This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday 7 February 2023

Lalu Edwin Arwana: Penurunan Poligenik

 

Makalah Genetika Dasar

 

PENURUNAN POLIGENIK

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Harja Efendi, M. Pd

 



 

LALU EDWIN ARWANA (180104010)

 

 

 

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2020

 

 

 

 


 


KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun Makalah Genetika Dasar tentang “Penurunan Poligenik” dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan alam nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa umatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang seperti saat ini.

Penyusun mengucapkan terimakasih dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak diantaranya; Dr. M. Harja Efendi, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Genetika Dasar  yang telah berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata Semoga makalah ini kiranya memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita semua. Penyusun mengucapkan terimakasih, lebih dan kurangnya mohon maaf  jika ada lebihnya itu dari Allah dan kurangnya dari kami.

 

 

Mataram,  2 Oktober 2020

 

 

                                        Penyusun,

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUN......................................................................................... 1

A.    Latar belakang ...................................................................................... 1

B.     Rumusan masalah ................................................................................. 1

C.     Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A.    Definisi Poligenik.................................................................................. 3

B.     Sejarah Poligenik................................................................................... 5

C.     Prinsip Poligenik ................................................................................... 5

D.    Perbedaan Monogenik dan Poligenik.................................................... 6

E.     Ciri-Ciri Determinisme Poligenik.......................................................... 7

F.      Pola Penurunan Gen.............................................................................. 7

G.    Kelainan Penurunan Poligenik.............................................................. 8

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 15

A.    Kesimpulan ......................................................................................... 15

B.     Saran ................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Organisme memiliki kemampuan untuk berkembangbiak atau memperbanyak keturunannya untuk mempertahankan kehidupannya. Pada organisme yang berkembangbiak secara seksual individu baru merupakan hasil dari kombinasi informasi genetik dari dua gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parantelnya.

Genetika merupakan cabang ilmu biologi yang didalmnya terkadung muata tentang penurunan sifat genetik dari induk ke keturunannya. Dalam perkembanganya genetika secara  gari besar dibagi menjadi tiga masa yaitu: genetika klasik, genetika Mendel dan genetika moderen yang perekembangannya dimulai dengan berkembangnya teknik molekuler.

Pewarisan sifat dan kombinasi antar gen, tak jarang menghasilkan gen yang kurang diinginkan atau terjadi kelai pada individu. Penurunan sifat terjadi melalui proses perkawinan antara dua individu sejenis. Perkawinan ini akan menimbulkan sebuah pewarisan sifat beda yang ditentukan oleh gen didalam kromosom, oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai penurunan poligenik yang terjadi dalam individu dan apasaja kelainan yang ditimbulkan dalam proses tersebut.

B.       Rumusan Masalah

1.    Apa definisi poligenik?

2.    Bagaimana sejarah ditemukannya poligenik?

3.    Bagaimana prinsip dalam poligenik?

4.    Apa perbedaan antara monogenik dan poligenik?

5.    Bagimana ciri-ciri determinisme poligenik?

6.    Bagaiman pola penurunan gen?

7.    Apa saja kelainandalam penurunan poligenik?

 

 

C.      Tujuan

1.    Untuk mengetahui definisi poligenik.

2.    Untuk mengetahui sejarah ditemukannya poligenik.

3.    Untuk mengetahui prinsip dalam poligenik.

4.    Untuk mengetahui perbedaan antara monogenik dan poligenik.

5.    Untuk mengetahui ciri-ciri determinisme poligenik.

6.    Untuk mengetahui pola penurunan gen.

7.    Untuk mengetahui kelainandalam penurunan poligenik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Definisi Poligenik

Poligen atau disebut juga factor ganda, pewarisan sifat gen ganda atau gen kuantitatif adalah sekelompok gen atau lokus yang tidak saling epistatik yang secara bersama-sama menentukan suatu sifat kuantitatif atau sifat yang dapat diukur secara kuantitatif. Jadi sifat yang dikontrol oleh poligen berkaitan dengan karakter kuantitatif, kebalikan dari karakter kualitatif yang biasanya dikontrol oleh monogen atau oligogen. Adanya banyak gen ini menyebabkan kemungkinan fenotip yang diekspresikan bukan hanya terdiri dari dua kemungkinan bunga merah atau putih saja tetapi banyak variasi yang ditemukan seperti warna bunga, warna biji dan keadaan kulit biji.[1] Sifat kuantitatif sering disamakan dengan sifat poligenik.

Lokus Poligenik adalah setiap individu lokus dalam suatu system gen yang bertanggung jawab terhadap ekspresi karakter kuuantitatif. Lokus poligenik bisa jadi merupakan lokus tunggal atau konvlek dalam pemikiran konvensional artinya bisa jadi merupakan gen tunggal atau satu kelompok yang terletak berdekatan (bertaut) dan secara fungsional berkaitan. Dan perlu diketahui bahwasannya semakin banyak lokus yang mengendalikan suatu sifat, maka akan semakin banyak macam genotipe yang mungkin terbentuk. Sifat yang dikendalikan oleh banyak lokus seperti ini disebut sifat poligenik atau sifat kuantitatif.

Hubungan antara gen-gen yang berbeda yang bersama-sama menyusun poligen dan mengontrol suatu sifat adalah additive yang merupakan kontribusi setiap alel. Pengaruh substitusi alel pada masing-masing gen yang besegresi biasanya relative kecil dan dapat saling dipertukarkan yang menghasilkan kondisi dimana fenotip yang sama/identic dikontrol oleh berbagai genotip. Seringkali gen-gen tersebut jumlahnya banyak tetapi pengaruhnya kecil. Biasanya gen-gen ini bersifat pleiotrofi.[2]

(Gambar 1.1. Variasi warna kulit bentuk penurunan poligenik)

Umumnya pewarisan multifactorial sangat dipengaruhi oleh lingkungan sifat yang dikendalikan baik oleh lingkungan. Sifat yang dikendalikan baik oleh factor lingkungan dan genetic atau sifat multifactorial merupakan sifat yang tampak tinggi variasinya dan mempunyai gradiasi yang kontinu seperti tinggi tanaman, berat buah dan tinggi tongkol. Semua fenotip ini dikontrol oleh interaksi gen dan dampak lingkungan yang rumit. Distribusi yang kontinu pada sifat seperti tinggi tanaman, berat buah dan panjang tongkol seperti yang dijelaskan diatas mencerminkan pengaruh gen yang tidak mencerminkan dominasi dan resesif. Dengan demikian, pewarisan sifat poligenik tidak akan megikuti pola yang sama dengan monohybrid sederhana atau persilangan dihybrid. Pewarisan poligenik dapat dijelaskan sebagai pewarisan mendel pada banyak lokus, yang menghasilkan suatu sifat yang terdistribusi secara normal. Jika n adalah jumlah lokus yang terlibat, maka koefisien dari ekspansi binomial dari (a + b)2n akan memberikan frekuensi distribusi semua kombinasi n alel. Untuk n yang cukup tinggi, distribusi binomial ini akan menyerupai distribusi normal. Frekuensi fenotip dari trait ini umumnya mengikuti pola distribusi normal yang kontinu yang merupakan hasil dari berbagai kemungkinan kombinasi alel. fenotip dari sifat-sifat yang dikontrol oleh poligen biasanya bevariasi secara gradient yang kontinu yang digambarkan dengan kurva yang berbentuk lonceng. Semakin banyak gen yang terlibat semakin halus kurva yang dibentuk.[3]

Poligenik yaitu lebih dari satu gen yang mengatur suatu sifat tunggal yang terlihat.[4] Poligenik dikendalikan oleh banyak gen serta pengaruh dari gen-gen tersebut kecil terhadap ekspresi suatu karakter  berbeda dengan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen, karena pengaruh dari masing-masing gen kecil terhadap suatu karakter maka pewarisannya tidak sederhana dan tidak mengikuti pola pewarisan Hukum Mendel.[5]

B.       Sejarah Poligenik

Salah satu penelitian pertama tentang pewarisan poligenik dilakukan oleh ahli genetika berkebangsaan Amerika bernama Edward M. East diawal tahun 1900-an. Ia menyeleksi tanaman jagung dengan tongkol yang panjang atau yang pendek, lalu menyilangkan mereka. Hasilnya berupa generasi tanaman dengan variasi ukuran tongkol yang beragam, yang terkelompok menurut ukuran yang kasarnya berada diantara ukuran kedua orangtuanya itu (intermidiate). Pada abad ke-19 fenomena ini serta merta digunakan sebagai contoh dari pewarisan yang saling menyamarkan (blanding inhiritence). Akan tetapi, East menyadari bahwa hal tersebut dihasilkan melalui efek-efek perpaduan banyak gen sehingga terciptalah bentuk variasi yang hampir-hampir sifatnya berkesinambungan. Gen-gen berinteraksi dalam banyak cara. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, jelaslah bahwa pewarisan poligenik berarti bahwa Hereditas mendelian tidak bertentangan dengan gagasan Darwin tentang variasi dan seleksi alamiah. Kenyataannya mereka saling menguatkan.[6]

C.      Prinsip Poligenik

Pada tahun 1913, Rollins Emerson dan Edward East membuat persilangan jagung varietas jagung manis yang memilki tongkol pendek dengan varietas jagung popcorn (jagung brondong) yang memiliki tongkol panjang, kemudian membuat saling silang sesama individu F1. Dari hasil persilangan tersebut tidak dapat diterangkan menggunakan prinsip-prinsip genetika Mendel yaitu kaidah “satu gen-satu lokus” yang mengendalikan pewarisan karakter diskontinyu. Dengan demikian Emerson dan East mengemukankan hipotesis bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh banyak gen/lokus. Hipotesis ini dikenal dengan sebutan hipotesis poligenik atau multiple gen untuk pewarisan kuantitatif (polygene or multiple-gene hypothesis for quantitative inheritance). Pada karakter kuantitatif tidak ada dominansi antar alel dalam suatu lokus, sehingga ekspresi suatu karakter tergantung pada berapa banyak alel yang berpengaruh terhadap fenotipe dikandung oleh genotipe yang bersangkutan. Dalam perspektif ini dikenal istilah alel berefek (contributing alleles) dan alel tidak berefek(noncontributing alleles). Misalnya pada karakter warna biji gandum, untuk genotipe RRCC (memiliki 4 alel berefek), maka fenotipenya akan berwarna merah gelap, sedang genotipe rrcc (tidak memiliki alel berefek) maka fenotipenya akan berwarna putih. Fenotipe warna dari suatu genotipe merupakan fungsi dari seberapa banyak genotype tersebut memiliki alel berefek (dalam hal ini R dan C).

D.      Perbedaan Monogenik dengan Poligenik

Monogenic, yaitu sifat tahan yang diatur oleh satu gen dominan atau resesif, oligogenik, yaitu sifat tahan yang diatur oleh beberapa gen yang saling menguatkan, dan poligenik, yaitu sifat tahan yang diatur oleh banyak gen yang saling menambah dan masing-masing gen memberikan reaksi yang berbeda sehingga timbul ketahanan dengan spektrum luas.[7] Jadi ada umumnya perbedaan antara monogenik dan poligenik adalah pada monogenik hanya menggunakan satu gen saja untuk menentukan karakter, sedangkan pada poligenik melibatkan banyak gen untuk membentuk suatu karakter.

 

 

E.       Ciri-Ciri Determinisme Poligenik

Ciri-ciri dengan determinisme poligenik sesuai dengan karakter kuantitatif klasik, berbeda dengan karakter kualitatif monogenik atau oligogenik, intinya poligenik ini memiliki banyak variasi bukan hanya dua pilihan seperti frackles dan non-frackles. Adapun beberapa sifat manusia yang diturunkan melalui poligenik, diantaranya: tinggi badan, SLE (Lupus: systemic lupus erythematosus), berat badan, warna mata, inteligenesia, warna kulit, berbagai bentuk perilaku dan sebagainya.

(Gambar 1.2. Penurunan poligenik: kiri atas (segregesi allel), kanan atas (persegi punnett), bawah (ekspresi fenotipe))

F.       Pola Penurunan Gen

Untuk dapat memprediksi penurunan suatu gen bisa dilakukan dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan hubungan genesisi antar generasi. Dengan menggunakan diagram silsilah dapat membantu mengdentifikasi pembawa kromosom seks (X atau Y), diagram ini juga mampu menunjukkan sifat dari gen, apakah bersifat dominan atau resesif dan apakah seseorang dapat menjadi pembawa gen (karier) resesif yang dapat diturunkan ke generasi lainnya.

 

(Gambar 1.3. Simbol diagram silsilah)

(Gambar 1.4. Diagram silsilah penyakit resesif atutosomal)

G.      Kelainan Penurunan Poligenik

1.      Abnormal Kromosom

Anbnormalis kromosom menyebabkan banyak penyakit genetik yang meliputi perubahan jumlah kromosom dan strukturnya. Perubahan jumlah kromosom disebabkan karena tidak terpisahnya kromosom dengan benar pada saat meisis atau mitosis.[8] Abnormalitas mencakup tipe-tipe mutasi yaitu: delasi, duplikasi, inversi dan translokasi. Inversi menghasilkan protein tidak aktif atau berubah. Sedangkan delesi atau duplikasi akan mengubah produk gen.

(Gambar 1.5. Tipe-tipe mutasi)

(keterangan: Atas: delesi, duplikasi, inversi, Bawah: insersi, translokasi)

a.       Abnormalitas Jumlah kromosom

Selain efek mutasi, abnormalitas dapat berupa kekurangan ataupun kelebihan kromosom. Genom manusia terdiri atas 44 autosom dan 2 kromosom seks, sehingga jumlah seluruhnya adalah 46 buah. Gamet yang kekurangan kromosom umumnya tak dapat menghasilkan embrio yang hidup, namun gamet yang kelebihan kromosom kadang-kadang menghasilkan embrio yang hidup.

Beberapa abnormalitas jumlah kromosom yaitu:

1)      Sindroma down (Down’s syndrom: trisomi 21) menyababkan penderitanya mengalami reterdasi mental dengan lidah besar yang menyulitkan penderitanya berbicara, dan kecendrungan menderita penyakit alzheimer.

(Gambar 1.6. Penderita down syndrom)

2)      Sindroma turner (kromosom seks XO): yang mana penderitanya adalah wanita steril.

(Gambar 1.7. Penderita turner syndrom)

3)      Sindroma klinefelter (kromosom XXY): yang mana penderitanya merupaka laki-laki steril.

(Gambar1.8. Penderita kliefelter syndrome)

4)      Sindroma eksesif Y (Y ecessive synrome: kromosom XYY, XYYY, dan seterusnya): yang mana penderitanya merupakan pria dengan peningkatan sifat agresif.

(Gambar 1.9. Abnormalitas kromosom seks manusia)

b.      Abnormalitas kromosom lain

a.       Albinism: penderita labino merupak penderitakelainan yang mana tubunya tidak mampu memproduksiigmen melanin pada kulit, rambut, dan mata. Dan gennya bersifat resesif.

(gambar 1.10. Penderita albinism)

b.      Anamia bualan sabit (sickle-cel anemia): yang mana genya bersifat resesif, yang diakibatkan aadanya satu asam amino slah pada rantai β hemoglobin.

c.       Penyakit Huntington (Hntington’s disease): dimana gennya bersifat resesif dominan, menyebabkan kerusakan sel-sel otakyang progresif, biasanya setelah berusia 30 tahun.

(Gambar 1.11. Hntington’s disease)

d.      Polidaktilia (polydactilia): Penderita memiliki 6 jari tangan dengan gen yang bersifat dominan.

(Gambar 1.12. Polydactilia)

e.       Buta warna: Bersifat sex-linked (gennya berada pada kromosom X), mengenai 8% populasi pria dan 0.04% populasi wanita.

f.        Hemofilia: bersifat sex-linked (kkromosom X), yang menyebabkan sulitnya proses pebekuan darah pada manusia sehingga pembekuan darah tidak dapat berlangsung normal.

(Gambar 1.13. Color blindness/hemofilia)

g.      Distrofi muskular: Pada distrofi muskular (muscular dystrophy), otot rangka dan jantung mengecil dan melemah (muscle wasting) disertai kemunduran fungsi mental. Kebanyakan penderita mati sebelum berusia 20 tahun. Bentuk tersering yaitu Distrofi muskular Duchenne.

(Gambar 1.14 Duchenne muscular dystruphy)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Poligenik merupakan suatu kondisi dimana lebih dari satu gen yang mengatur suatu sifat tunggal yang terlihat. Sedangkan monogenic merupakan sifat tahan yang diatur oleh satu gen dominan atau resesif. Penelitian pertama tentang pewarisan poligenik dilakukan oleh ahli genetika berkebangsaan Amerika bernama Edward M. East diawal tahun 1900-an. Ia menyeleksi tanaman jagung dengan tongkol yang panjang atau yang pendek, lalu menyilangkan mereka. Hasilnya berupa generasi tanaman dengan variasi ukuran tongkol yang beragam, yang terkelompok menurut ukuran yang kasarnya berada diantara ukuran kedua orangtuanya itu (intermidiate).

Prinsip poligenik tidak dapat diterangkan menggunakan prinsip-prinsip genetika Mendel yaitu kaidah “satu gen-satu lokus” yang mengendalikan pewarisan karakter diskontinyu. Emerson dan East mengemukankan hipotesis bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh banyak gen/lokus. Hipotesis ini dikenal dengan sebutan hipotesis poligenik atau multiple gen untuk pewarisan kuantitatif (polygene or multiple-gene hypothesis for quantitative inheritance).

Ciri-ciri determinasi poligenik adalah suatu sifat tunggal yang diatur oleh banyak gen, hal ini menyebabkan poligenik itu sendiri menimbulkan banyak variasi bukan hanya dua pilihan seperti frackles dan non-frackles. Penurunan suatu gen bisa dilakukan dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan hubungan antar generasi. Dengan menggunakan diagram silsilah dapat membantu mengdentifikasi pembawa kromosom seks (X atau Y). Dan berikut beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelainan penurunan poligenik, penyakit sindrom down, sindrom turner, distrofi muscular, hemophilia, buta warna, sindrom klinefelter, polidaktilia dan masih banyak lagi.

B.       Saran

Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

 

Anas & Hakim, Lukmanul, Iman. 2017. Pola Pewarisan Karakter Umum Tanaman Sorgum (Sorgum bicolor (L) Moench). Jurnal Agrikultura ISSN: 0853-2885 (Sumedang: Universitas Pajajaran). Vol. 28:2. hlm. 104

Arumingtyas, Laras, Estri. 2016. Genetika Mendel Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika. Malang: UB Press.

Burnie, David. 2005. Evolusi. Jakarta: Erlangga.

James, Joy dkk. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga.

Yuliani, Dini & Ratna, Wage. 2017. Heretabilitas, Sumber Gen dan Durabilitas Ketahanan Varietas Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri, Jurnal Litbang Pertanian (Subang: Balai Besar Penelitian Padi). Vol. 36:2. hlm. 100

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                   

 

 

 

LAMPIRAN

 



[1] Estri Laras Arumingtyas, Genetika Mendel Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika, Malang: UB Press, 2016, hlm. 37

[2] Estri Laras Arumingtyas, Genetika Mendel......hlm. 38

[3] Estri Laras Arumingtyas, Genetika Mendel......hlm. 39

[4] Joy James dkk, Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan, Jakarta: Erlangga, 2008, hlm. 95

[5] Anas & Iman Lukmanul Hakim, Pola Pewarisan Karakter Umum Tanaman Sorgum (Sorgum bicolor (L) Moench), Jurnal Agrikultura ISSN: 0853-2885 (Sumedang: Universitas Pajajaran), 2017, Vol. 28:2, hlm. 104

[6] David Burnie, Evolusi, Jakarta: Erlangga, 2005, hlm. 103

[7] Dini Yuliani & Wage Ratna, Heretabilitas, Sumber Gen dan Durabilitas Ketahanan Varietas Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri, Jurnal Litbang Pertanian (Subang: Balai Besar Penelitian Padi), 2017, Vol. 36:2, hlm. 100

[8] Joy James, 2008, Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan Erlangga: Jakarta, halaman.98