Makalah Ekologi Tumbuhan
“EKOLOGI
EKOSISTEM”
Dosen
Pengampu : Nurlita Lestariani, M.Pd
PARODI TADRIS IPA
BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN)
MATARAM
2020
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji syukur
penyusun haturkan kehadirat Allah SWT.Yang telah memberikan nikmat iman,
kesehatan dan karunianya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “EKOLOGI EKOSISTEM ” sebagai salah satu kewajiban penyusun sebagai seorang
mahasiswa.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari alam
penuh kegelapan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam kesempatan kali ini, penyusun ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyusun dan
dapat menyelesaikan makalah ini, terutama kepada para Dosen dan teman-teman
semua.
Selanjutnya, penyusun menyadari bahwasanya makalah ini
masih jauh dari kata sempurna.Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penyusun butuhkan untuk perbaikan penulisan dan penyusunan
makalah menjadi lebih baik. Terakhir, penyusun berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan penyusun mengucapkan.Terimakasih.
DAFTAR
ISI
COVER
KATA
PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar
Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN...................................................................................
A. Pengertian
Biogeokia...............................................................................
B. .................................................................................................................
C. Biogeokim...............................................................................................
D.
Latar Belakang
Kerusakan Ekosistem
E. Faktor
Penyebab Terjadinya Kerusakan Ekosistem................................
F. Macam-
macam Kerusakan Ekosistem
G. Dampak
Kerusakan Ekosistem
H. Pencegahan
Terjadinya Kerusakan Ekosistem........................................
I.
Upaya Pemerintah Mengatasi Kerusakan
Ekosistem..............................
BAB
III PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua yang ada di bumi ini baik
mahluk hidup maupun benda mati tersusun oleh materi. Materi ini tersusun atas
unsure-unsur kimia antara lain karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N), Hidrogen
(H), dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia tersebut atau yang umum disebut materi
dimanfaatkan produsen untuk membentuk bahan organik dengan bantuan matahari
atau energi yang berasal dari reaksi kimia. Bahan organik yang dihasilkan merupakan
sumber energi bagi organisme. Proses makan dan dimakan pada rantai makanan
menngakibatkan aliran materi dari mata rantai yang satu ke mata rantai yang
lain. Walaupun mahluk hidup dalam satu rantai makanan mati, aliran materi akan
tetap berlangsung terus. Karena mahluk yang mati tersebut diurai oleh
dekomposer yang akhirnya akan masuk lagi ke rantai makanan berikutnya. Demikian
interaksi ini terjadi secara terus menerus sehingga membentuk suatu aliran
energi dan daur materi.
Mahluk hidup, terutama tumbuhan
ikut mendapat pengaruh yang cukup signifikan dari suplai hara dan energi. Di
alam, semua elemen-elemen kimiawi dapat masuk dan keluar dari sistem untuk
menjadi mata rantai siklus yang lebih luas dan bersifat global. Namun demikian ada
suatu kecenderungan sejumlah elemen beredar secara terus menerus dalam
ekosistem dan menciptakan suatu siklus internal. Siklus ini dikenal sebagai
siklus biogeokimia karena prosesnya menyangkut perpindahan komponen bukan jasad
(geo), ke komponen jasad (bio) dan kebalikannya. Siklus biogeokimia pada
akhirnya cenderung mempunyai mekanisme umpan-balik yang dapat mengatur sendiri
(self regulating) yang menjaga siklus itu dalam keseimbangan.
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk
hidup lainnya. Secara garis besar lingkungan terdiri dari dua komponen yaitu
komponen biotic dan komponen abiotik, dan didalam lingkungan itu sendiri
terjadi hubungan-hubungan tertentu antara mahluk hidup dengan lingkungannya
misalnya ekosistem. Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bias
juga dikatakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsure lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
biogeokimia?
2.
Bagaimana siklus
biogeokima?
3. Apa
yang melatar belakangi terjadinya kerusakan ekosistem?
4. Factor-faktor
apa saja penyebab kerusakan ekosistem?
5. Kerusakan
lingkungan apa sajakah yang sering terjadi pada lingkungan sekitar?
6. Apa
dampak dari kerusakan ekosistem?
7. Bagaimana
kita mengupayakan mencegah kerusakan ekosistem?
8. Apa
peran pemerintah mengenai kerusakan ekosistem?
C.
Tujuan
1.
Untuk menegetahui
pengertian biogeokimia.
2.
Untuk mengetahui
siklus biogeokimia.
3.
Untuk mengetahui latar
belakang kerusakan ekosistem.
4.
Untuk mengetahui
penyebab terjadinya keruskakan ekosistem.
5.
Untuk mengetahui
macam- macam kerusakan lingkungan.
6.
Untuk mengetahui
dampak dari kerusakan ekosistem.
7.
Untuk mengetahui
tahapan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem.
8.
Untuk mengetahui
peran pemerintah dalam upaya penecgahan ekosistem.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Biogeokimia
Siklus
biogeokimia adalah perjalanan atau aliran bahan-bahan kimia dalam suatu
ekosistem global di bumi ini yang membentuk suatu lingkaran. Siklus biogeokimia
meliputi siklus karbon, siklus oksigen, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan
siklus belerang.
Interaksi
antara autotrofik dan heterofik organisme erotrofik dari suatu ekosistem telah digabungkan
dalam siklus biogeokimia, dimana berpasangan antara tingkat trofik hanya
(occurs)dengan menyediakan media. Di setiap lingkungan sistem banyak jalur
alternatif ada untuk sintesis dan dekomposisi bahan. (Physicochemical)
kondisi kimiawi dan komposisi spesies dalam
ekosistem sering menentukan jalur mana yang digunakan khususnya dalam jaringan
nutrisi. Efek umpan balik organisme pada. (Physicochemical Kondisi batas
ical terjadi terutama melalui pelapukan dan hilangnya mineral serta
keseimbangan panas dan air (untuk perubahan optic karakteristik dan
kekasaran permukaan).
B.
Siklus
Biogeokimia
1. Siklus air
Air mengalir melalui
ekosistem dan disimpan hanya sebagian kecil akan lebih tepat untuk berbicara
tentang hidrologi- keseimbangan kal daripada siklus air. Itu ekosistem
memperoleh air sebagai curah hujan (hujan, salju, embun = curah hujan
total). Struktur vegetasi dapat meningkatkan masukan air, misalnya dengan
"keluar" dari awan melalui peningkatan luas permukaan tempat tetesan
kabut mengendap. Sebuah Contohnya adalah hutan laurel di Tenerife yang sebagian
besar, bergantung pada har - dilindungi dari awan. Ekosistem kehilangan
air ke atmosfer karena penguapan bebas dari permukaan basah, dan dengan
transpirasi dan oleh rembesan ke dalam air tanah.
Hidrologi keseimbangan
positif jika kelebihan air merembes ke bawahcakrawala akar menjadi lapisan
tanah yang lebih dalam danatif jika presipitasi sepenuhnya digunakan oleh evapotranspirasi
atau jika transpirasi diumpankan oleh sup-lapisan yang tidak berasal dari
langsung curah hujan (air tanah advektif, pencairanpermafrost, naiknya kapiler
air dari dalam cakrawala). Menurut jumlah presipita-ini, neraca hidrologi
bervariasi, tetapi,rata-rata, sekitar 50 - 60% digunakan oleh tanaman. Ini
berlaku di semua wilayah iklim terlepas dari mereka kondisi yang berbeda.
Seperti transpirasi
dan asimilasi CO 2 digabungkan melalui stomata hydrological kontrol
keseimbangan drologi, ke perkiraan pertama-pertumbuhan, pertumbuhan vegetasi,
yang disebut produksi primaryIni sangat penting untuk pertanian-ture di daerah
kering (DeWitt 1978; Fischer dan Turner 1978).
Dimana ∑E adalah
jumlah transpirasi yang terintegrasi selama periode pengukuran NPP dan ∑E 0 adalah
jumlah penguapan harian dari suatu area babas ait . Persamaannya analog
dengan Persamaan. (2.4.7) , menjelaskan perbedaan ion CO 2 melintasi
stomata (A = c g dan Dc = A / g, di mana g = E / D), karena ∑E adalah
penjumlahannya dari konsumsi air dengan transpirasi dan
∑E 0 sebanding dengan defi- cit udara (D). Koefisien m dengan
demikian adalah parameter dianalogikan dengan mesofil internal rata-rata Konsentrasi CO 2 (Schulze
1982). koefisienya bervariasi untuk tanaman C3 antara 10 dan 14 g bahan
kering per m 2 dan mencapai 21- 23 gm 2 di C4 tanaman.
Terlepas dari fakta
bahwa hasil mungkin dihitung dari Persamaan (3.3.1) sebagai
perkiraan pertama Untuk tion, ada beberapa batasan. Terutama Siklus Biogeokimia
distribusi curah hujan menjadi kendala di daerah kering. Misalnya,
mungkin banyak hujan ringan “hanya “ curah hujan yang besar; bagaimana-
pernah, sebagian besar air ini akan menguap segera.langsung dari tanah yang
lembab dan dengan demikian tidak tersedia untuk pabrik. Ini menunjukkan
bahwa keseimbangan hydrological adalah
parameter penting dan bukan curah hujan. Distribusi precipitation sangat penting dalam perencanaan menabur dan
memanen dalam waktu hujan singkat dan panjang musim.
Siklus ini merupakan siklus air di
bumi yang dipengaruhi oleh peran energi matahari dan gaya gravitasi bumi.
Proses-proses penting yang terjadi adalah proses penguapan, transpirasi,
kondensasi, dan presipitasi. Penguapan (evaporasi) merupakan perubahan fase air
dari bentuk cairan menjadi bentuk gas akibat panas matahari di permukaan bumi.
Pada proses ini, dikhususkan air yang bukan berasal dari tanaman, contohnya air
danau, sungai, lautan dan bagian hidrosfer lainnya. Penguapan ini terjadi
sekitar 84% di lautan dan 16% di daratan. Sementara, penguapan yang terjadi
pada tanaman disebut transpirasi. Air dalam bentuk uap ini kemudian memasuki
atmosfer dan mengalami pendinginan sehingga terjadi kondensasi dan membentuk
awan. Awan akan terbawa oleh angin ke bagian lain dari bumi. Molekul-molekul
air akan terdispersi (terurai) secara menempel pada partikel-partikel debu yang
ada di atmosfer lalu bergabung membentuk buatiran-butiran air. Butiran-butiran
air yang sudah mencapai berat tertentu akan jatuh ke permukaan bumi. Peritiwa
ini disebut dengan presipitasi. Presipitasi dapat berbentuk hujan, salju,
ataupun embun tergantung pada kondisi lingkungannya. Presipitasi dapat terjadi
secara langsung ke daerah hidrosfer, sekitar 77%, dan sebanyak 23% jatuh di
atas tanah dan batu-batuan. Sebagian dari air yang jatuh di atas tanah dan
batu-batuan akan mengalir melalui permukaan menuju bagian hidrosfer, sementara
yang lainnya akan meresap ke dalam tanah (air tanah). Air tanah ini mencapai
lapisan yang kedap air lalu meresap secara perlahan dan mengalir hingga bagian
hidrosfer. Setelah itu, terjadi siklus ulang (Buchari dkk., 2001).
Siklus air ini terkait dengan
penyediaan nutrien bagi makhluk hidup. Dalam kondisi yang normal, perembesan
dan aliran permukaan air tidak akan mencuci mineral-mineral tanah. Kalaupun
ada, hanya sedikit mineral tanah yang akan tercuci. Selain itu, air hujan dapat
melapukkan batu sehingga tersedia bahan pengganti berbagai mineral, sehingga
mineral tanah tetap terjaga. Namun, sebaliknya, jika kondisi tidak normal,
nutrien dalam tanah dapat terganggu sehingga ekosistem pun terganggu. Salah
satu penyebabnya adalah penggundulan hutan.
2.
Siklus karbon
Perputaran Karbon
dalam Ekosistem Siklus karbon
Istilah sering digunakan untuk ekosistem. Ini tidak benar, karena tidak
memperhitungkan memperhitungkan bahwa CO 2 dari atmosfer bebas
digunakan dalam fotosintesis terutama. Hanya dalam jumlah kecil. berasal
dari respirasi di situs yang sama. Di- turbulensi mosfer menyebabkan
percampuran yang cepat atmosfer. Jadi CO 2 yang berasimilasi
terlambat memasuki ekosistem melalui adveksi melalui transportasi atmosfer dari
massa udara dan hilang sekali lagi dengan cara yang sama.
Siklus karbon dapat terbagi menjadi
dua macam, yaitu siklus dalam reaksi termonuklir berantai dalam binatang dan
siklus karbon di bumi. Siklus di bumi ini lebih terkenal dengan siklus
karbondioksida karena material yang berpindah adalah CO2. CO2 dalam udara
digunakan oleh tanaman untuk reaksi fotosintesis menjadi materi organik
(karbohidrat) dengan adanya gabungan dengan air. Senyawa organik tersebut
diteruskan kepada konsumen dalam rantai makanan. Energi digunakan oleh makhluk
hidup menghasilkan CO2 yang terlepas ke udara ataupun ke air, tergantung dari
lingkungan hidup. Namun, senyawa organik tetap ada yang tersisa. Organisme juga
mengeluarkan materi sisa (kotoran) yang mengandung karbon serta menjadi senyawa
karbon organik setelah mati. Karbon-karbon ini dilepaskan dalam bentuk CO2 ke
udara oleh saprovor (mikroorganisme pengurai). Dari udara ini, karbon dalam
bentuk CO2 akan kembali digunakan oleh tumbuhan (siklus terjadi). Namun, reaksi
oleh saprovor terkadang lambat sehingga senyawa karbon menumpuk dalam jangka
waktu yang lama dalam bentuk gambut, batu bara, minyak bumi, ataupun batu
karang(Buchari dkk., 2001). Pada ekosistem laut, terdapat karbon terlarut yang
akan berubah menjadi cangkang dan tulang organisme laut dan menjadi sedimen.
Selain itu, pengangkatan tektonik membawa karbon ke permukaan laut (Basukriadi,
2011).
3.
Siklus Nitrogen
Nitrogen dapat ditemui di alam dalam bentuk bebas (di udara)
maupun di dalam tanah. Nitrogen ini akan diikat oleh tanaman dalam bentuk gas
N2, serta diambil dari tanah dalam bentuk amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan
ion nitrat (N03-) dengan bantuan bakteri, misalnya Marsiella crenata. Di dalam
tanah, terdapat juga bakteri yang mengikat nitrogen secara langsung yaitu
Azotobacter sp. dan Clostridium sp. Mereka menggunakan nitrogen untuk dijadikan
senyawa penyusun tubuh yaitu protein. Saat baketri itu mati, timbul zat urai
berupa amonia. Amonia akan terlepas ke udara, atau dinitrifikasi oleh bakteri
nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus lalu dioksidasi dalam lingkungan
aerob sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan (proses
nitrifikasi). Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi
amonia kembali,dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepas ke udara.
Nitrogen di udara akan diikat kembali oleh tanaman, dan sebagian bereaksi
dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Dengan cara ini,
siklus nitrogen berulang (Riastuti, 2011).
4.
Siklus Kation
Siklus kation tidak
sepenuhnya siklus tertutup di ekosistem alami. karbon organik terlarut
secara resmi (DOC) dan asam kuat yang diproduksi menggeser kation secara
genetis di dalam tanah cakrawala atau ini menyebabkan hilangnya kation ke air
tanah.
Kehilangan kation
menyebabkan pengasaman tanah, ketika kerugian tidak dikompensasikan pelapukan
mineral primer atau oleh pelabuhan debu, atau dengan membatasi operasi.
Dalam suatu ekosistem,
perputaran Ca sangat besar er dari pada K, dan keduanya melebihi dari Mg. Saturasi
dasar menentukan jenis dan ketersediaan berbagai jenis N (amino asam, amonium,
nitrat).
Transportasi lateral
kation, bersama dengan transportasi DOC, menjelaskan perbedaan entiasi
karakteristik kimia tanah dan vegetasi bahkan di sepanjang hidrolo- pendek gradien
gical.
5.
Siklus Oksigen
Siklus oksigen terkait dengan siklus
karbon. Dari proses fotosintesis tanaman, dihasilkan oksigen ke udara. Oksigen
ini diperlukan oleh organisme untuk respirasi, menghancurkan bahan organik
menjadi senyawa yang lebih sederhana (CO2). CO2 ini akan digunakan kembali
untuk fotosintesis dengan hasil samping O2 (siklus berulang). Selain itu, O2
digunakan untuk pelapukan oksidatif dan pembakaran bahan baku fosil. Selain
itu, O2 di udara dapat berbentuk ion, atom tereksitasi ataupun ozon O3 akibat
pengaruh radiasi ultraviolet. Oksigen tereksitasi akan memancarkan cahaya
tampak pada panjang gelombang tertentu menimbulkan fenomena cahaya langit (air
glow). Sementara, ozon berfungsi sebagai pelindung bumi karena menyerap radiasi
UV (Buchori dkk, 2001).
6. Siklus Fosfor
Fosfor merupakan elemen penting
dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP
(Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Fosfor yang
terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat dalam
bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa
menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi
menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat
tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah. Herbivora mendapatkan
fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari
herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan
feses. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu
melepaskan pospor kemudian diambil oleh tumbuhan.
Ada dua bentuk fosfor yang terdapat
di alam, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa
fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan
yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat
anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap
di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan
fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik
terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh
akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulangterus menerus.
7. Siklus belerang (sulfur)
Sebagian besar cadangan sulfur yang ada di alam berada di
kulit bumi. Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi
oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida
atau hidrogen sulfide (H2S). H2S ini bisa mengakibatkan kematian bagi mahluk
hidup yang berada di perairan. Pada umumnya H2S dihasilkan dari penguraian
bahan organik yang telah mati. Tumbuhan berklorofil dan sejumlah bakteri dapat
menyerap secara langsung senyawa sulfur dalam bentuk larutan (SOP42-) atau gas.
Namun senyawa sulfur dalam kadar tinggi (di atas 0,3 ppm) yang masuk melalui
pori-pori daun dalam waktu relatif lama dapat merusak struktur daun, karena
suasana lembab di dalam daun akan membentuk asam sulfat.
Perpindahan sulfat terjadi melalui
proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan komponen organiknya
akan diuraikan oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri yang terlibat dalam siklus
sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat
menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan
oleh bakteri fotoautotrof anaerob (seperti Chromatium) untuk melepaskan sulfur dan
oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti
Thiobacillus.
C.
Latar Belakang Kerusakan Ekosistem
Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang
membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung
baik dalam individual maupun komunitas. Kerusakan lingkungan terjadi bila daur
materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam
hal struktur maupun fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga
perbuatan manusia.
Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun tekhnlogi sehingga menimbulkan
kerusakan atau pencemaran lingkungan. Manusia juga dapat merubah keadaan
lingkungan yang tercemar akibat perbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan
yang lebih baik. Kesadaran masyarakat yang rendah dapat menjadi factor
terjadinya kerusakan lingkungan dapat dilihat dari diberlakukannya denda bagi
masyarakat yang membuang sampah sembarangan pada area tertentu.
D.
Faktor- faktor Penyebab Terjadinya Kerusakan Ekosistem
1. Kerusakan akibat pristiwa alam
a. Peristiwa
alam merupakan factor utama terjadinya kerusakan lingkungan, banyak makhluk
hidup yang tidak dapat bertahan melawan seleksi alam, peristiwa alam itu
meliputi, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, dan
kerusakan alam lainnya.
2.
Kerusakan akibat
ulah manusia
a. Pertanian
Penggundulan
hutan merupakan salah satu contoh kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan
pertanian ladang berpindah. Tempat yang ditinggalkan menjadi kurang subur dan
ditumbuhi alang alang. Akibatnya saat musim hujan akan terjadi proses
pengikisan tanah permukaan yang intensif.
b.
Perikanan
Cara
penangkapan ikan yang salah, sepeti menggunakan pukat harimau juga menyebabkan
kian berkurangnya jenis jenis ikan tertentu didaerah perairan. Terlebih lagi
jika menggunakan bahan peledak, tidak hanya ikan yang mati tetapi larva dan ikan
kecil lainnya ikut mati.
c.
Tekhnologi
Industry
Penggunaan
traktor memang mempermudah dan mempercepat pembajakan sawah, namun ada hal lain
yang terbawa seperti sisa bahan bakar, buangan oli, dsb. Hal tersebut biasa
merusak lingkungan.
E.
Macam-
macam Kerusakan Ekosistem
1. Kerusakan
hutan
Bencana
banjir datang saat musim penghujan. Air yang meluap dari sungai sampai terkena
banjir merugikan harta bahkan jiwa. Masalah yang datang ketika kemarau adalah
kekeringan, semua masalah itu terjadi karena kerusakan hutan. Hutan yang masih
alami mempunyai pohon-pohon yang lebat dan perakaran yang baik dapat menyerap
air ketika hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di celah-celah perakaran,
secara perlahan melepasnya melalui aliran sungai. Fungsi hutan dalam
mengendalikan fluktuasi debit air sungai sehingga saat hujan lebat tidak lebat
dan pada saat kemarau tidak kekeringan.
Hutan
berfungsi dalam proses hydro-orologis mengatur tata air dan menjaga
ketersediaan air bagi makhluk hidup.”Kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan
areal hutan Karena kerusakan ekosistem hutan”, pengertian ini sering juga
disebut degradasi hutan.
2. Pencemaran
Pencemaran
didefinisikan sebagai suatu gejala masuknya zat-zat atau komponen lain ke dalam
lingkungan atau ekosistem alami sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu.
Macam-macam pencemaran lingkungan:
1) Pencemaran
air
Pencemaran
air merupakan peristiwa masuknya bahan berbahaya, merugikan atau tidak disukai
ke dalam air dengan konsentrasi atau jumlah yang cukup besar. Pencemaran air
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung terutama disebabkan oleh
efluen atau limbah buangan dalam bentuk cairan dari kegiatan industry,
pertanian dan rumah tangga. ementara itu pencemaran air secara tidak langsung
terjadi karena adanya rembesan zat-zat kimia beracun dan berbahaya dari
timbunan limbah industry, pertanian, dan rumah tangga kedalam perairan terbuka
serta air dalam tanah.
2) Pencemaran
udara
a. Asap
Asap
tersusun atas partikel partikel kecil karbon dan tar yang berasal dari
pembakaran batu bara di pusat-pusat pembangkit tenaga listrik atau
dirumah-rumah. Di dalam tar mengandung terkandung bahan-bahan kimia penyebab
kanker.
b. Kabut
asap
Kabut
asap adalah kabut tipis yang terjadi di kota kota dengan iklim tertentu. Kabut asap
mengiritasi mata dan paru-paru, serta merusakkan tumbuhan. Kabu asap terbentuk
ketika cahaya matahari dan ozon di udara bereaksi dengan oksida nitrogen serta
hidrokarbon dari gas buangan kendaraan bermotor.
3) Karbon
monoksida
Gas ini
dihasilkan oleh gas buangan mobil dan truk. Jika tertutup, karbon monoksida
berikatan dengan hemoglobin dalam darah membentuk senyawa yang stabil yaitu karboksihemoglobin (HbCO).
4) Karbon
Dioksida
Karbon
dioksida dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Gas karbon dioksida
yang ada di udara selain berasal dari proses alam, seperti respirasi makhluk
hidup, dekomposisi bahan organik, fermentasi, pelapukan batuan, dan pengaruh
magma di permukaan tanah, juga berasal dari bekas pembakaran manusia.
5) Pencemaran
tanah
Tanah merupakan
subtansi yang menyusun kerak bumi. Mineral-mineral yang terkandung dalm tanah
menjadi sumber kehidupan tumbuhan. Yang dimaksud dengan pencemaran tanah adalah
suatu dampak limbah rumah tangga, industry dan penggunaan pestisida yang
berlebihan pada tanah. Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk
memngontrol organisme yang mengganggu tanaman hasil usaha manusia yang terlibat
dalam penyebaran penyakit.
3. Sungai
1) Pencemaran sungai dapat disebabkan oleh
hal-hal berikut :
a. Pembuangan limbah industri ke perairan
b. Pembuangan limbah rumah tangga (domestic) ke
sungai, seperti air cucian, air bekas MCK.
c. Penggunaan pupuk dan pestisida yang
berlebihan.
d. Terjadinya
erosi yang membawa paetikel-partikel tanah ke perairan.
e. Penggunaan racun dan bahan peledak
f. Pembuangan limbah rumah sakit, limbah
peternakan ke sungai
g. Tumpahan
minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas pantai.
2) Adapun dampak pencemaran sungai sbb :
a. Mempercepat
kematian biota yang ada di dalamnya, jika pun bisa bertahan maka akan terjadi
mutasi dan jika dikonsumsi akan berakibat langsung pada kesehatan manusia.
b. Mengurangi
bahkan merusak kualitas airnya.
c. Abrasi,
berupa erosi lateral. Akan membawa material pinggir sungai yang mengakibatkan pendangkalan
sungai. Akibatnya jika terjadi hujan lebat maka sungai tidak dapat menampung
kapasitas airdan mengakibatkan banjir.
d. Hunian
di bantaran sungai akan mengakibatkan menghilangnya kealamian sungai karena
proses kehidupan sungai.
4. Terumbu
karang
Pada
saat sekarang ini sudah banyak laporan atas dasar rusaknya terumbu karang,
terumbu karang yang memanjang di lautan adalah keajaiban bawah air dengan warna
yang berpendar berbentuk fantastis telah dicampur tangani oleh tangan-tangan
kotor manusia. Berbagai macam tekanan termasuk lumpur akibat penggundulan hutan
dan polusi pantai akibat padatnya pengunjung pantai, yang mencekik mereka, dan
pengambilan berlebihan oleh para pencari karang, nelayan, dan turis yang
merusak dan mengurasnya.
Manfaat terumbu karang:
a. Sebagai
tempat wisata
b. Organisme-organisme
terumbu karang lainnya menghasilkan bahan-bahan kimia yang bermanfaat untuk
penelitian kanker dan AIDS.
c. Bunga-bunga
karang itu sendiri menghasilkan suatu pelindung matahari alamiah,
d. Kerangkanya
yang terbuat dari kapur dan berlubang lubang itu mengandung kemungkinan untuk
dijadikan bahan cangkokan tulang manusia.
e. Terumbu
karang memberikan pelayanan tidak terhingga dengan melindungi tanah-tanah di
dekat pantai dari kekuatan-kekuatan erosi laut.
f. Sebagai
sumber penghasilan para nelayan berskala kecil sangat tergantung pada terumbu
karang dunia untuk mencari nafkah mereka maupun makanan sehari-hari.
F.
Dampak
Kerusakan Ekosistem
Kerusakan lingkungan memberikan banyak dampak pada masyarakat atau
makhluk hidup sekitar kita diantarnya :
1. Menurunnya
tingkat kesehatan masyarakat akibat penyebaran wabah penyakit
2. Munculnya
berbagai kerawanan social
3. Menurunnya
tingkat kesejahteraan masyarakat
4. Penurunan
produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan
5. Kerusakan
lingkungan yang berakibat fatal menimbulkan kerugian, baik material maupun
jiwa.
G.
Pencegahan Terjadinya Kerusakan Ekosistem
1.
Reboisasi atau penghijauan di lahan yang telah
rusak.
2.
Mencegah
penebangan liar dan menerapkan system tebang pilih
3. Mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil, dan menggantinya dengan bahan bakar alternative
4. Membuat
sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan sebagai lahan pertanian
5. Mengolah
limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan
6. Menggunakan
bahan-bahan yang mudah diuraikan mikroorganisme di tanah
7. Melakukan
upaya remidiasi yaitu membersihkanpermukaan tanah dari berbagai macam polutan
Dengan
Menerapkan prinsip 4R yaitu :
a. Reduce,
artinya mengurangi pemakaian
b. Reuse,
artinya memakai ulang
c. Recycle
artinya mendaur ulang
d. Replant,
artinya menanam atau menimbun sampah organik.
H.
Upaya Pemerintah Mengenai Kerusakann Ekosistem
1. Mengeluarkan
UU pokok Agraria No. 5 tahun 1960 yang mengatur tentang tata guna tanah.
2. Menerbitkan
UU No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan
hidup.
3. Memberlakukan
peraturan pemerintah RI No. 24 tahun 1986 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan.
4. Pada
tahun 1991, pemerintah membentuk badan pengendalian lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Siklus biogeokimia adalah aliran ion
ataupun molekul dari nutrien yang dipindahkan dari lingkungan ke organisme
(komponen hidup) dan dikembalikan lagi ke komponen tak hidup (abiotik). Siklus
biogeokimia yang terpenting adalah siklus karbon dan oksigen, siklus nitrogen,
dan siklus fosfor.
Keseimbangan siklus ini perlu
dijaga. Jika aktivitas manusia tidak memperhatikan lingkungan, keseimbangan
unsur dalam siklus akan terganggu sehingga proporsi komponen yang seharusnya
menjadi bergeser. Akibat ketidakseimbangan tersebut, terjadi berbagai masalah
yang dampaknya tidak hanya berpengaruh terhadap manusia, tetapi juga terhadap
lingkungan hidup. Oleh karena itu pemahaman mengenai keseimbangan siklus
biogeokimia diperlukan untuk membuat suatu rancangan manajemen lingkungan yang
baik, termasuk lingkungan industri.
Kerusakan
lingkungan hidup banyak disebabkan oleh manusia karena kurangnya kesadaran
mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, wacana diatas
menggambarkan bahwa bumi sudah jauh dari hijaunya lingkungan hidup, partisipasi
masyarakat dalam menanggulangi kerusakan lingkungan masih sangat minim. Masyarakat masih sebagai obyek
program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telah dimulai pada lingkup lingkungan
setempat yang dilaksanakan secara spontan. Tingkat partisipasi dilakukan di
lingkuungan setempat dan kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan
kerusakan sangat kurang.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Buchari, dkk. 2001. Kimia
Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Jumin, H.B. 2002. Agroekologi Suatu
Pendekatan Fisiologis. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta.
Kristanto,
Philip. 2004. Ekologi Industri. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Riyadi,
Slamet. 1984. Kerusakan Lingkungan.
Surabaya : Karya Anda.
Tanjung,
Shalahudin Djalal. 2002. Toksikologi
Lingkungan. Yogyakarta. Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas Gajah
Mada.
Erwin
Back dkk, 2004, Plant Ecology, Depertemen of
Biografi university of Bayreuth: Germany.
0 comments:
Post a Comment