleh masing-masing embrio.

C.      Pembahasan

Embrio merupakan hasil dari pembelahan mitosis zigot, dimana zigot terbentuk dari proses fertilisasi dan fusi antara sel kelamin jantan dengan betina. Pada ayam proses fertilisasinya berlangsung secara internal. Proses ini mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus mempertahankan jumlah kromosom anakan tetap diploid seperti induknya. Pertemuan kedua macam gamet terjadi di saluran reproduksi hewan betina. Dalam hubungan ini gamet jantan (spermatozoa) dipindahkan ke dalam saluran reproduksi betina melalui proses kawin atau coitus untuk dapat bertemu dengan gamet betina (sel telur).

Pola dasar perkembangan embrio ayam sama dengan embrio katak, yaitu melalui tahap, blastula, gastrula, neurula dan organogenesis. Pembelahan ayam merupakan pembelahan meroblastik, artinya pembelahan hanya berlangsung di keping lembaga saja. Dari hasil pembelahan diperoleh blastoderm sebanyak 3-4 lapisan sel. Blastula ayam memiliki epiblast, hipoblast, dan blastocoel. Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area pelusida, bagian tepi yang lebih gelap adalah daerah opaka. Hipoblast merupakan bakal lapisan ekstra embrio.

Pada pengamatan terkait pertumbuhan dan perkembangan embrio ayam dengan periode tertentu, kami menggunakan 2 buah telur ayam untuk melakukan pengamatan embrio, dimana telur ayam pertama diprediksi berusia 14 hari sedangkan telur ayam kedua berusia 16 hari. Setelah membuka kerabang kedua embrio ayam tersebut, dilakukan pengamatan pada ciri-ciri morfologi dan fisiologi keduanya.

Embrio ayam usia 14 hari, diantara ciri-ciri yang ditemukan dari embrio ayam tersebut adalah yolk (kuning telur) yang merupakan sumber makanan yang dimilikinya masih berjumlah banyak, bulu tumbuh dengan jarang, ukuran mata belum sempurna, pembuluh darah yang melekat pada selaput telur (omnion) berjumlah banyak, kaki terbentuk, paruh dan lidah terbentuk, putih telur masih banyak, embrio ayam ditemukan dibagian bawah telur dan pada bagian dada tidak terdapat bulu.

Embrio ayam usia 16 hari, diantara ciri-ciri yang ditemukan dari embrio ayam tersebut adalah yolk (kuning telur) yang merupakan sumber makanan yang dimilikinya berjumlah semakin sedikit, bulu tumbuh dengan lebat menutupi seluruh tubuh terkecuali bagian kaki, ukuran mata semakin mengecil dan mendekati normal, pembuluh darah yang melekat pada selaput telur (omnion) berjumlah lebih sedikit dibandingankan embrio ayam pembanding, kaki terbentuk, paruh dan lidah terbentuk, putih telur sangat sedikit, embrio ayam ditemukan dibagian bawah telur dan pada bagian dada telah ditutupi bulu dengan warna hitam.

Kedua telur ayam tersebut berasal dari induk yang sama, akan tetapi waktu pengeluaran dari tubuh induk mungkin berbeda sehingga menyebabkan perbedaan ciri-ciri morfologi embrio antara telur ayam satu dengan yang lain. Selain itu lama pengeraman dan pengambilan telur dari sarangnya juga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan embrio. Guncangan pada telur sangat mempengaruhi rusak atau tidaknya telur itu sendiri.

Jenis kelamin pada ayam dapat diketahui dari bulu convert yang dimilikinya, ayam betina memiliki bulu covert yang sama panjang dengan bulu primer dan ayam jantan memiliki bulu covert yang lebih pendek dari bulu primer. Bulu convert dan bulu primer terletak pada bagian sayap ayam. Metode penentuan jenis kelamin ayam ini dikenal dengan istilah “feather sexing”.

Telur rusak pada ayam dapat disebabkan adanya bakteri dari luar telur atau pada saat pembentukannya di dalam perut ayam, selain itu factor guncangan juga dapat menyebabkan kerusakan pada telur. Selain kerusakan telur terdapat masalah kelainan yang dapat dialami oleh sebuah telur yang disebut sebagai abnormalitas telur. Bentuk abnormalitas telur seperti telur dengan cangkang yang bening/tipis hal ini disebabkan karena belum siapnya ayam untuk bertelur (terlalu dini). Penyebab lainnya mungkin karena ayam terserang IB, dan kekurangan unsur kalsium di dalam pakannya.

Telur dengan cangkang keriput ini terjadi karena cangkang kehilangan bentuknya sewaktu penambahan zat penyusunannya sehingga lapisannya tidak rata. Penyebab utama hal ini adalah karena ayam terserang Infectious Bronchitis (IB). Penyebab lain yang memungkinkan adalah karena terjadi tekanan pada telur di dalam uterus ketika awal penambahan kalsium. Telur dengan cangkang tebal dibagian tengah, bentuk telur menjadi tidak oval karena terjadi penebalan pada bagian tengah yang melingkari telur. Ini disebabkan oleh rusaknya cangkang (di dalam uterus) sesaat menjelang pengerasan. Selanjutnya secara kompensatif, ayam berusaha memperbaikinya dengan cara penambahan ulang, maka terjadilah penebalan di bagian tengah. Hal-hal tersebut merupakan bentuk abnormalitas telur.

Variable-variable yang dapat mempengaruhi penelitian embrio telur ayam dengan periode tertentu ini diantaranya adalah kesalahan dalam menganalisis usia telur ayam sehingga berujung pada kesalahan menganalisis ciri-ciri morfologi dan fisiologi masing-masing telur. Alat dan bahan yang tidak memadai, yang dimaksud disini adalah alat inkubasi yang digunakan serta alat yang digunakan untuk melakukan pengamatan. Terkahir human eror, diantaranya dapat berupa kesalahan dalam menganalisis dan membandingkan objek pengamatan satu dengan yang lainnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan embriologi ayam secara morfologi dan fisiologi dalam 21 hari secara umum memiliki tahapan-tahapan organogenesis dan spermatogenesis. Pada 1 – 7 hari, organ yang terbentuk adalah mata, pembuluh darah dan lidah. Pada 8 – 14 hari, embrio mengalami pelengkungan atau perpindahan posisi dari bagian atas telur menuju bagian bawah, tumbuh bulu, penyusutan alat-alat indra keukuran normal dan organ dalam tubuh sudah bekerja dengan baik. Pada 15 – 21 hari, yolk telah habis, putih telur telah hilang dan anak ayam membuka kerabang/cangkang yang dimilikinya.

B.       Saran

Kepada Co. Ass yang mendampingi kami serta yang lain, diharapkan untuk bersabar dalam membimbing kami yang masih usil dan sering bertanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Febriany, Reni., dkk. 2016. Perkembangan Embrio dan Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old Chicken) Ayam Jawa Super. Jurnal Sain Veteriner. Vol. 34:1 : 30.

Haviz, M. 2014. Konsep Dasar Embriologi: Tinjauan Teoritis. Jurnal Saintek. Vol. 6:1 : 96-97.

Poernomo, Bambang. 2017. Teratologi pada Hewan dan Ternak. Surabaya: Airlangga University Press.

Rahmatika, Diah. 2008. Bagaimana Pertumbuhan & Perkembangan Manusia. Jakarta: Shakti Adiluhung.

Syahruli. 2006. Biologi. Surabaya: Lentera Ilmu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

0 comments:

Post a Comment