Tuesday 5 January 2021

L. Edwin Arwana: Makalah Autekologi

 Makalah Ekologi Tumbuhan


“MACAM-MACAM PENGATURAN FISIOLOGIS PADA TUMBUHAN (AUTEKOLOGI)”


Dosen Pengampu :  Nurlita Lestariani, M.Pd





 

 

 

 

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2020

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat iman, kesehatan dan karunianya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Macam-Macam Pengaturan Fisiologis Pada Tumbuhan (Autekologi)” sebagai salah satu kewajiban penyusun sebagai seorang mahasiswa.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari alam penuh kegelapan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dalam kesempatan kali ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyusun dan dapat menyelesaikan makalah ini, terutama kepada para Dosen dan teman-teman semua.

Selanjutnya, penyusun menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun butuhkan untuk perbaikan penulisan dan penyusunan makalah menjadi lebih baik. Terakhir, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan penyusun mengucapkan. Terimakasih.

 

 

 

 

Mataram, 01 Oktober 2020

 

 

 

 

       Penyusun

Kelompok III/A

 

 

 

DAFTAR ISI

 

COVER

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN................................................................................ 1

A.    Latar Belakang........................................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah.................................................................................. 2

C.     Tujuan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

A.    Pengertian Autecology........................................................................... 3

B.     Macam-Macam Pengaturan Fisiologis Pada Tumbuhan........................ 4

1.      Pengaturan Suhu Pada Tumbuhan.................................................... 4

2.      Pengaturan Air Pada Tumbuhan....................................................... 8

3.      Pengaturan Nutrisi Pada Tumbuhan................................................ 13

4.      Pengaturan Karbon Pada Tumbuhan............................................... 19

BAB III PENUTUP......................................................................................... 23

A.    Kesimpulan............................................................................................ 23

B.     Saran...................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ekologi sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup dan hubungan diantara keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan menandakan keberadaan ilmu ekologi. Dimulai dari pengabsorsian tumbuhan (biotik) dari dalam tanah (abiotik) hingga berubah menjadi substansi energi, diikuti dengan perpindahan yang terjadi hingga kembali lagi ke tanah. Peristiwa-peristiwa alam dan hubungan-hubungan inilah yang ada didalam kajian ilmu ekologi. Namun, ekologi tidak dapat berdiri tanpa bantuan dari ilmu-ilmu lainnya seperti biologi, biofisika, biokimia, seperti ilmu tanah, geologi, geomorfologi, klimatologi ilmu lingkungan, dan sebagainya. Kontribusi ilmu-ilmu lain sangat berperan dalam memahami konsep-konsep ekologi karena dengan mempelajarinya, seseorang akan lebih mengerti kedudukan ilmu ekologi itu sendiri.

Sejalan dengan apa yang telah diuraikan terdahulu, ekologi tumbuhan berusaha untuk menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu, populasi dan komunitas. Ketiga tingkat utama ini membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan ini. Masing-masing tingkatan adalah bersifat nyata, tidak bersifat hipotetik seperti species, jadi dapat diukur dan diobservasi struktur dan operasionalnya. Individu dan populasi tidak terpisah-pisah, mereka membentuk asosiasi dan terorganisasi dalam pemanfaatan energi dan materi membentuk suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi dengan faktor lingkungan di sekitarnya membentuk ekosistem.

Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu, kajian ekologi tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi. Sinekologi, berdasarkan falsafah dasar bahwa tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Sedangkan Autekologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Dari kajian ini lahirlah bidang kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui istilah Autekologi dan bagaimana pengaturan fisiologis pada tumbuhan.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan Autekologi ?

2.      Bagaimanakah pengaturan suhu oleh tumbuhan ?

3.      Bagaimanakah pengaturan air oleh tumbuhan ?

4.      Bagaimanakah pengaturan nutrisi oleh tumbuhan ?

5.      Bagaimanakah pengaturan  karbon tumbuhan ?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Autekologi ?

2.      Untuk mengetahui pengaturan suhu oleh tumbuhan ?

3.      Untuk mengetahui pengaturan air oleh tumbuhan ?

4.      Untuk mengetahui pengaturan nutrisi oleh tumbuhan ?

5.      Untuk mengetahui pengaturan karbon tumbuhan ?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Autekologi

Autekologi merupakan bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku spesies atau populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu spesies dapat terdistribusi, genetika, evolusi, dan biosistemtik. Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsiapa lembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.

Autekologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Clements menyatakan bahwa setiap pertumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkunganya adalah iklim dan tanah. Dari kajian ini lahir bidang kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi.

Jadi autekologi adalah keseluruhan ekologi tanaman, memperhatikan reaksi pada tingkatan organ individu (misalnya, tunas, ukuran daun, kedalaman akar) atau hubungan antar organ (misalnya, penyebaran materi antara pucuk dan akar, regulasi dari koordinasi akar dan pucuk). Ekologi individu tanaman menyajikan hubungan antara stres fisiologi dengan kondisi lingkungan. Keseluruhan ekologi tanaman dapat dibagi dalam beberapa cara. Individu tanaman akan mengatur berbagai komponen dan menjaga keseimbangan mereka, antara lain:

a.       Keseimbangan suhu, suhu yang diperlukan tidak berlebihan.

b.      Keseimbangan air, kondisi aktif dimungkinkan jika sel dalam kondisi air yang cukup.

c.       Keseimbangan nutrisi, pertumbuhan akan terjadi hanya dengan adanya elemen esensial dalam nutrisi. 

d.      Keseimbangan karbon, diperlukan untuk mensuplai organ yang ada untuk pertumbuhan dan reproduksi.

 

Adapun contoh kajian dari Autekologi adalah sebagai berikut :

a.       Mempelajari pertumbuhan jenis shorea leprosula dengan pengaruh intensitas cahaya.

b.      Mempelajari pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan jenis Pinus merkusi.

c.       Selain itu mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Misalnya mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya

d.      Mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.

https://html2-f.scribdassets.com/7yqvi8o0n465xi8a/images/7-6de6ae99fc.jpg

Gambar 1.1. (Contoh : Interaksi Pohon Pinus Terhadap Lingkungannya).

B.     Macam-Macam Pengaturan Fisiologis Pada Tumbuhan

1.      Pengaturan Suhu Oleh Tumbuhan

a)      Pengertian Suhu

Suhu  mencakup dua aspek yaitu derajat dan insolasi. Insolasi menunjukan energi panas dari matahari dengan satuan gram/kalori/cm2/jam. Dimana 1 grm kalori digunakan untuk menaikan suhu satu gram air sebesar 10 C. Jumlah insolasi atau suhu suatu daerah berbeda-beda tergantung pada :

1.      Latitude yaitu letak  lintang suatu tempat. Pada daerah katulistiwa insolasi lebih besar dan berbeda dibandingkan dengan daerah sub-tropis atau daerah sedang. Suatu daerah yang letaknya semakin kekutub maka insolasinya semakain rendah karena sudut jatuh radiasi matahari semakin besar atau karena jarak matahari ke bumi semakin jauh. Akan tetepi insolasi total untuk suatu musim pertumbuhan  tanaman hampir sama karena panjang hari yang lebih lama.

2.      Musim : Pada musim panas insolasi tinggi sedangkan pada musim hujan rendah.

3.      Kejernihan atmosfer : semakin jernih atmosfer maka semakin tinggi insolasis yang diterima oleh bumi karena tidak adanya awan atau bintik-bintik air.

4.      Konstanta matahari : merupakan jarak matahari dengan bumi. Semakin dekat jarak matahri ke bumi maka insolasi akan semakin tinggi.

b)      Hubungan Suhu Dengan Tanaman

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu mempengaruhi beberpa proses fisiologis penting yaitu :

1.      Buka dan menututupnya stomata.

2.      Transpirasi.

3.      Penyerapan air dan nutrisi (unsur hara).

4.      Fotosintesis.

5.      Respirasi.

6.      Kinerja enzim.

7.      Cita rasa tanaman.

8.      Pembentukan primordia bunga.

Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan prosesproses tersebut dan setelah melewati titik optimum proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia. Menurunnya aktivitas enzim (degradasi enzim). Pada tanaman hortikultura suhu merupakan faktor penting dalam pembentukan primordia bunga, dimana dalam pembentukan bunga tanaman dibutuhkan suhu optimal yaitu suhu yang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan primordia bunga. Dimana dalam pembentukan bunga tanaman memerlukan suhu optimal yaitu suhu yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pembentukan primordia bunga. Selian itu juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan enzim pada suhu yang rendah umumnya aktivitas organisme tidak aktif atau dorman sedangkan pada suhu yang tinggi akan menimbulkan proses pembentukan protein dan enzim yang bercerai berai/rusak (denaturasi).

c)      Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

Suhu yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikenal sebagai suhu kerdinal yaitu meliputi suhu optimum, suhu minimum dan suhu maksimum. Suhu kardinal yang dibutuhkan oleh  tanaman adalah berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya. Dimana suhu yang berada dibawah batas maksimum atau diatas optimum ini tidak baik untuk tanaman, keadaan tersebut sering disebut suhu ekstrim. Pengaruh faktor suhu pada tanaman menimbulkan gangguan-gangguan pada tanaman baik secara morfologi maupun fisiologinya. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat dibedakan sebagai berikut : Suhu Optimum.

Batas suhu yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diketahui sebagai suhu optimum. Pada batas ini semua proses dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman akan berjalan baik dari segi morfologi muapun fisiologinya. Proses fisiologi tersebut antara lain yaitu :

a.       Fotosintesis

b.      Respirasi

c.       Penyerapan air

d.      Transpirasi Pembelahan sel

e.       Pemanjangan sel

f.        Perubahan fungsi sel akan berlangsung secara baik sehingga akan diperoleh produksi maksimum pada setiap jenis tanaman kebutuhan akan suhu optimum ini bervariasi seperti pada tanaman C3 membutuhkan suhu optimumnya antara 270C-280C, sedangkan pada tanaman C4 suhu optimumnya adalah 300C-350C yang digolongkan menjadi : Tanaman yang menghendaki batas suhu optimum yang rendah (tanaman musim dingin), yaitu tanaman yang tumbuh baik pada suhu 45-600F dan Tanaman yang menghendaki batas suhu optimum yang tinggi (musim panas), yaitu tanaman yang tumbuh baik pada suhu antara 600F sampai 750F   Dari tipe-tipe tanaman tersebut diatas maka dapat dilihat contoh tanaman pada tabel berikut.

Tanaman Musim Dingin (suhu optimum = 45-60°F)

Tanaman buah-buahan

Tanaman sayuran

Tanaman hias

Apel, pear dan strawberry dan lain-lain.

Kubis, wortel, kentang dan lain-lain.

Gramenium, petunia dan lain-lain.

Tanaman Musim Dingin (suhu optimum = 60-75°F)

Apricot, grape, citrus dan lain-lain.

Tomat, waluh, ketimun dan lain-lain.

Rose, Orchid dan lain-lain.

 

Dilihat dari segi morfologinya yaitu : Pertumbuhan dan perkembangan vegetatif tanaman, Pertumbuhan dan perkembangan generatif tanaman dan Daya perkecambahan dan daya tumbuh benih tanaman Batas Suhu Yang Tidak Menguntungkan   Batas suhu yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat dibedakan  baik secara morfoligi dan fisiologinya. Suhu Diatas Maksimum yang berpengaruh terhadap : 

1.      Respirasi yaitu terjadinya proses respirasi dan absobsi air yang tinggi sehingga terjadi proses-proses perombakan protein dan terhambatnya kinerja enzim (denaturasi).

2.      Terganggunya pembentukan sel generatif yang  terjadi karena rusaknya pembelahan sel secara mitosis sehingga biji akan mandul atau kosong.

3.      Terjadinya translokasi yaitu terganggunya proses pengangkutan dan penyebarann assimilat (hasil fotosintesis) dari sumber fotosintesis ke bagianbagian tanaman yang menggunakan atau menyimpan cadangan makanan seperti : buah, batang dan umbi.

4.      Terjadinya mutasi gen akibat adanaya suhu yang terlalu tinggi yang menyebabkan berubahnya susunan genetik tanaman atau adanya sinar gamma.

5.      Tanaman kekurangan unsur hara, karena suhu tinggi dapat mengganggu perombakan-perombakan senyawa-senyawa penting bagi tanaman.

6.      Tanaman menjadi layu akibat suhu yang tinggi sehingga absorbsi air yang rendah dan tingginya evapotranspirasi

d) Suhu Dibawah Minimum berpengaruh terhadap :

1.      Perlambatan pertumbuhan dan perkembangan serta menghambat pembungaan tanaman.

2.      Absorbsi unsur hara dan air terganggu karena air akan membekupada suhu dibawah minimum dan akar tanaman akan membeku yang menyebabkan fikositas  menjadi naik. Penyerapan unsur hara juga terganggu karena bakteribakteri pengurai akan mengalami dormansi atau istrihat.

3.      Respirasi menurun karena kebutuhan air dan udara dalam tubuh tanaman menjadi rendah seiring rendahnya aktivitas-aktivitas dalam tubuh tumbuhan.

4.      Perkecambahan benih akan teganggu dimana embrio akan rusak yang disebabkan rusaknya membran sel dalam biji.

5.      Sufokasi (suffocation I) lambatnya pertumbuhan tanaman karena suhu udara yang rendah pada tanah dan kekurangan oksigen.

6.      Dedikasi yaitu terjadinya kekeringan fisiologis karena absorbso air terhambat karena kurangnya permeabilitas selaput akar atau karena naiknya visikositas air dalam air bahkan membeku.

Gambar 1.2. (Pertumbuhan pada suhu di siang hari)

2.      Pengaturan Air Oleh Tumbuhan

a.       Pengaturan air pada tumbuhan

Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam batas toleransi tanaman tersebut, tetapi seringkali tanaman mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan bahkan kematian tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki faktor pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan.

Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang memberikan tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor lingkungan tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya pada kondisi normal. Kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman untuk memberikan respons maksimum terhadap suatu faktor lingkungan bukan merupakan cekaman bagi tanaman. Cekaman lingkungan dapat berupa faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Sedangkan faktor internal adalah gen individu tersebut.

Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun 85-90% dari berat keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan reagen yang penting dalam fotosintesis dan dalam reaksi-reaksi hidrolisis. Di samping itu air juga merupakan pelarut garam-garam, gas-gas dan zatzat lain yang diangkut antar sel dalam jaringan untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan stabilitas bentuk daun. Air juga berperan dalam proses membuka dan menutupnya stomata.

Jumlah air yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman bervariasi, tergantung pada jenis tanaman. Dalam kehidupan tanaman, air berperan:

1.      Sebagai pelarut unsur-unsur hara yang terkandung dalam tanah, sehingga dapat diambil oleh tanaman dengan mudah melalui akar dan diangkut ke bagian tanaman yang membutuhkan (termasuk daun yang berfotosintesis) melalui xilem.

2.      Sebagai pelarut hasil fotosintesis untuk didistribusikan keseluruh bagian tanaman melalui floem dan fotosintat tersebut akan digunakan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan.

Kekurangan air atau kekeringan pada tanaman dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu:

a)      Cekaman ringan: jika potensial air daun menurun 0,1 MPa atau kandungan air nisbi menurun 8 – 10 %.

b)      Cekaman sedang: jika potensial air daun menurun 1,2 s/d 1,5 MPa atau kandungan air nisbi menurun 10 – 20 %  c) Cekaman berat: jika potensial air daun menurun >1,5 MPa atau kandungan air nisbi menurun > 20%. Tanaman dikatakan mengalami kekeringan jika kehilangan lebih dari 50% air dari jaringannya.

Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media tanam. Cekaman kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju evapotranspirasi yang melebihi laju absorpsi air walaupun keadaan air tanah tersedia dengan cukup.

Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Pada saat kekurangan air, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan air juga menghambat sintesis protein dan dinding sel. Tanaman yang mengalami kekurangan air secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kekurangan air menyebabkan penurunan hasil yang sangat signifikan dan bahkan menjadi penyebab kematian pada tanaman.

Respons tanaman yang mengalami kekurangan air dapat merupakan perubahan di tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan laju pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar : tajuk. Tingkat kerugian tanaman akibat kekurangan air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan tahap pertumbuhan saat tanaman mengalami kekeringan. Dua macam respons tanaman yang dapat memperbaiki status jika mengalami kekeringan adalah mengubah distribusi asimilat baru dan mengatur derajat pembukaan stomata. Pengubahan distribusi asimilat baru akan mendukung pertumbuhan akar daripada tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi. Pengaturan derajat pembukaan stomata akan menghambat hilangnya air melalui transpirasi.

Respons tanaman terhadap kekurangan air pada umumnya ditunjukkan dengan penurunan konsentrasi klorofil daun. Penurunan kandungan klorofil pada saat tanaman kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat fotosintesis dan menurunkan laju fotosintesis tanaman. Kekurangan air akan mempengaruhi kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas pada jaringan.

Respon pertama tanaman dalam menanggapi kondisi defisit air yang parah ialah dengan cara menutup stomata. Penurunan tekanan turgor yang bersamaan dengan meningkatnya asam absisat bebas pada daun menyebabkan penyempitan stomata. Penutupan dan/atau penyempitan stomata menghambat proses fotosintesis, hal ini menyangkut transportasi air dalam tubuh tanaman dan menurunnya aliran karbondioksida pada daun. Penurunan konsentrasi karbondioksida pada daun mempengaruhi mobilisasi pati dan berpotensi meningkatkan respirasi. Tanaman akan mengurangi penggunaan cadangan karbohidrat untuk mempertahankan proses metabolismenya, dan hal ini memicu kekurangan karbon sehingga tanaman akan mengalami penurunan pertumbuhan dan semakin lama tanaman akan mengalami kematian.

Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat cekaman yang ialami dan jenis atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman.

Tanaman yang mengalami cekaman air stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Kecuali itu dengan menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga mengurangi suplai unsur hara dari tanah ke tanaman, karena traspirasi pada dasarnya memfasilitasi laju aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur hara masuk ke dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air. Proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih kecil. Pengaruh cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil. Menurunnya aktivitas fotosintesis akibat menutupnya stomata daun dan berkurangnya jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun.

Gambar 1.3. (Stomata pada daun)

b.      Contoh Pengaturan Air Pada Tanaman Kacang Hijau

Pada dasarnya pertumbuhan merupakan keseimbangan antara perolehan karbon pada fotosintesis dan pengeluarannya dalam respirasi. Dalam kondisi tercekam (misalnya kekeringan), keseimbangan tersebut akan mengalami perubahan yang dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan kacang hijau. Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau bergantung pada jenis kultivarnya.

Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembnagan tanaman kacang hijau. Ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air pada tumbuhan sangatlah penting. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang dihasilkan.

Ketersediaan air pada tumbuhan kacang hijau berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman. Cekaman Air atau ketersediaan air akan mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau. Dimana respon tanaman terhadap kekeringan air pada umumnya ditunjukkan dengan penurunan konsentrasi klorofil daun. Penurunan kandungan klorofil pada saat tanaman kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat fotosintesis dan menurunkan laju fotosintesis tanaman. Kekurangan air akan mempengaruhi kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas pada jaringan.

Respon pertama tanaman dalam menanggapi kondisi defisit air yang parah ialah dengan cara menutup stomata. Penurunan tekanan turgor yang bersamaan dengan meningkatnya asam absisat bebas pada daun menyebabkan penyempitan stomata. Penutupan dan/atau penyempitan stomata menghambat proses fotosintesis, hal ini menyangkut transportasi air dalam tubuh tanaman dan menurunnya aliran karbondioksida pada daun. Penurunan konsentrasi karbondioksida pada daun mempengaruhi mobilisasi pati dan berpotensi meningkatkan respirasi. Tanaman akan mengurangi penggunaan cadangan karbohidrat untuk mempertahankan proses metabolismenya, dan hal ini memicu kekurangan karbon sehingga tanaman akan mengalami penurunan pertumbuhan dan semakin lama tanaman akan mengalami kematian.

Penurunan laju transpirasi ini ditandai dengan penyempitan dan/atau penutupan stomata, dan sebagian besar air yang keluar pada proses transpirasi adalah melalui stomata. Pembukaan dan penutupan stomata ditentukan oleh tekanan turgor dari kedua sel penjaga, sementara itu tekanan turgor dipengaruhi oleh banyaknya air yang masuk ke sel penjaga. Cekaman kekeringan juga menyebabkan distribusi air ke sel penjaga menurun sehingga terjadi penurunan tekanan turgor yang berdampak pada penutupan stomata.

3.      Pengaturan Nutrisi Oleh Tumbuhan

a.       Nutrisi Tumbuhan

Tumbuhan berbeda dengan hewan. Tumbuhan bersifat autotrof yakni dapat menyusun zat makanannya sendiri, karena dapat berfotosintesis. Sedangkan, hewan bersifat heterotrof yakni tidak dapat menyusun zat makanannya sendiri, karena tidak dapat berfotosintesis. Hewan hanya dapat hidup dari zat makanan yang sudah jadi, seperti glukosa, amilum, lemak, dan protein yang sudah dibuat tumbuhan. Nutrisi dapat diartikan sebagai proses untuk memperoleh nutrien, sedangkan nutrien dapat diartikan sebagai zat-zat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Untuk keperluan hidupnya tumbuh-tumbuhan memerlukan nutrien yang berupa mineral dan air.

Mineral diperoleh tumbuhan dari dalam tanah, demikian pula air dapat diperoleh dari dalam tanah. Mineral-mineral tersebut di dalam tanah larut dalam air. Larutan–larutan mineral tersebut kemudian diserap oleh akar tumbuhan dan dapat sampai di daun melalui pembuluh xilem.  Bulu akar merupakan bagian akar yang halus sekali yang merupakan tonjolan dari epidermis dan berperan dalam penyerapan unsur-unsur yang diperlukan tanaman dari dalam tanah. Bulu akar biasanya tumbuh di ujung-ujung akar yang baru tumbuh dan setelah itu dapat mati, sehingga pada akar yang sudah tua tidak terdapat bulu akar.

Nutrisi pada tumbuhan antara lain terjadi melalui akar. Air dan mineral yang diperlukan tumbuhan dari dalam tanah diserap oleh akar kemudian diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui sel-sel pembuluh jaringan ikat. Sel-sel pembuluh jaringan ikat ini dapat diibaratkan sebagai selang yang dapat dipergunakan untuk mengalirkan air dari akar hingga ke daun. Jaringan ikat pembuluh pada tumbuhan terdiri atas xilem dan phloem. Xilem berperan untuk mengangkut air dan unsur-unsur hara atau unsur-unsur kimia dari akar hingga ke daun. Floem merupakan ikatan pembuluh yang mengangkut bahan-bahan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh. 

Nutrien bagi tanaman diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pertumbuhan dan pembiakan. Nutrien yang diperoleh tumbuhan akan disimpan dalam tubuh tumbuh-tumbuhan tersebut, dan dipergunakan. Tubuh tumbuhan atau tanaman, sebagian besar terdiri atas tiga unsur, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Unsur-unsur ini merupakan unsur pembangun karbohidrat dan lemak. Unsur-unsur tersebut merupakan komponen utama pembangun dinding sel tumbuhan. Unsur tersebut diambilnya dari udara berupa karbon dioksida (CO2) dan O2 serta dari tanah berupa air (H2O). Tumbuhan tak mungkin hidup dengan ketiga unsur ini saja. Tumbuhan perlu membentuk protoplas yang mengandung protein dari unsur-unsur C,H,O,N dan asam nukleat dari C,H,O,N,S,P, serta unsur-unsur lainnya.

Gambar 1.4. (Konsentrasi nutrisi pada tanaman)

Unsur Hara Esensial | Free Learning

Gambar 1.5.  (Unsur hara Makro dan Unsur hara Mikro pada tumbuhan)

b.      Pengaruh Nutrien Pada Tumbuhan

Suatu tanaman yang kekurangan salah satu elemen pokok yang sangat diperlukan, biasanya memperlihatkan tanda-tanda yang segera dapat kita lihat dengan mudah. Ada kalanya gejala-gejala itu tidak tampak jelas, tetapi dengan menggunakan alat-alat yang lebih teliti gejala-gejala itu dapat diketahui pula. Salah satu gejala yang sangat mencolok apabila tanaman kekurangan salah satu elemen ialah pertumbuhan yang terganggu.

a)      Kekurangan Nitrogen (N) menyebabkan daun tidak tampak hijau segar, melainkan agak kekuning-kuningan. Jika kekurangan itu agak banyak lagi terus menerus, maka daun daun itu menjadi kuning dan akhirnya gugur. Kekurangan nitrogen dapat diatasi dengan memberikan pupuk hijau misalnya pupuk yang berasal dari daun-daun tanaman, atau pupuk buatan yang mengandung nitrogen.

b)      Kekurangan Fosfor (P) pada tanaman mengakibatkan pertumbuhan terhambat, daun menjadi hijau tua, pada lembaran dan bagian tangkai daun tampak bagian yang mati dan akhirnya daun menjadi gugur.

c)      Kekurangan Kalium (K) mengakibatkan daun menjadi kuning, ada noda-noda jaringan mati di tengah-tengah lembaran, atau sepanjang tepi daun, pertumbuhan terhambat, batang kurang kuat hingga mudah terpatahkan oleh angin.

d)      Kekurangan Kalsium (Ca) menyebabkan kerusakan pada ujung-ujung batang dan akar. Daun daun muda tumbuh abnormal bentuknya. Kalsium berguna untuk menguatkan dinding sel,  kalsium mempergiat pembelahan pada sel.

e)      Kekurangan Magnesium (Mg) merupakan elemen yang diperlukan untuk pembentukan klorofil atau zat hijau daun. Mg merupakan inti dari klorofil. Kekurangan Mg mengakibatkan klorosis atau pucat pada daun yang kemudian daun tersebut mati. Adanya Mg secara berlebihan dapat mengakibatkan tanaman keracunan, hal ini dapat diatasi dengan memberikan kalsium yang cukup misalnya dengan memberikan kapur pada tanah tempat tanaman tersebut.

f)       Kekurangan Belerang (S) adalah penyusun macam-macam asam amino dan vitamin. Kekurangan belirang gejalanya hampir sama dengan kekurangan nitrogen, yaitu daun-daun yang muda menjadi kuning, daun-daun yang tua berubah menjadi pucat.

g)      Kekurangan Besi (Fe) diperlukan tumbuhan untuk pembentukan klorofil. Kekurangan besi dapat menimbulkan klorosis.

h)      Suatu tanaman akan tumbuh dengan suburnya . apabila segala elemen yang diperlukannya tersedia cukup tidak berlebihan dan tidak kekurangan, dan elemen tersebut tersedia dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. Jika pupuk dalam tanah tersedia berlebihan dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman, jika kekurangan dapat menghambat pertumbuhan tanaman.  Unsur yang tersedia untuk diambil oleh tanaman itu dalam bentuk kation atau anion. Kation adalah unsur bermuatan positif, misalnya Ca++, K+, H+. Anion adalah unsur yang bermuatan negatif  contohnya NO3-, OH- .Penyerapan air berikut dengan elemen-elemen tersebut dilakukan oleh ujung akar dan bulu-bulu atau rambut-rambut akar.

Kebanyakan anion lekas hilang karena sebab-sebab yang belum banyak diketahui. Hilangnya anion di dalam tanah ada yang bergabung atau bersenyawa dengan unsur lain, ada yang digunakan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Tujuan dari pemberian pupuk buatan pada suatu tanah itu terutama

untuk mempengaruhi penggantian kation dan anion.

c.       Tanah Sebagai Media Nutrien Tumbuhan

Agar tanaman dapat hidup dengan baik, maka nutrien tanaman tersebut harus dipenuhi. Bila  tanaman tersebut ditanam di tanah maka unsur hara tersebut dapat disimpan atau di tabur di tanah tempat tumbuhan tersebut hidup. Hal ini biasa kita lihat saat petani menyiram dan memupuk tanaman di ladang atau di sawahnya. Tanah merupakan tempat akar tumbuhan terpancang dan mengambil zat-zat untuk keperluan hidupnya. Tanah terdiri dari partikel-partikel halus seperti pasir, lumpur, dan tanah liat yang berasal dari gumpalan-gumpalan batu yang melapuk akibat hujan, angin, sinar matahari, dan aktivitas jasad renik atau mikroorganisme. Di dalam tanah terdapat komponen-komponen sebagai berikut:

a)      Mineral, misalnya kalsium, ferum, magnesium.

b)      Zat organik, misalnya karbohidrat, protein dari sisa-sisa tumbuhan atau hewan yang mati, yang dapat terurai menjadi bahan-bahan yang diperlukan tumbuhan.

c)      Air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya.

d)      Udara, misalnya oksigen, karbon dioksida

e)      Organisme, misalnya cacing, bakteri, yang berperan di dalam proses pembusukan sehingga menghasilkan unsur-unsur yang diperlukan tumbuhan.

Selain dari tanah tumbuhan dapat pula mengambil unsur-unsur hara yang diperlukannya dari media lain seperti pasir, pecahan genting, arang, dan air. Dengan demikian tumbuhan dapat ditanam di dalam media tersebut. Agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik maka ke dalam media–media tersebut dapat diberikan pupuk atau unsur-unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan tersebut. Penanaman tanaman tanpa media tanah ini dikenal dengan nama hidroponik.

Gambar 1.6.  (Distribusi global dari jenis tanah yang paling penting)

c.       Transportasi Nutrien

Transportasi nutrien yang terjadi pada tumbuhan dilakukan melalui pembuluh dan tanpa pembuluh. Transportasi melalui pembuluh terjadi melalui ikatan pembuluh xilem dan floem. Xilem berperan untuk mengangkut air dan bahan-bahan mineral dari dalam tanah. Floem berperan untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh. Pembuluh dapat diibaratkan sebagai saluran atau selang yang amat kecil yang berfungsi sebagai jalan lalulintas. Transportasi nutrien pada tumbuhan yang dilakukan tanpa melalui pembuluh, terjadi melalui difusi, osmosis, dan transpor aktif. Difusi adalah perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contoh difusi: tersebarnya bau busuk dari tempat sampah, tersebarnya tinta di air dalam gelas, masuknya karbondioksida ke daun atau keluarnya oksigen dari daun ke udara.

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran semi permeabel dari larutan yang mengandung banyak air (larutan encer) ke larutan yang sedikit air (larutan pekat). Membran semipermeabel adalah membran atau lapisan yang hanya dapat dilalui oleh air saja. Bila membran itu hanya dapat dilalui oleh zat-zat tertentu saja disebut membran selektif permeabel, dan bila dapat dilalui oleh segala macam zat disebut membran permeabel, dan bila membran tersebut tidak dilalui zat apa saja dinamakan membran impermeabel. Osmosis dapat diukur dengan alat osmometer. Pada osmometer, perpindahan air melalui selaput atau membran semi permiabel dapat dilihat melalui naiknya permukaan larutan (misalnya larutan gula) dalam tabung osmometer.

Transportasi aktif adalah transportasi melalui membran yang dapat terjadi dengan adanya bantuan energi. Transportasi ini melibatkan protein khusus pada membran sel yang disebut permiase. Kecepatan pengangkutan nutrien pada proses ini lebih cepat dari pada difusi dan osmosis. Pengangkutan terjadi dari tempat yang konsentrasi nutriennya lebih rendah ke tempat yang konsentrasi nutriennya lebih tinggi.

4.      Pengaturan Karbon Oleh Tumbuhan

Keberadaan CO2 di atmosfer merupakan bagian dari siklus karbon. Karbon dapat masuk ke pool lain melalui proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dari gas CO2 di atmosfer dan molekul air (H2O) dari tanah dengan bantuan cahaya matahari dan klorofil. Hasil fotosintesis akan menjadi biomassa dari tumbuhan. Selain karbohidrat, fotosintesis juga menghasilkan oksigen (O2) yang kembali dilepaskan ke atmosfer. Secara umum, reaksi dari fotosintesis adalah:

6 CO2 + 6 H2O → C6H12O 6 + 6O2

Daya serap CO2 per satuan waktu setiap tanaman berbeda, bergantung pada jenis tanaman itu sendiri, terutama pada morfologi daunnya. Pada tanaman yang dapat hidup di lingkungan dengan intensitas cahaya rendah, daun akan berukuran lebih besar, lebih tipis, ukuran stomata lebih besar, jumlah daun sedikit, dan ruang antar sel lebih besar. Sebaliknya, pada lingkungan dengan intensitas cahaya tinggi, daun akan lebih kecil, tebal, stomata kecil dan banyak, juga jumlah daun yang lebih rindang. Hal ini merupakan respon adaptasi tanaman terhadap lingkungan untuk menghindari kerusakan pada klorofil daun. 

Laju penyerapan CO2 dipengaruhi juga oleh umur dan letak daun. Klorofil meningkat seiring bertambahnya umur dan luasan daun. Saat umur daun masih muda, kemampuan fotosintesisnya tergolong rendah dan akan terus meningkat sampai ukurannya maksimal. Setelah itu daun akan semakin tua dan menguning karena klorofil yang rusak. Daun yang terletak di tajuk bagian dalam juga memiliki laju penyerapan yang rendah, hal ini dikarenakan daun tidak mendapatkan cahaya matahari yang cukup.

Pada ekosistem terestrial, simpanan karbon tersimpan dalam tiga komponen utama (biomassa, nekromass, dan bahan organik tanah). Biomassa adalah total jumlah materi hidup pohon pada bagian yang berada di atas permukaan tanah dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas. Nekromass adalah bahan organik yang telah mati, meliputi kayu dan serasah. Bahan organik tanah adalah karbon pada tanah mineral dan tanah organik. Jumlah karbon yang ada di atmosfer akan berkurang melalui proses fotosintesis. Kemudian akan dilepas kembali ke pool lain melalui proses respirasi, dekomposisi, dan herbivory

 

Pengertian Jenis Dan Proses Tahapan Siklus Karbon – Ilmu Pengetahuan Dasar

Gambar 1.7. (Siklus Karbon)

Simpanan karbon dihitung dengan cara menghitung jumlah biomassa. Terdapat empat cara untuk menghitung biomassa, yaitu sampling dengan pemanenan (destructive sampling), sampling tanpa pemanenan (non-destructive sampling), penginderaan jauh, dan pembuatan model. Metode-metode tersebut menggunakan persamaan allometrik yang hasil penelitian dan publikasi sebelumnya. Kemampuan vegetasi dalam menyerap dan menyimpan karbon berbeda-beda. Simpanan karbon pada tutupan lahan hutan alami antara 7,5 – 264,7 ton C/ha, jenis hutan tanaman 35,7 – 358,7 ton C/ha, hutan rakyat 9,93 ton C/ha – 344,7 ton C/ha, dan kawasan non hutan 0,7 – 932,96 ton C/ha. Tipe tanah dan topografi pun memengaruhi karbon disimpan. Tanah organik memiliki simpanan karbon yang lebih besar, yaitu  3,3 – 4.167,3 ton C/ha dibandingkan dengan tanah mineral 12,36 – 207,3 ton C/ha.

Topografi memengaruhi penyebaran karbon organik tanah. Kemiringan lereng dan ketinggian lahan mengontrol proses erosi, run off, dan longsor yang menyebabkan daerah yang lebih landai memiliki simpanan karbon lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang miring (Wicaksono, 2012). Di perkotaan, simpanan karbon terbesar terdapat pada hutan kota dan ruang terbuka hijau. Menurut Masripatin et al. (2010), hutan kota dan ruang terbuka hijau yang didominasi oleh pepohonan memiliki kemampuan menyimpan karbon yang tinggi, hampir sama dengan lahan hutan. Menurut penelitian Setiawan (2006), urutan simpanan karbon terbesar adalah hutan kota, JHJ, dan jalur hijau sungai. Meskipun begitu, simpanan karbon di perkotaan sangat dipengaruhi oleh manajemen pengelolaannya, seperti perlakuan silvikultur yang diterapkan.

Adapun salah satu faktor tang mempengaruhi fotosintesis adalah Konsentrasi karbon dioksida. Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.

Ini yang Terjadi pada Tumbuhan Akibat Tingginya Karbon Dioksida

Gambar 1.8.  (Meningkatnya karbon dioksida pengaruhi fotosintesis).

Penelitian baru telah menunjukkan perubahan besar perilaku tanaman pada fotosintesis selama 40 tahun terakhir. Perubahan ini disebabkan oleh tingginya karbon dioksida yang ditemukan di atmosfer. Karbon dioksida mengandung dua isotop utama, yaitu karbon-12 dan karbon-13. Peningkatan karbon dioksida yang terjadi sejak akhir abad ke-19 menyebabkan rasio dua isotop utama di atmosfer jadi menurun. Penelitian ini dilakukan oleh Scripps Institution of Oceanography di University of California, Amerika Serikat sejak tahun 1978. Mereka menggunakan sampel udara yang dikumpulkan di Hawaii’s Mauna Loa dan Kutub Selatan. Peneliti menyimpulkan, rasio isotop tidak akan menurun kecuali ada pengaruh dari perilaku tanaman yang berubah.

Meningkatnya karbon dioksida mempengaruhi perilaku stomata pada daun. Stomata adalah komponen daun yang bekerja untuk menghasilkan karbon dioksida dan air saat fotosintesis.  Penelitian ini mendukung hipotesis lama dari ahli biologi yang menyatakan, tanaman akan mencapai respon optimum terhadap kenaikan kadar karbon dioksida di atmosfer. Ralph Keeling selaku peneliti utama menyampaikan, “Hasil penelitian ini memprediksi penskalaan yang hampir proporsional antara efisiensi penggunaan air dan karbon dioksida.” Tanaman sulit mengimbangi perubahan iklim akibat manusia yang menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer. Perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi sistem fotosintesis tanaman, tetapi juga menyebabkan cuaca ekstrem, pemanasan global, kehilangan keanekaragaman hayati, dan meningkatnya permukaan air laut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Autekologi merupakan bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku spesies atau populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu spesies dapat terdistribusi, genetika, evolusi, dan biosistemtik. Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi.

Adapun macam-macam pengaturan fisiologis pada tumbuhan yaitu: pengaturan suhu, pengaturan air, pengaturan nutrisi dan pengaturan karbon. Pengaturan yang pertama adalah Pengaturan suhu pada tumbuhan. Suhu yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikenal sebagai suhu kerdinal yaitu meliputi suhu optimum, suhu minimum dan suhu maksimum. Suhu kardinal yang dibutuhkan oleh  tanaman adalah berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya. Dimana suhu yang berada dibawah batas maksimum atau diatas optimum ini tidak baik untuk tanaman, keadaan tersebut sering disebut suhu ekstrim. Pengaruh faktor suhu pada tanaman menimbulkan gangguan-gangguan pada tanaman baik secara morfologi maupun fisiologinya.

Kemudian, pengaturan kedua adalah pengaturan air pada tumbuhan. Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman. Air juga merupakan pelarut garam-garam, gas-gas dan zatzat lain yang diangkut antar sel dalam jaringan untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan stabilitas bentuk daun. Air juga berperan dalam proses membuka dan menutupnya stomata.

Selanjutnya adalah pengaturan nutrisi pada tumbuhan. Suatu tanaman yang kekurangan salah satu elemen pokok yang sangat diperlukan, biasanya memperlihatkan tanda-tanda yang segera dapat kita lihat dengan mudah. Salah satu gejala yang sangat mencolok apabila tanaman kekurangan salah satu elemen ialah pertumbuhan yang terganggu. Nutrisi pada tumbuhan dapat berupa Nitrogen (N), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), dan Besi (Fe). Misalnya saja jika kekurangan Nitrogen (N) akan menyebabkan daun tidak tampak hijau segar, melainkan agak kekuning-kuningan.

Kemudian yang terakhir adalah pengaturan karbon pada tumbuhan. Meningkatnya karbon dioksida mempengaruhi perilaku stomata pada daun. Stomata adalah komponen daun yang bekerja untuk menghasilkan karbon dioksida dan air saat fotosintesis.  Penelitian ini mendukung hipotesis lama dari ahli biologi yang menyatakan, tanaman akan mencapai respon optimum terhadap kenaikan kadar karbon dioksida di atmosfer. Ralph Keeling selaku peneliti utama menyampaikan, “Hasil penelitian ini memprediksi penskalaan yang hampir proporsional antara efisiensi penggunaan air dan karbon dioksida.” Tanaman sulit mengimbangi perubahan iklim akibat manusia yang menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.

B.     Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah yang berjudul “Autekology (Pengaturan Fisiologis Pada Tumbuhan)” ini mampu memberikan manfaat dan membantu menunjang proses pembelajaran selanjutnya dalam mata pelajaran ekologi tumbuhan serta dapat membantu menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan sekitar. Tak lupa pula kami sebagai penyusun makalah juga membutuhkan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Novita., Faridah, Eny., Dan Indrioko, Sapto. 2015. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Perilaku Fisiologi Dan Pertumbuhan Bibit Black Locust (Robinia Pseudoacacia). Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 9 No. 1 Hal : 41-46.

Bidwel. R. G. S. 1979. Plant Physiology. New York: Macmillan Publishing Co. Inc.

Campbell, N. Mitchell, L. dan Reece. J. 1997. Biology Concepts dan Connections. California: The Benyamin/Cumming Publishing Co.

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

Fitriani, Ade. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Organik Terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.). (Skripsi). Universitas Bengkulu. Hal 6-7.

Hardjosuwarn, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta:  Fakultas Biologi UGM.

Husna. 2016. Respons Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.) Terhadap Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Dan Dosis Bahan Organik Yang Berbeda Pada Tanah Ultisols. (Skripsi). Universitas Lampung : Bandar Lampung. Hal 14-15.

Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merr). Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Vol. 41 No. 1. Hal 4446.

Maryani, Anis Tatik. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Jambi  Mendolo Darat, Jambi. Vol 1 No.2. Hal 65.

Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Sounders: Philadelphia.

Pranata. A. R. 2012. Pengertian Dasar Dalam Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Rasidi, Suswanto. 2004. Ekologi Tumbuhan. Jakarta ; Universitas Terbuka

Resosoedarmo, Soedjiran. 1989. Pengantar Ekologi .Jakarta : Remadja Karya

Riyadi, Slamet. 1981. Ecology: Ilmu Lingkungan Dasar dan Pengertiannya.
Surabaya: Usaha Nasional

Salisbury, F. B. Dan Ross, C. W. 1991. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: Penerbit Itb.

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Song, Nio Dan Banyo, Yunia. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2. Hal 169-170.

Suprianto, Bambang. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bandung:
Dzs UPI.

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment