Tuesday 5 January 2021

L. Edwin Arwana: Makalah Ekologi Ekosistem

 Makalah Ekologi Tumbuhan

“EKOLOGI EKOSISTEM”

Dosen Pengampu :  Nurlita Lestariani, M.Pd




 

 

 

PARODI TADRIS IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2020

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT.Yang telah memberikan nikmat iman, kesehatan dan karunianya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “EKOLOGI EKOSISTEM ” sebagai salah satu kewajiban penyusun sebagai seorang mahasiswa.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari alam penuh kegelapan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dalam kesempatan kali ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyusun dan dapat menyelesaikan makalah ini, terutama kepada para Dosen dan teman-teman semua.

Selanjutnya, penyusun menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun butuhkan untuk perbaikan penulisan dan penyusunan makalah menjadi lebih baik. Terakhir, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan penyusun mengucapkan.Terimakasih.

 

 

 


 

 

 

DAFTAR ISI

 

COVER

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN................................................................................ 1

A.    Latar Belakang........................................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah.................................................................................. 1

C.     Tujuan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

A.    Pengertian Biogeokia...............................................................................

B.     .................................................................................................................

C.     Biogeokim...............................................................................................

D.    Latar Belakang Kerusakan Ekosistem                                                     

E.     Faktor Penyebab Terjadinya Kerusakan Ekosistem................................

F.      Macam- macam Kerusakan Ekosistem                                                    

G.    Dampak Kerusakan Ekosistem                                                                

H.    Pencegahan Terjadinya Kerusakan Ekosistem........................................

I.        Upaya Pemerintah Mengatasi Kerusakan Ekosistem..............................

BAB III PENUTUP...........................................................................................

A.    Kesimpulan..............................................................................................

B.     Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda mati tersusun oleh materi. Materi ini tersusun atas unsure-unsur kimia antara lain karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia tersebut atau yang umum disebut materi dimanfaatkan produsen untuk membentuk bahan organik dengan bantuan matahari atau energi yang berasal dari reaksi kimia. Bahan organik yang dihasilkan merupakan sumber energi bagi organisme. Proses makan dan dimakan pada rantai makanan menngakibatkan aliran materi dari mata rantai yang satu ke mata rantai yang lain. Walaupun mahluk hidup dalam satu rantai makanan mati, aliran materi akan tetap berlangsung terus. Karena mahluk yang mati tersebut diurai oleh dekomposer yang akhirnya akan masuk lagi ke rantai makanan berikutnya. Demikian interaksi ini terjadi secara terus menerus sehingga membentuk suatu aliran energi dan daur materi.

              Mahluk hidup, terutama tumbuhan ikut mendapat pengaruh yang cukup signifikan dari suplai hara dan energi. Di alam, semua elemen-elemen kimiawi dapat masuk dan keluar dari sistem untuk menjadi mata rantai siklus yang lebih luas dan bersifat global. Namun demikian ada suatu kecenderungan sejumlah elemen beredar secara terus menerus dalam ekosistem dan menciptakan suatu siklus internal. Siklus ini dikenal sebagai siklus biogeokimia karena prosesnya menyangkut perpindahan komponen bukan jasad (geo), ke komponen jasad (bio) dan kebalikannya. Siklus biogeokimia pada akhirnya cenderung mempunyai mekanisme umpan-balik yang dapat mengatur sendiri (self regulating) yang menjaga siklus itu dalam keseimbangan.

       Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Secara garis besar lingkungan terdiri dari dua komponen yaitu komponen biotic dan komponen abiotik, dan didalam lingkungan itu sendiri terjadi hubungan-hubungan tertentu antara mahluk hidup dengan lingkungannya misalnya ekosistem. Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bias juga dikatakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsure lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud biogeokimia?

2.      Bagaimana siklus biogeokima?

3.      Apa yang melatar belakangi terjadinya kerusakan ekosistem?

4.      Factor-faktor apa saja penyebab kerusakan ekosistem?

5.      Kerusakan lingkungan apa sajakah yang sering terjadi pada lingkungan sekitar?

6.      Apa dampak dari kerusakan ekosistem?

7.      Bagaimana kita mengupayakan mencegah kerusakan ekosistem?

8.      Apa peran pemerintah mengenai kerusakan ekosistem?

C.    Tujuan

1.      Untuk menegetahui pengertian biogeokimia.

2.      Untuk mengetahui siklus biogeokimia.

3.      Untuk mengetahui latar belakang kerusakan ekosistem.

4.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya keruskakan ekosistem.

5.      Untuk mengetahui macam- macam kerusakan lingkungan.

6.      Untuk mengetahui dampak dari kerusakan ekosistem.

7.      Untuk mengetahui tahapan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem.

8.      Untuk mengetahui peran pemerintah dalam upaya penecgahan ekosistem.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.        Pengertian Biogeokimia

Siklus biogeokimia adalah perjalanan atau aliran bahan-bahan kimia dalam suatu ekosistem global di bumi ini yang membentuk suatu lingkaran. Siklus biogeokimia meliputi siklus karbon, siklus oksigen, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus belerang.    

Interaksi antara autotrofik dan heterofik organisme erotrofik dari suatu ekosistem telah digabungkan dalam siklus biogeokimia, dimana berpasangan antara tingkat trofik hanya (occurs)dengan menyediakan media. Di setiap lingkungan sistem banyak jalur alternatif ada untuk sintesis dan dekomposisi bahan. (Physicochemical) kondisi kimiawi dan komposisi spesies      dalam ekosistem sering menentukan jalur mana yang digunakan khususnya dalam jaringan nutrisi. Efek umpan balik organisme pada. (Physicochemical Kondisi batas ical terjadi terutama melalui pelapukan dan hilangnya mineral serta keseimbangan panas dan air (untuk perubahan optic karakteristik dan kekasaran permukaan).

B.        Siklus Biogeokimia

1.      Siklus air

Air mengalir melalui ekosistem dan disimpan hanya sebagian kecil akan lebih tepat untuk berbicara tentang hidrologi- keseimbangan kal daripada siklus air. Itu ekosistem memperoleh air sebagai curah hujan (hujan, salju, embun = curah hujan total). Struktur vegetasi dapat meningkatkan masukan air, misalnya dengan "keluar" dari awan melalui peningkatan luas permukaan tempat tetesan kabut mengendap. Sebuah Contohnya adalah hutan laurel di Tenerife yang sebagian besar, bergantung pada har - dilindungi dari awan. Ekosistem kehilangan air ke atmosfer karena penguapan bebas dari permukaan basah, dan dengan transpirasi dan oleh rembesan ke dalam air tanah. 

Hidrologi keseimbangan positif jika kelebihan air merembes ke bawahcakrawala akar menjadi lapisan tanah yang lebih dalam danatif jika presipitasi sepenuhnya digunakan oleh evapotranspirasi atau jika transpirasi diumpankan oleh sup-lapisan yang tidak berasal dari langsung curah hujan (air tanah advektif, pencairanpermafrost, naiknya kapiler air dari dalam cakrawala). Menurut jumlah presipita-ini, neraca hidrologi bervariasi, tetapi,rata-rata, sekitar 50 - 60% digunakan oleh tanaman. Ini berlaku di semua wilayah iklim terlepas dari mereka kondisi yang berbeda.

Seperti transpirasi dan asimilasi CO 2 digabungkan melalui stomata hydrological kontrol keseimbangan drologi, ke perkiraan pertama-pertumbuhan, pertumbuhan vegetasi, yang disebut produksi primaryIni sangat penting untuk pertanian-ture di daerah kering (DeWitt 1978; Fischer dan Turner 1978).

               

Dimana ∑E adalah jumlah transpirasi yang terintegrasi selama periode pengukuran NPP dan ∑E 0 adalah jumlah penguapan harian dari suatu area babas ait . Persamaannya analog dengan Persamaan. (2.4.7) , menjelaskan perbedaan ion CO 2 melintasi stomata (A = c g dan Dc = A / g, di mana g = E / D), karena ∑E adalah penjumlahannya dari konsumsi air dengan transpirasi dan ∑E 0 sebanding dengan defi- cit udara (D). Koefisien m dengan demikian adalah parameter dianalogikan dengan mesofil internal rata-rata Konsentrasi CO 2 (Schulze 1982). koefisienya bervariasi untuk tanaman C3 antara 10 dan 14 g bahan kering per m 2 dan mencapai 21- 23 gm 2 di C4 tanaman.

Terlepas dari fakta bahwa hasil mungkin dihitung dari Persamaan (3.3.1) sebagai perkiraan pertama Untuk tion, ada beberapa batasan. Terutama Siklus Biogeokimia distribusi curah hujan menjadi kendala di daerah kering. Misalnya, mungkin banyak hujan ringan “hanya “ curah hujan yang besar; bagaimana- pernah, sebagian besar air ini akan menguap segera.langsung dari tanah yang lembab dan dengan demikian tidak tersedia untuk pabrik. Ini menunjukkan bahwa keseimbangan hydrological  adalah parameter penting dan bukan curah hujan. Distribusi precipitation  sangat penting dalam perencanaan menabur dan memanen dalam waktu hujan singkat dan panjang musim.

Siklus ini merupakan siklus air di bumi yang dipengaruhi oleh peran energi matahari dan gaya gravitasi bumi. Proses-proses penting yang terjadi adalah proses penguapan, transpirasi, kondensasi, dan presipitasi. Penguapan (evaporasi) merupakan perubahan fase air dari bentuk cairan menjadi bentuk gas akibat panas matahari di permukaan bumi. Pada proses ini, dikhususkan air yang bukan berasal dari tanaman, contohnya air danau, sungai, lautan dan bagian hidrosfer lainnya. Penguapan ini terjadi sekitar 84% di lautan dan 16% di daratan. Sementara, penguapan yang terjadi pada tanaman disebut transpirasi. Air dalam bentuk uap ini kemudian memasuki atmosfer dan mengalami pendinginan sehingga terjadi kondensasi dan membentuk awan. Awan akan terbawa oleh angin ke bagian lain dari bumi. Molekul-molekul air akan terdispersi (terurai) secara menempel pada partikel-partikel debu yang ada di atmosfer lalu bergabung membentuk buatiran-butiran air. Butiran-butiran air yang sudah mencapai berat tertentu akan jatuh ke permukaan bumi. Peritiwa ini disebut dengan presipitasi. Presipitasi dapat berbentuk hujan, salju, ataupun embun tergantung pada kondisi lingkungannya. Presipitasi dapat terjadi secara langsung ke daerah hidrosfer, sekitar 77%, dan sebanyak 23% jatuh di atas tanah dan batu-batuan. Sebagian dari air yang jatuh di atas tanah dan batu-batuan akan mengalir melalui permukaan menuju bagian hidrosfer, sementara yang lainnya akan meresap ke dalam tanah (air tanah). Air tanah ini mencapai lapisan yang kedap air lalu meresap secara perlahan dan mengalir hingga bagian hidrosfer. Setelah itu, terjadi siklus ulang (Buchari dkk., 2001).

Siklus air ini terkait dengan penyediaan nutrien bagi makhluk hidup. Dalam kondisi yang normal, perembesan dan aliran permukaan air tidak akan mencuci mineral-mineral tanah. Kalaupun ada, hanya sedikit mineral tanah yang akan tercuci. Selain itu, air hujan dapat melapukkan batu sehingga tersedia bahan pengganti berbagai mineral, sehingga mineral tanah tetap terjaga. Namun, sebaliknya, jika kondisi tidak normal, nutrien dalam tanah dapat terganggu sehingga ekosistem pun terganggu. Salah satu penyebabnya adalah penggundulan hutan.

2.      Siklus karbon

Perputaran Karbon dalam Ekosistem       Siklus karbon Istilah sering digunakan untuk ekosistem. Ini tidak benar, karena tidak memperhitungkan memperhitungkan bahwa CO 2 dari atmosfer bebas digunakan dalam fotosintesis terutama. Hanya dalam jumlah kecil. berasal dari respirasi di situs yang sama. Di- turbulensi mosfer menyebabkan percampuran yang cepat atmosfer. Jadi CO 2 yang berasimilasi terlambat memasuki ekosistem melalui adveksi melalui transportasi atmosfer dari massa udara dan hilang sekali lagi dengan cara yang sama.

Siklus karbon dapat terbagi menjadi dua macam, yaitu siklus dalam reaksi termonuklir berantai dalam binatang dan siklus karbon di bumi. Siklus di bumi ini lebih terkenal dengan siklus karbondioksida karena material yang berpindah adalah CO2. CO2 dalam udara digunakan oleh tanaman untuk reaksi fotosintesis menjadi materi organik (karbohidrat) dengan adanya gabungan dengan air. Senyawa organik tersebut diteruskan kepada konsumen dalam rantai makanan. Energi digunakan oleh makhluk hidup menghasilkan CO2 yang terlepas ke udara ataupun ke air, tergantung dari lingkungan hidup. Namun, senyawa organik tetap ada yang tersisa. Organisme juga mengeluarkan materi sisa (kotoran) yang mengandung karbon serta menjadi senyawa karbon organik setelah mati. Karbon-karbon ini dilepaskan dalam bentuk CO2 ke udara oleh saprovor (mikroorganisme pengurai). Dari udara ini, karbon dalam bentuk CO2 akan kembali digunakan oleh tumbuhan (siklus terjadi). Namun, reaksi oleh saprovor terkadang lambat sehingga senyawa karbon menumpuk dalam jangka waktu yang lama dalam bentuk gambut, batu bara, minyak bumi, ataupun batu karang(Buchari dkk., 2001). Pada ekosistem laut, terdapat karbon terlarut yang akan berubah menjadi cangkang dan tulang organisme laut dan menjadi sedimen. Selain itu, pengangkatan tektonik membawa karbon ke permukaan laut (Basukriadi, 2011).

3.      Siklus Nitrogen

Nitrogen dapat ditemui di alam dalam bentuk bebas (di udara) maupun di dalam tanah. Nitrogen ini akan diikat oleh tanaman dalam bentuk gas N2, serta diambil dari tanah dalam bentuk amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03-) dengan bantuan bakteri, misalnya Marsiella crenata. Di dalam tanah, terdapat juga bakteri yang mengikat nitrogen secara langsung yaitu Azotobacter sp. dan Clostridium sp. Mereka menggunakan nitrogen untuk dijadikan senyawa penyusun tubuh yaitu protein. Saat baketri itu mati, timbul zat urai berupa amonia. Amonia akan terlepas ke udara, atau dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus lalu dioksidasi dalam lingkungan aerob sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan (proses nitrifikasi). Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali,dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepas ke udara. Nitrogen di udara akan diikat kembali oleh tanaman, dan sebagian bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Dengan cara ini, siklus nitrogen berulang (Riastuti, 2011).

    

4.      Siklus Kation

Siklus kation tidak sepenuhnya siklus tertutup di ekosistem alami. karbon organik terlarut secara resmi (DOC) dan asam kuat yang diproduksi menggeser kation secara genetis di dalam tanah cakrawala atau ini menyebabkan hilangnya kation ke air tanah.

Kehilangan kation menyebabkan pengasaman tanah, ketika kerugian tidak dikompensasikan pelapukan mineral primer atau oleh pelabuhan debu, atau dengan membatasi operasi.

Dalam suatu ekosistem, perputaran Ca sangat besar er dari pada K, dan keduanya melebihi dari Mg. Saturasi dasar menentukan jenis dan ketersediaan berbagai jenis N (amino asam, amonium, nitrat).

Transportasi lateral kation, bersama dengan transportasi DOC, menjelaskan perbedaan entiasi karakteristik kimia tanah dan vegetasi bahkan di sepanjang hidrolo- pendek gradien gical.

 

5.      Siklus Oksigen

Siklus oksigen terkait dengan siklus karbon. Dari proses fotosintesis tanaman, dihasilkan oksigen ke udara. Oksigen ini diperlukan oleh organisme untuk respirasi, menghancurkan bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana (CO2). CO2 ini akan digunakan kembali untuk fotosintesis dengan hasil samping O2 (siklus berulang). Selain itu, O2 digunakan untuk pelapukan oksidatif dan pembakaran bahan baku fosil. Selain itu, O2 di udara dapat berbentuk ion, atom tereksitasi ataupun ozon O3 akibat pengaruh radiasi ultraviolet. Oksigen tereksitasi akan memancarkan cahaya tampak pada panjang gelombang tertentu menimbulkan fenomena cahaya langit (air glow). Sementara, ozon berfungsi sebagai pelindung bumi karena menyerap radiasi UV (Buchori dkk, 2001).

6.      Siklus Fosfor

Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Fosfor yang terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah. Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan pospor kemudian diambil oleh tumbuhan.

Ada dua bentuk fosfor yang terdapat di alam, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulangterus menerus.

7.      Siklus belerang (sulfur)

Sebagian besar cadangan sulfur yang ada di alam berada di kulit bumi. Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfide (H2S). H2S ini bisa mengakibatkan kematian bagi mahluk hidup yang berada di perairan. Pada umumnya H2S dihasilkan dari penguraian bahan organik yang telah mati. Tumbuhan berklorofil dan sejumlah bakteri dapat menyerap secara langsung senyawa sulfur dalam bentuk larutan (SOP42-) atau gas. Namun senyawa sulfur dalam kadar tinggi (di atas 0,3 ppm) yang masuk melalui pori-pori daun dalam waktu relatif lama dapat merusak struktur daun, karena suasana lembab di dalam daun akan membentuk asam sulfat.

Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan komponen organiknya akan diuraikan oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri yang terlibat dalam siklus sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan oleh bakteri fotoautotrof anaerob (seperti Chromatium) untuk melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.

C.        Latar Belakang Kerusakan Ekosistem

Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik dalam individual maupun komunitas. Kerusakan lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga perbuatan manusia.

Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun tekhnlogi sehingga menimbulkan kerusakan atau pencemaran lingkungan. Manusia juga dapat merubah keadaan lingkungan yang tercemar akibat perbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan yang lebih baik. Kesadaran masyarakat yang rendah dapat menjadi factor terjadinya kerusakan lingkungan dapat dilihat dari diberlakukannya denda bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan pada area tertentu.

D.        Faktor- faktor Penyebab Terjadinya Kerusakan Ekosistem

1.      Kerusakan akibat pristiwa alam

a.       Peristiwa alam merupakan factor utama terjadinya kerusakan lingkungan, banyak makhluk hidup yang tidak dapat bertahan melawan seleksi alam, peristiwa alam itu meliputi, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, dan kerusakan alam lainnya.

2.      Kerusakan akibat ulah manusia

a.       Pertanian

Penggundulan hutan merupakan salah satu contoh kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan pertanian ladang berpindah. Tempat yang ditinggalkan menjadi kurang subur dan ditumbuhi alang alang. Akibatnya saat musim hujan akan terjadi proses pengikisan tanah permukaan yang intensif.

b.      Perikanan

Cara penangkapan ikan yang salah, sepeti menggunakan pukat harimau juga menyebabkan kian berkurangnya jenis jenis ikan tertentu didaerah perairan. Terlebih lagi jika menggunakan bahan peledak, tidak hanya ikan yang mati tetapi larva dan ikan kecil lainnya ikut mati.

c.       Tekhnologi Industry

Penggunaan traktor memang mempermudah dan mempercepat pembajakan sawah, namun ada hal lain yang terbawa seperti sisa bahan bakar, buangan oli, dsb. Hal tersebut biasa merusak lingkungan.

E.        Macam- macam Kerusakan Ekosistem

1.      Kerusakan hutan

Bencana banjir datang saat musim penghujan. Air yang meluap dari sungai sampai terkena banjir merugikan harta bahkan jiwa. Masalah yang datang ketika kemarau adalah kekeringan, semua masalah itu terjadi karena kerusakan hutan. Hutan yang masih alami mempunyai pohon-pohon yang lebat dan perakaran yang baik dapat menyerap air ketika hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di celah-celah perakaran, secara perlahan melepasnya melalui aliran sungai. Fungsi hutan dalam mengendalikan fluktuasi debit air sungai sehingga saat hujan lebat tidak lebat dan pada saat kemarau tidak kekeringan.

Hutan berfungsi dalam proses hydro-orologis mengatur tata air dan menjaga ketersediaan air bagi makhluk hidup.”Kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal hutan Karena kerusakan ekosistem hutan”, pengertian ini sering juga disebut degradasi hutan.

 

 

2.      Pencemaran

Pencemaran didefinisikan sebagai suatu gejala masuknya zat-zat atau komponen lain ke dalam lingkungan atau ekosistem alami sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu.

Macam-macam pencemaran lingkungan:

1)      Pencemaran air

Pencemaran air merupakan peristiwa masuknya bahan berbahaya, merugikan atau tidak disukai ke dalam air dengan konsentrasi atau jumlah yang cukup besar. Pencemaran air dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung terutama disebabkan oleh efluen atau limbah buangan dalam bentuk cairan dari kegiatan industry, pertanian dan rumah tangga. ementara itu pencemaran air secara tidak langsung terjadi karena adanya rembesan zat-zat kimia beracun dan berbahaya dari timbunan limbah industry, pertanian, dan rumah tangga kedalam perairan terbuka serta air dalam tanah.

2)      Pencemaran udara

a.       Asap

Asap tersusun atas partikel partikel kecil karbon dan tar yang berasal dari pembakaran batu bara di pusat-pusat pembangkit tenaga listrik atau dirumah-rumah. Di dalam tar mengandung terkandung bahan-bahan kimia penyebab kanker.

b.      Kabut asap

Kabut asap adalah kabut tipis yang terjadi di kota kota dengan iklim tertentu. Kabut asap mengiritasi mata dan paru-paru, serta merusakkan tumbuhan. Kabu asap terbentuk ketika cahaya matahari dan ozon di udara bereaksi dengan oksida nitrogen serta hidrokarbon dari gas buangan kendaraan bermotor.

3)      Karbon monoksida

Gas ini dihasilkan oleh gas buangan mobil dan truk. Jika tertutup, karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin dalam darah membentuk senyawa yang  stabil yaitu karboksihemoglobin (HbCO).

4)      Karbon Dioksida

Karbon dioksida dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Gas karbon dioksida yang ada di udara selain berasal dari proses alam, seperti respirasi makhluk hidup, dekomposisi bahan organik, fermentasi, pelapukan batuan, dan pengaruh magma di permukaan tanah, juga berasal dari bekas pembakaran manusia.

5)      Pencemaran tanah

Tanah merupakan subtansi yang menyusun kerak bumi. Mineral-mineral yang terkandung dalm tanah menjadi sumber kehidupan tumbuhan. Yang dimaksud dengan pencemaran tanah adalah suatu dampak limbah rumah tangga, industry dan penggunaan pestisida yang berlebihan pada tanah. Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk memngontrol organisme yang mengganggu tanaman hasil usaha manusia yang terlibat dalam penyebaran penyakit.

3.      Sungai

1) Pencemaran sungai dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :

a.   Pembuangan limbah industri ke perairan

b.  Pembuangan limbah rumah tangga (domestic) ke sungai, seperti air cucian, air bekas MCK.

c.   Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.

d. Terjadinya erosi yang membawa paetikel-partikel tanah ke perairan.

e.   Penggunaan racun dan bahan peledak

f.   Pembuangan limbah rumah sakit, limbah peternakan ke sungai

g. Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas pantai.

2) Adapun dampak pencemaran sungai sbb :

a. Mempercepat kematian biota yang ada di dalamnya, jika pun bisa bertahan maka akan terjadi mutasi dan jika dikonsumsi akan berakibat langsung pada kesehatan manusia.

b. Mengurangi bahkan merusak kualitas airnya.

c. Abrasi, berupa erosi lateral. Akan membawa material pinggir sungai yang mengakibatkan pendangkalan sungai. Akibatnya jika terjadi hujan lebat maka sungai tidak dapat menampung kapasitas airdan mengakibatkan banjir.

d. Hunian di bantaran sungai akan mengakibatkan menghilangnya kealamian sungai karena proses kehidupan sungai.

4.      Terumbu karang

Pada saat sekarang ini sudah banyak laporan atas dasar rusaknya terumbu karang, terumbu karang yang memanjang di lautan adalah keajaiban bawah air dengan warna yang berpendar berbentuk fantastis telah dicampur tangani oleh tangan-tangan kotor manusia. Berbagai macam tekanan termasuk lumpur akibat penggundulan hutan dan polusi pantai akibat padatnya pengunjung pantai, yang mencekik mereka, dan pengambilan berlebihan oleh para pencari karang, nelayan, dan turis yang merusak dan mengurasnya.

Manfaat terumbu karang:

a.    Sebagai tempat wisata

b.   Organisme-organisme terumbu karang lainnya menghasilkan bahan-bahan kimia yang bermanfaat untuk penelitian kanker dan AIDS.

c.    Bunga-bunga karang itu sendiri menghasilkan suatu pelindung matahari alamiah,

d.   Kerangkanya yang terbuat dari kapur dan berlubang lubang itu mengandung kemungkinan untuk dijadikan bahan cangkokan tulang manusia.

e.    Terumbu karang memberikan pelayanan tidak terhingga dengan melindungi tanah-tanah di dekat pantai dari kekuatan-kekuatan erosi laut.

f.     Sebagai sumber penghasilan para nelayan berskala kecil sangat tergantung pada terumbu karang dunia untuk mencari nafkah mereka maupun makanan sehari-hari.

F.         Dampak Kerusakan Ekosistem

Kerusakan lingkungan memberikan banyak dampak pada masyarakat atau makhluk hidup sekitar kita diantarnya :

1.      Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat akibat penyebaran wabah penyakit

2.      Munculnya berbagai kerawanan social

3.      Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat

4.      Penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan

5.      Kerusakan lingkungan yang berakibat fatal menimbulkan kerugian, baik material maupun jiwa.

G.        Pencegahan Terjadinya Kerusakan Ekosistem

1.      Reboisasi atau penghijauan di lahan yang telah rusak.

2.       Mencegah penebangan liar dan menerapkan system tebang pilih

3.      Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan menggantinya dengan bahan bakar alternative

4.      Membuat sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan sebagai lahan pertanian

5.      Mengolah limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan

6.      Menggunakan bahan-bahan yang mudah diuraikan mikroorganisme di tanah

7.      Melakukan upaya remidiasi yaitu membersihkanpermukaan tanah dari berbagai macam polutan

Dengan Menerapkan prinsip 4R yaitu :

a.       Reduce, artinya mengurangi pemakaian

b.      Reuse, artinya memakai ulang

c.       Recycle artinya mendaur ulang

d.      Replant, artinya menanam atau menimbun sampah organik.

H.        Upaya Pemerintah Mengenai Kerusakann Ekosistem

1.      Mengeluarkan UU pokok Agraria No. 5 tahun 1960 yang mengatur tentang tata guna tanah.

2.      Menerbitkan UU No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.

3.      Memberlakukan peraturan pemerintah RI No. 24 tahun 1986 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.

4.      Pada tahun 1991, pemerintah membentuk badan pengendalian lingkungan.

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Siklus biogeokimia adalah aliran ion ataupun molekul dari nutrien yang dipindahkan dari lingkungan ke organisme (komponen hidup) dan dikembalikan lagi ke komponen tak hidup (abiotik). Siklus biogeokimia yang terpenting adalah siklus karbon dan oksigen, siklus nitrogen, dan siklus fosfor.

Keseimbangan siklus ini perlu dijaga. Jika aktivitas manusia tidak memperhatikan lingkungan, keseimbangan unsur dalam siklus akan terganggu sehingga proporsi komponen yang seharusnya menjadi bergeser. Akibat ketidakseimbangan tersebut, terjadi berbagai masalah yang dampaknya tidak hanya berpengaruh terhadap manusia, tetapi juga terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu pemahaman mengenai keseimbangan siklus biogeokimia diperlukan untuk membuat suatu rancangan manajemen lingkungan yang baik, termasuk lingkungan industri.

Kerusakan lingkungan hidup banyak disebabkan oleh manusia karena kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, wacana diatas menggambarkan bahwa bumi sudah jauh dari hijaunya lingkungan hidup, partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kerusakan lingkungan masih sangat minim.  Masyarakat masih sebagai obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telah dimulai pada lingkup lingkungan setempat yang dilaksanakan secara spontan. Tingkat partisipasi dilakukan di lingkuungan setempat dan kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan kerusakan sangat kurang.

B.     Saran

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Buchari, dkk. 2001. Kimia Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Jumin, H.B. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Riyadi, Slamet. 1984. Kerusakan Lingkungan. Surabaya : Karya Anda.

Tanjung, Shalahudin Djalal. 2002. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta. Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada.

Erwin Back dkk, 2004, Plant Ecology,  Depertemen of  Biografi university of Bayreuth: Germany.

 

0 comments:

Post a Comment