KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur
atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya
kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan
nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin.
Kedua kalinya tak lupa
pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul rasul wa khotimul anbiya’
Muhammad shallallah alaihi wasallam.yang
dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat
merasakan manisnya Islam.
Saya haturkan banyak
terima kasih kepada para dosen, staf laboratorium, serta kakak-kakak tingkat
terlebih khusus lagi yang menjadi Co. Ass atas segala bimbingan dan
pengajarannya sehingga akhirnya laporan tetap hasil praktikum ini dapat
diseleseikan. Kritik serta saran yang membangun sangatlah kami harapkan untuk
menyempurnakan laporan ini menjadi lebih baik.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman
hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik
bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan
keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk hidup. Bentuk keanekaragaman atau
keseragaman mahluk hidup adalah klasifikasi tumbuhan jenis herba dan semak.
Dimana herba merupakan tumbuhan pendek kecil, batang basah (herbasus) karena
banyak mengandung air dan tidak mempunyai kayu, sedangkan semak adalah tumbuhan
berkayu, banyak cabang, dan pendek, memiliki ukuran < 1 M.
Pengetahuan
terkait keragaman serta keseragam merupakan hal yang pokok untuk
mengidentifikasi mahluk hidup, hal ini nantinya juga dapat dimamfaatkan untuk meningkatkan produktivitas ekosistem di mana masing-masing
spesies, keanekaragaman spesies yang besar menjamin keberlanjutan alam untuk
mendukung semua bentuk kehidupan ekosistem, ekosistem hutan hujan Indonesia
kaya akan keragaman spesies, terkelolalnya
sumber daya alam dengan baik akan meningkatkan manfaat alam bagi kesehatan
manusia dan keragaman hayati yang baik
menyediakan sejumlah layanan jasa lingkungan alam bagi manusia.
Diharapkan dengan adanya laporan ini penyusun dapat
mengatahui cara menganalisis vegetasi herba dan semak, yang nantinya dapat
digunakan untuk mengukur tingkat biodiversitas spesies tersebut disuatu tempat.
Mamfaat lain yang dapat diperoleh adalah mengetahui keanegaraman spesies
tumbuhan dalam skala lebih besar berdasarkan habitat tempat tumbuhnya. Selain
itu penyusun juga berharap dengan adanya laporan ini, penyusun dapat
berpartisipasi untuk mengimplementasikan UUD 1945 tentang bagaimana cara
mencerdaskan generasi bangsa.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menganalisis vegetasi semak dan herba pada
daerah terbuka dan daerah naungan (kanopi) dengan parameter-parameter vegetasi
yang telah ditentukan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui cara menganalisis vegetasi semak dan herba
pada daerah terbuka dan daerah naungan (kanopi) dengan parameter-parameter
vegetasi yang telah ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vegetasi
hutan tersusun dalam beberapa strata.
Strarifikasi yang terbentuk dalam vegetasi hutan tergantung pada tipe hutan. Strata
atas biasanya didominasi oleh pohon, sedangkan strata di bawahnya diisi oleh
tumbuhan semak, herba, maupun liana. Berdasarkan perawakan atau habitus,
tumbuhan dikenali sebagai : pohon, semak (shrubs), herba (herbaceous), dan
tumbuhan pemanjat (climbing plants). Pohon dan semak adalah tumbuhan berkayu;
pohon mempunyai ciri memiliki batang utama, sedangkan semak lebih pendek dan
tidak memiliki batang utama tetapi melainkan bercabang-cabang. Herba kurang atau tidak memiliki jaringan
berkayu. Tumbuhan pemanjat dapat berupa
liana (berkayu), atau vine (herbaceous), atau diantara keduanya (suffrutescent
plants). Ada juga pembagian habitus
tumbuhan sebagai : pohon, perdu, semak, dan terna. (Eka & Erna, 2015: 404)
Herba
adalah tumbuhan pendek (0,3-2 meter) tidak mempunyai kayu dan berbatang basah
karena banyak mengandung air. Menurut Syahbuddin, herba merupakan tumbuhan
tidak berkayu yang tersebar dalam bentuk kelompok individu atau soliter pada
berbagai kondisi habitat seperti tanah yang lembab atau berair, tanah yang
kering, batu-batuan dan habitat dengan naungan yang rapat. Herba juga merupakan
salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang ukurannya jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan semak ataupun pohon yang batangnya basah dan tidak berkayu.
Herba juga memiliki daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap
tumbuhan disekitarnya (seperti semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu
tumbuh di tempat yang kosong. (Keanekaragaman Tumbuhan Herba di Cagar Alam
Sibolangit. Jurnal Klorofil. Vol. 1;2 : 69-70)
Semak merupakan tumbuhan
berkayu yang tidak memiliki batang tunggal tetapi bercabang-cabang dekat
permukaan tanah, dan memiliki ketinggian kurang dari 8 m. Banyaknya vegetasi
strata semak ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat padahal dilihat dari
segi manfaat kandungan kimia dalam tiap organnya yang dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam penyakit. (Analisis Vegetasi Strata Semak Berdasarkan
Cluster Lingkungan Abiotik di Sempadan Sungai Tepus Sleman, Yogyakarta sebagai
Sumber Belajar Biologi SMA Kelas X. Jurnal BIOEDUKATIKA. Vol. 2;1 : 31)
Pemanfaatan
herba dalam dunia kesehatan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu
sebagai jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah ramuan yang
terbuat dari bahan-bahan alam yang dibuat untuk dikonsumsi dalam upaya
meningkatkan vitalitas atau mengatasi permasalahan kesehatan. Jamu dipandang
berkhasiat berdasarkan pengalaman dan penuturan dari generasi ke generasi, dan
dapat dikatakan terkonservasi di 3 masyarakat berdasarkan pengalaman empirik
masyarakat terhadap khasiat jamu. Dalam pembuatan jamu, bagian-bagian tertentu
dari beberapa jenis tanaman (seperti daun atau rimpang digunakan) diolah secara
bersama-sama tanpa adanya proses ekstraksi. Jamu adalah salah satu warisan
nenek moyang bangsa Indonesia yang saat ini keberadaannya menarik minat dan
perhatian berbagai bangsa untuk mempelajari jamu lebih jauh. (Lucman, 2015: 2)
Tumbuhan
herba memiliki batang yang lunak (batangnya tidak berkayu) atau hanya
mengandung jaringan kayu sedikit sekali sehingga ketika tumbuhan tersebut mati
tidak ada bagian batang yang tersisa di permukaan tanah. Tumbuhan herba umumnya
berbunga indah dan biasa di tanam sebagai hiasan kebun atau pot. Tumbuhan ini
berkhasiat untuk menyembuhkan atau bahkan berbahaya bagi tanaman lain (berupa
hama atau gulma). Tumbuhan semacam ini dapat merupakan tumbuhan semusim,
tumbuhan dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan. (Yusra, 2017: 3)
Berdasarkan
waktu tumbuhnya, tumbuhan herba dibagi menjadi 3 macam yaitu, tumbuhan tahunan
(Annual) yang akan menggugurkan semua
bagian tubuhnya setelah berbunga dan berbuah, lalu akan tumbuh kembali dengan
cara menyemai benih, misalnya jagung dan bunga matahari. Tumbuhan yang hidupnya
dua tahun sekali (Biennial), akan
menggugurkan semua bagian bunga, daun dan batangnya di akhir musim tumbuhnya,
tetapi ada sebagian tubuhnya di permukaan atau bawah tanah (bonggol, umbi,
rimpang, akar, paragih) yang masih hidup sehingga dapat tumbuh kembali di musim
berikutnya yang contohnya seperti sawi dan lobak. Tumbuhan abadi (Perennial) adalah tumbuhan yang
menyisakan bagian tubuhnya di permukaan atau bawah tanah sehingga tumbuh abadi
yang contohnya bunga bangkai dan keladi. (Seri,
2018: 14)
BAB III
METODOLOGI
A.
Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Minggu/18
Oktober 2020
Waktu : 08:00 WITA-Selesei
Tempat : Taman Wisata Alam Kerandangan,
Lombok Barat, NTB
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Meteran
b.
Papan Tulis & Alat Tulis
c.
Tali Rafia
d.
Patok Kayu
e.
Kertas Label
f.
Plastik Spesimen
2.
Bahan
a.
Tumbuhan Semak
b.
Tumbuhan Herba
C.
Cara Kerja
1.
Menentukan areal/stasiun penelitian.
2.
Membagi stasiun menjadi dua, yaitu daerah
terbuka dan daerah ternaung (kanopi).
3.
Membuat plot pada masing-masing lokasi
baik area terbuka maupun area tertutup, dengan ukuran plot sebagai berikut:
a. Untuk
semak :
b. Untuk
herba :
4.
Menghitung jenis dan jumlah individu
setiap jenis pada masing-masing plot dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5.
Mendokumentasikan setiap individu atau
jenis tumbuhan herba dan semak yang belum diketahui namanya di lapangan.
6.
Menganalisis data-data yang telah ditemukan
kemudian menentukan parameter vegetasi dari masing-masing individu atau
spesies.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Gambar Hasil Pengamatan
Spesies Herba |
||
No. |
Gambar
Pengamatan |
Keterangan |
1. |
|
Gadung
(Dioscorea hispida) |
2. |
|
Patikan
Kebo (Euphorbia hirta) |
3. |
|
Impatiens
parviflora |
4. |
|
Paspalum
dilatatum |
5. |
|
Azadirachta
indica |
6. |
|
Singawalang (Petiveria alliaceae) |
7. |
|
Rumput
Minjangan (Chromolaena odorata) |
8. |
|
Sirih (Piper battle) |
Spesies Semak |
||
No. |
Gambar
Pengamatan |
Keterangan |
1. |
|
Daun
Kaskado (Senna
alata) |
2. |
|
Ara (Ficus recemosa) |
3. |
|
Dalbargia
miscolobium |
4. |
|
Takebuya (Handroanthus chrysotrichus) |
5. |
|
Sungkai (Peronema canescens) |
6. |
|
Diplopterys
cabrerana |
7. |
|
Beng (Afzelia xylocarpa) |
2.
Tabel Hasil Pengamatan
No. Plot |
No |
Spesies Herba |
Jumlah Individu |
Luas Tutupan |
P x L |
||
Nama Daerah |
Nama Ilmiah |
P |
L |
||||
1. |
1. |
|
Azadirachta indica |
3 |
60 |
55 |
3300 |
2. |
|
Impatiens
parviflora |
3 |
60 |
58 |
3480 |
|
3. |
Patikan
Kebo |
Euphorbia hirta |
1 |
5 |
6 |
30 |
|
4. |
Gadung
|
Dioscorea
hispida |
3 |
18 |
8 |
144 |
|
2. |
1. |
Singawalang |
Petiveria
alliaceae |
30 |
20 |
10 |
200 |
2. |
|
Azadirachta
indica |
1 |
40 |
30 |
1200 |
|
3. |
|
Paspalum
dilatatum |
1 |
15 |
5 |
75 |
|
3. |
1. |
|
Paspalum
dilatatum |
1 |
8 |
6 |
48 |
2. |
Gadung
|
Dioscorea
hispida |
1 |
20 |
14 |
280 |
|
3. |
Rumput
Minjangan |
Chromolaena
odorata |
1 |
17 |
10 |
170 |
|
4. |
Sirih |
Piper battle |
1 |
30 |
80 |
2400 |
|
Total |
46 |
293 |
282 |
11327 |
No. Plot |
No |
Spesies Semak |
Jumlah Individu |
Luas Tutupan |
P x L |
||
Nama Daerah |
Nama Ilmiah |
P |
L |
||||
1. |
1. |
Ara |
Ficus recemosa |
15 |
19 |
15 |
285 |
2. |
Beng |
Afzelia xylocarpa |
1 |
12 |
7 |
84 |
|
3. |
Daun
Kaskado |
Senna alata |
1 |
15 |
10 |
150 |
|
4. |
|
Diplopterys
cabrerana |
8 |
23 |
17 |
391 |
|
5. |
Sungkai |
Peronema
canescens |
2 |
27 |
50 |
1350 |
|
6. |
|
Dalbargia
miscolobium |
2 |
80 |
67 |
5360 |
|
7. |
Takebuya |
Handroanthus
chrysotrichus |
1 |
62 |
38 |
2356 |
|
2. |
1. |
Ara |
Ficus recemosa |
25 |
22 |
10 |
220 |
2. |
|
Diplopterys
cabrerana |
6 |
45 |
20 |
900 |
|
3. |
|
Dalbargia
miscolobium |
5 |
65 |
43 |
2795 |
|
4. |
Sungkai |
Peronema
canescens |
3 |
30 |
20 |
600 |
|
5. |
Beng |
Afzelia xylocarpa |
4 |
36 |
17 |
612 |
|
6. |
Daun
Kaskado |
Senna alata |
2 |
28 |
17 |
476 |
|
3. |
1. |
Takebuya |
Handroanthus chrysotrichus |
5 |
48 |
30 |
1440 |
2. |
Sungkai |
Peronema canescens |
9 |
40 |
35 |
1400 |
|
3. |
Ara |
Ficus recemosa |
1 |
30 |
24 |
720 |
|
4. |
|
Diplopterys
cabrerana |
1 |
50 |
35 |
1750 |
|
5. |
Daun
Kaskado |
Senna alata |
1 |
30 |
25 |
750 |
|
Total |
92 |
662 |
480 |
21639 |
No. |
Spesies
Herba |
Jumla
plot ditemukannya spesies |
Jumlah
Individu |
Luas
Tutupan (cm2) |
Frekuensi |
Densitas/ Kepadatan |
Dominansi |
FR (%) |
DenR (%) |
DomR (%) |
NP (%) |
ID |
|
Daerah |
Ilmiah |
||||||||||||
1. |
Gadung |
Dioscorea hispida |
2 |
4 |
424 |
0.66 |
4 |
144.33 |
18.18 |
8.69 |
3.81 |
30.68 |
0.23 |
2. |
Patikan Kebo |
Euphorbia hirta |
1 |
1 |
30 |
0.33 |
1 |
10 |
9.09 |
2.17 |
0.26 |
11.52 |
0.12 |
3. |
|
Impatiens parviflora |
1 |
3 |
3480 |
0.33 |
3 |
1160 |
9.09 |
6.52 |
30.69 |
46.3 |
0.28 |
4. |
|
Paspalum dilatatum |
2 |
2 |
123 |
0.66 |
2 |
41 |
18.18 |
4.34 |
1.08 |
23.6 |
0.20 |
5. |
|
Azadirachta indica |
2 |
4 |
4500 |
0.66 |
4 |
1500 |
18.18 |
8.69 |
39.69 |
66.56 |
0.33 |
6. |
Singawalang |
Petiveria alliaceae |
1 |
30 |
200 |
0.33 |
30 |
66,66 |
9.09 |
65.21 |
1.76 |
76.06 |
0.34 |
7. |
Rumput Minjangan |
Chromolaena odorata |
1 |
1 |
170 |
0.33 |
1 |
56.66 |
9.09 |
2.17 |
1.49 |
12.75 |
0.13 |
8. |
Sirih |
Piper battle |
1 |
1 |
2400 |
0.33 |
1 |
800 |
9.09 |
2.17 |
21.17 |
32.43 |
0.24 |
Total |
11 |
46 |
11327 |
3.63 |
46 |
3778.65 |
100 |
100 |
100 |
299.9 |
1.90 |
No. |
Spesies
Semak |
Jumla
plot ditemukannya spesies |
Jumlah
Individu |
Luas
Tutupan (cm2) |
Frekuensi |
Densitas/ Kepadatan |
Dominansi |
FR (%) |
DenR (%) |
DomR (%) |
NP (%) |
ID |
|
Daerah |
Ilmiah |
||||||||||||
1. |
Daun
Kaskado |
Senna
alata |
3 |
4 |
1336 |
1 |
0.16 |
17.81 |
18.79 |
4.34 |
6.18 |
29.31 |
0.22 |
2. |
Ara |
Ficus
recemosa |
3 |
41 |
1225 |
1 |
1.64 |
16.33 |
18.79 |
44.56 |
5.67 |
69.02 |
0.33 |
3. |
|
Dalbargia miscolobium |
2 |
7 |
8155 |
0.66 |
0.28 |
108.73 |
12.40 |
7.60 |
37.75 |
57.75 |
0.31 |
4. |
Takebuya |
Handroanthus
chrysotrichus |
2 |
6 |
3796 |
0.66 |
0.24 |
50.61 |
12.40 |
6.52 |
17.57 |
36.49 |
0.25 |
5. |
|
Peronema
canescens |
3 |
14 |
3350 |
1 |
0.56 |
44.66 |
18.79 |
15.21 |
15.50 |
49.5 |
0.29 |
6. |
|
Diplopterys cabrerana |
3 |
15 |
3041 |
1 |
0.6 |
40.54 |
18.79 |
16.30 |
14.07 |
49.16 |
0.29 |
7. |
Beng |
Afzelia
xylocarpa |
2 |
5 |
696 |
0.66 |
0.2 |
9.28 |
12.40 |
5.43 |
3.22 |
21.05 |
0.18 |
Total |
18 |
92 |
21599 |
5.32 |
3.68 |
287.96 |
112.40 |
100 |
100 |
312.28 |
1.88 |
Dan
berikut merupakan kunci determinasi analisis vegetasi semak dan herba
berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan:
No. |
Karakter |
Sirih
(Piper battle) |
Takebuya
(Handroanthus crysotrichus) |
Gadung
(Dioscorea hispida) |
Dalbargia
miscolobium |
Ara
(Ficus recemosa) |
R. Minjangan (Chromolaena odorata) |
1. |
Sitem
Perakaran Serabut |
ü |
ü |
|
ü |
|
|
2. |
System
Perakaran Tunggang |
|
|
ü |
|
ü |
ü |
3. |
Batang
Berkayu (Lignosus) |
|
|
|
|
|
|
4 |
Batang
Basah (Herbasus) |
ü |
|
|
|
|
|
5. |
Habitus
Herba |
ü |
|
|
|
|
|
6. |
Habitus
Semak |
|
ü |
|
|
|
|
7. |
Bentuk
Daun Membulat |
|
|
|
ü |
|
|
8. |
Bentuk
Daun Oval |
|
|
|
|
|
|
9. |
Pangkal
Daun Membulat |
|
|
ü |
|
ü |
|
10. |
Pangkal
Daun Meruncing |
|
|
|
|
|
ü |
1.
A.
Sitem Perakaran Serabut ……………………...2
B. System Perakaran Tunggang ……………………...4
2. A. Batang Basah (Herbasusu) ……………………...3
B. Batang berkayu (lignosus) ……………………...5
3. A.
Habitus Herba ……………….…….
Piper battle
B. Habitus Semak ………………….…. Handroanthus crysotrichus
4. A. Bentuk Daun Membulat ….…………………. Dalbargia miscolobium
B. Bentuk Daun Oval .……………………. Ficus recemosa
5. A. Pangkal Daun Membulat …………………….. Dioscorea hispida
B. Pangkal Daun Meruncing …………………….. Chromolaena odorata
C. Analisis Hasil
Vegetasi
semak dan herba merupakan vegetasi tumbuhan yang mengisi kenaekaragaman hayati
suatu tempat. Kemampuan bertahan hidup yang dimiliki kedua jenis tumbuhan
tersebut sangatlah baik, hal ini ditambah dengan kemampuan reproduksinya yang
cepat sehingga keerlangsungan keduanya terjamin. Semak dan herba memiliki 2
mekanisme reproduksi, yaitu reproduksi seksual dan reproduksi aseksual. Reproduksi
seksual dengan mempertemukan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin
betina, sedangkan reproduksi aseksual merupakan reproduksi yang tidak
mempertemukan antara kedua sel kelamin jantan maupun betina, bentuk
repsoduksinya seperti setek, fragmentasi dan lain-lain.
Identifikasi
keanekaragaman hayati dengan menggunakan analisis tumbuhan herba dan semak
hendaknya memperhatikan parameter-parameter yang telah ditetapkan.
Parameter-parameter tersebut dapat berupa frekuensi (kekerapan), densitas
(kerapatan), dominansi, frekuensi relative, densitas relative, dominansi
relative, nilai penting (importance value), dan indeks diversitas serta indeks
similaritas. Berdasarkan jumlah spesies yang ditemukan di dalam 3 plot untuk
spesies herba dan semak, didapatkan total 92 spesies tumbuhan herba dan 46
spesies tumbuhan semak.
Pada
praktikum tersebut terdapat beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh kedua macam
spesies tersebut. Tumbuhan semak memiliki batang yang berkayu (lignosus), memiliki cambium, berukuran
kurang dari 1 M, umumnya merupakan tumbuhan dikotil, berakar tunggang, venasi
daun penninervis dan paminervis, sircum scripto (bangun daun) ovatus, oblongus
dan cordatus, dan banyak cabang dengan tipe daun majemuk serta berakar
tunggang. Tumbuhan herba memiliki batang basah (herbasus), tidak berkambium, ukuran pendek dan kecil, umumnya
merupakan tumbuhan monokotil, berakar serabut, bentuk venasi daun rectinervis
dan curvinervis, memiliki sircum scripto oblongus, ovatus dan lain-lain.
Ciri-ciri
dari masing-masing individu yang telah kita dapatkan nantinya dapat mempermudah
kita dalam membentuk kunci determinasi dari spesies-spesies tersebut, hal ini
guna mempermudah kita untuk lebih mengenal kedua jenis tumbuhan, yaitu tumbuhan
herba dan semak. Pada kunci determinasi di atas, herba dan semak
diklasifikasikan berdasarkan morfologi akar dan batang. Herba memiliki
morfologi akar serabut dan semak memiliki sytem perakaran tunggang untuk
menyerap air. Berdasarkan morfologi batang, semak memiliki batang lignosus yang
terkandung cambium pada silinder pusatnya untuk tumbuh dan berkembang. Pada
herba, memiliki morfologi batang basah (herbasus)
yang kaya akan air sehingga bersifat lunak.
Tumbuhan
herba hidup membentuk vegetasi yang baik di tanah yang lembab, berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan tumbuhan herba banyak ditemukan di tanah dengan
tingkat kelembapan yang tinggi dengan warna tanah coklat bercampur hitam, suhu
pada tanah itu sendiri tergolong dingin yang menyebabkanya mudah untuk
bereproduksi. Sedangkan semak membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk tumbuh
dan berkembang dibandingkan dengan herba, oleh karenanya kemudian mengapa nilai
indek diversitas yang dimilikinya tergolong sedang dengan skors 1.88, dimana
jika 1.6 < H < 2.4 tergolong kategori sedang. Untuk herba yang memiliki nilai
indeks diversitas 1.90 juga tergolong sedang, akan tetapi agregat nominal yang
dimilikinya lebih tinggi.
Indeks
diversitas tumbuhan herba dan semak didapatkan dari data nilai penting suatu
spesies herba/semak (ni) dibagi nilai penting seluruh spesies herba/semak (N)
kemudian dikalikan dengan nilai len (LN) antara nilai penting satu spesies
herba/semak yang dibagi dengan nilai penting seluruh spesies herba/semak.
Dimana jika H < 1.0 termasuk kategori sangat buruk, jika 1.1 < H < 1.5
tergolong kategori buruk, jika 1.6 < H < 2.4 tergolong kategori sedang,
jika 2.5 < H < 3.5 tergolong kategori baik dan jika H > 3.5 tergolong
kategori sangat baik.
Variable-variabel
yang perlu diperhatikan dalam pengamatan untuk menganalisis vegetasi herba dan
semak adalah waktu, keadaan lingkungan sekitar dan kesiapan alat yang digunakan.
Pada pengamatan yang dilakukan oleh kelompok saya, selain peralatan yang kurang
lengkap dan waktu yang sangat terbatas menyebabkan kurang optimalnya analisis
vegetasi semak dan herba yang kami lakukan. Selain itu di beberapa kelompok
yang lain bahkan hanya menggunakan satu plot karena terkendalanya waktu dan
kurangnya peralatan yang mereka miliki, ditambah keadaan pandemic mengakibatkan
kurang optimalnya analisis vegetasi tumbuhan herba dan semak.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat kita ambil dalam praktikum ini adalah untuk herba berdasarkan data
yang telah kita dapatkan maka diketahui indek deversitas yang dimilikinya
termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 1.90, dimana jika 1.6 < H <
2.4 tergolong kategori sedang. Adapun untuk semak berdasarkan data yang
diperoleh, tingkat indeks diversitas yang dimilikinya termasuk ke dalam
kategori sedang juga dengan nilai 1.88, dimana jika 1.6 < H < 2.4
tergolong kategori sedang. Jadinya dapat kita ketahui bahwasannya sebaran
vegetasi herba lebih luas dibandingkan dengan vegetasi semak berdasarkan
agregat nominal data.
B. Saran
Kritik
serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Azrai, Putri, Eka & Heryanti, Erna. 2015. Biodiversitas Tumbuhan Semak di Hutan Tropis
Dataran Rendah Cagar Alam Pangandaran, Jawa Barat. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.
Hakim, Lucman. 2015. Rempah & Herba. Yogyakarta: Diandra Creative.
Handayani, Trikinansih & Yustiah, Yusi. 2014. Analisis Vegetasi Strata Semak Berdasarkan
Cluster Lingkungan Abiotik di Sempadan Sungai Tepus Sleman, Yogyakarta sebagai
Sumber Belajar Biologi SMA Kelas X. Jurnal Bioedukatika (Yogyakarta: Universitas
Ahmad Dahlan). Vol. 2:1. hlm. 31
Hutasuhut, Aisyah, Melfa. 2018. Keanekaragaman Tumbuhan Herba di Cagar Alam Sibolangit. Jurnal
Klorofil (Medan: UIN Sumatera Utara). Vol. 1:2. hlm. 69-70
Maryani, Seri. 2018. Keanekaragaman Tumbuhan Herba di Daerah
Aliran Sungai Tapak Moge sebagai Referensi Pendukung Pembelajaran
Keanekaragaman Hayati di SMAN 16 Takengon. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry
Darussalam.
Yusra. 2017. Struktur Komunitas Tumbuhan Herba di
Bawah Tegakan Vegetasi Pinus
(Pinus merkusii) di Tahura Pocut Meurah
Intan Sebagai Referensi Praktikum Ekologi Tumbuhan. Banda Aceh: UIN
Ar-Raniry Darussalam.
0 comments:
Post a Comment