Makalah Desain Pembelajaran
“PENGEMBANGAN
ALAT EVALUASI”
Dosen
Pengampu: Neneng Agustiningsih, M. Pd.
JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur
atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya
kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan
nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin. Yang kedua
kalinya tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
besar kita al imamul rasul wa khotimul
anbiya’ Muhammad shallallah alaihi
wasallam yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya
kita dapat merasakan manisnya Islam.
Kami haturkan banyak
terima kasih kepada para dosen, terutama untuk dosen pengampu mata kuliah Desain
Pembelajaran ibuk Neneng Agustiningsih, M.Pd serta pihak-pihak terkait, kakak-kakak
tingkat dan rekan-rekan sekalian atas segala bimbingan dan pengajarannya
sehingga akhirnya makalah Desain Pembelajaran ini dapat diselesaikan.
Kritik serta saran yang
membangin dari para pembaca yang budiman sangat kami harapkan guna
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat memberikan mamfaat bagi kita semua dan kami dari penyusun memohon
maaf apabila ada suatu khilaf atau kesalahan.
DAFTAR
ISI
COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB
II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian
Evaluasi dan Tes 3
B. Kriteria
Tes 5
C. Kriteria
Petunjuk Pengembangan Tes Pengukur Keberhasilan Hasil Belajar 7
D. Jenis
– Jenis Tes 15
E. Alat
Evaluasi Belajar 21
F.
Contoh Evaluasi Belajar Biologi 22
BAB III PENUTUP 31
A. Kesimpulan 31
B. Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evaluasi
merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap
system pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh
perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan
mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui dan dengan evaluasi pula, kita
dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah
menjadi lebih baik ke depan.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya
dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk
mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Penilaian merupakan
bagian penting dan tak terpisahkan dalam system pendidikan saat ini.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperleh
siswa. Oleh karenanya kemudian diperlukan system penilaian yang baik dan tidak
bias. System penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang
kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru
merencanakan strategi pembelajaran.
Diharapkan dengan adanya makalah
ini, penyusun dapat lebih mengetahui terkait dengan evaluasi, tes, kriteria tes,
petunjuk pengembangan tes pengukur
keberhasilan hasil belajar, jeni-jenis tes, pengembangan alat evaluasi belajar
dan contoh-contoh evaluasi belajar Biologi. Serta ikut mengambil andil dalam
melaksanakan UUD 1945 mengenai bagaimana caranya agar dapat menciptakan
generasi penerus bangsa yang cerdas dan bermartabat. Sehingga nantinya tercipta
kondisi negara yang aman, maju dan sejahtera.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi dan tes?
2. Apa saja kriteria dari suatu tes?
3. Apa saja kriteria petunjuk pengembangan tes pengukur
keberhasilan hasil belajar?
4. Apa saja jenis-jenis tes?
5. Bagaimana mengembangkan alat evaluasi belajar?
6. Apa saja contoh-contoh evaluasi belajar Biologi?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui makna evaluasi dan tes.
2. Untuk mengetahui kriteria dari suatu tes.
3. Untuk mengetahui kriteria petunjuk pengembangan tes
pengukur keberhasilan hasil belajar.
4. Untuk mengetahui bagaimana menganalisis jenis tes.
5. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan alat evaluasi
belajar.
6. Untuk mengetahui contoh-contoh evaluasi belajar
Biologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi dan Tes
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evaluation” yang berarti penaksiran atau
penilaian. Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah
sebuah kegiatan atau program dilaksanakan sesuai perencanaan dan berhasil
mencapai tujuan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir
dengan apa yang seharusnya dicapai. Menurut Arikunto
(2013) evaluasi adalah “kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, dan informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan”.
Menurut
Arifin (2012) evaluasi adalah salah satu komponen penting dan tahap yang harus
ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang
diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan balikan (feed back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program
dan kegiatan di sekolah.
Menurut
Roestiyah dkk (2008) dalam bukunya “Masalah-masalah Ilmu Keguruan” menyebutkan
empat pengertian evaluasi menurut deskripsinya berikut ini. Evaluasi adalah
proses memahami atau memberi arti:
1.
Mendapatkan dan
mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil
keputusan.
2.
Evaluasi adalah
kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalamdalamnya yang bersangkutan
dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat hasil belajar siswa yang
dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
3.
Dalam rangka
pengembangan siswa intruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk
menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang direncanakan.
4.
Evaluasi adalah
suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam
pengembangan ilmu telag berada di jalan yang diharapkan.
Menurut
Fauzi (2013) evaluasi adalah kegiatan yang terencanan untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrument dan membandingkan hasilnya dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Berdasarkan definisi yang dikemukakan
oleh Fauzi penulis dapat menguraikan bahwa yang disebut dengan evaluasi yaitu
serangkaian kegiatan yang tersusun secara sistematis guna mencapai tujuan dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan
pemaparan dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwasannya evaluasi
merupakan suatu bentuk kegiatan yang digunakan oleh pengajar untuk mengetahui
keefektifan dari strategi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, selain
itu dengan evaluasi pengajar juga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
dari metode yang digunakan.
Tes
secara harfiyah, kata tes berasal dari bahasa perancis kuno testum dengan arti:
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat
berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya
sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia
di terjemahkan dengan tes, ujian atau percobaan.[1]
Dalam
kamus besar indonesia pusat bahasa, tes adalah ujian tertulis, lisan, atau
wawancara untuk mengetahui, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang.[2] Ada
beberapa istilah yang berkaitan dengan uraian diatas, yaitu istilah tes,
testing, testee, tester, yang masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda.
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan,
testing adalah saat pada waktu tes itu dilaksanakan, adapun teste adalah
responden yang sedang mengerjakan tes, sedangkan tester adalah orang yang
diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden
Istilah
tes menurut Wayan Nurkancana adalah: “suatu cara untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh anak
atau sekelompok anak, sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku
atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai
oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan”.[3]
Menurut
Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological Testing yang dimaksud
tes adalah “alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif, sehingga dapat
digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu”.[4] Sedangkan
pengertian menurut M. Chabib Thoha, pengertian tes adalah “alat pengukuran
berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk
mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu”.[5]
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwasannya tes merupakan
instrument atau alat yang digunakan untuk mengukur atau memberikan penilaian
terhadap suatu kegiatan dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
B.
Kriteria Tes
Kriteria tes yang
baik ada 4, yaitu:
1. Reliabilitas
Reliabilitas
adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Realibilitas tes
berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes diteliti dan dapat dipercaya
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan
reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok
yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Menurut Gronlund ada empat
faktor yang dapat memengaruhi reliabilitas yaitu “panjang tes, sebaran skor,
tingkat kesukaran, dan objektivitas”.[6]
2. Validitas
Sebelum
guru menggunakan suatu tes, hendaknya guru mengukur terlebih dahulu derajat
validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. Dengan kata lain, untuk melihat
apakah tes tersebut valid/sahih, kita harus membandingkan skor peserta didik
yang didapat dalam tes dengan skor yang dianggap sebagai nilai baku. Misalnya,
nilai ujian akhir semester peserta didik dalam salah satu mata pelajaran
dibandingkan dengan nilai ujian akhir semester pada mata pelajaran yang lain.
Makin mendekati kedua skor tersebut, maka semakin soal ujian akhir tadi dapat
dikatakan valid. Namun, tidak ada validitas yang berlaku secara umum. Artinya,
jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan tersebut.[7]
Pengujian
validitas terdiri dari: (a) Validitas isi dan konstruk, validitas ini dilakukan
bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan
tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Validitas ini
dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang
evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang diuji. (b) Validitas prediksi,
validitas ini dimaksudkan agar hasil tes mampu memprediksi keberhasilan peserta
didik di kemudian hari, misalnya ujian masuk atau tes seleksi. (c) Validitas
empiris (kriterium), validitas ini bertujuan untuk menentukan tingkat
kehandalan soal atau validitas bandingan (concurent validity). Dalam
penentuan tingkat validitas butir soal digunakan korelasi product moment
Pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang didapat siswa pada suatu
butir soal dengan skor total yang didapat.
3. Tingkat Kesukaran
Perhitungan
tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu
soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran yang seimbang, maka dapat
dikatakan soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan
tidak pula terlalu mudah.[8]
4. Daya Pembeda
Perhitungan
daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan
peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang
belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi
koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut
membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik
yang kurang menguasai kompetensi.[9]
C.
Kriteria
Petunjuk Pengembangan Tes Pengukur Keberhasilan Hasil Belajar
Langkah
kegiatan umum masuk dalam langkah “menentukan cakupan materi yang akan diukur”.
Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses
yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur,
seperti: menyebutkan, memberikan contoh, mengidentifikasi, menghitung,
membedakan, menyimpulkan, mempraktekkan, mendemonstrasikan. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), maka indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh
pendidik dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik,
keluasan dan kedalaman kompetensi dasar, dan daya dukung sekolah, misalnya
kemampuan guru dan sarana atau perasarana penunjang. Setiap kompetensi dasar
dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian hasil belajar.
Indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar
merupakan acuan yang digunakan untuk menyusun butir tes. [10]
Contoh 1 Mata
pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan Kelas/Semester : IV/1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator* Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga
serta nilaiMempraktikkan gerak dasar dalam permainan bola kecil sederhana
dengan peraturan yang 9 Melakukan berbagai teknik dasar permainan kasti. 9
Menerapkan kerjasama team dalam permainan kasti. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator* nilai yang terkandung didalamnya dimodifikasi, serta nilai kerjasama
tim, sportivitas, dan kejujuran**) 9 Menyebutkan manfaat permainan kasti
terahadap kesehatan tubuh. Dasar Indikator* Menulis Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi
dalam karangan sederhana dan puisi. Menulis puisi ber- dasarkan gambar dengan
pilihan kata yang menarik 9 Siswa dapat
menyebutkan ciri-ciri kalimat dalam puisi. 9 Siswa dapat menulis puisi dengan
benar . Indikator*: dikembangkan oleh
guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masingmasing. Satu KD
dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih indikator . (Depdiknas, 2006). [11]
Indikator Aspek Tehnik penilaian
1.
Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya. Memberi
contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.
a.
Siswa dapat menjelaskan pengertian globalisasi.
b.
Siswa dapat memberikan salah satu contoh pengaruh positif
globalisasi bidang komunikasi.
c.
Siswa dapat Indikator Aspek Tehnik penilaian memberikan salah satu
contoh pengaruh negatif globalisasi bidang kebudayaan.
1.
Mengembangkan tes pada Kawasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Mungkin masih
ada anggapan termasuk mungkin juga anggapan Anda bahwa tes tertulis khususnya
dalam bentuk tes obyektif hanya cocok untuk mengukur pencapaian hasil belajar
pada kawasan kognitif saja. Anggapan itu tidak bisa dibenarkan karena dengan
pemahaman yang tinggi terhadap cakupan materi maupun teknik evaluasi, pendidik
akan dapat mengembangkan tes tertulis yang dapat meliput dua kawasan yang lain
yaitu afektif maupun psikomotor. Marilah bersama-sama kita cermati penjelasan
berikut.
a. Mengembangkan
Tes pada Domain Kognitif Pada
dasarnya akan sangat mudah mengembangkan tes untuk mengukur indikator
pencapaian hasil belajar pencapaian kawasan (domain) kognitif, hampir semua
jenis tes dengan berbagai bentuk soal dapat digunakan untuk mengukur kawasan
ini seperti misalnya:
1)
Tes Lisan, pertanyaan secara
lisan masih sering digunakan untuk mengukur daya serap peserta didik pada kawasan
kognitif. Yang perlu Anda ingat tes lisan harus disampaikan dengan jelas, dan
semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Beberapa prinsip yang
harus dipedomani adalah memberi waktu untuk berpikir, baru menunjuk peserta
untuk menjawab pertanyaan. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas
cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman. Jawaban salah satu siswa
harus dikembalikan ke forum kelas untuk ditanggapi siswa yang lain.
2)
Tes Pilihan Ganda, ketika anda mengembangkan tes pilihan ganda
hendaknya memperhatikan sepuluh pedoman
penulisannya yaitu: (1) soal harus jelas, (2) isi pilihan jawaban homogen dalam
arti isi, (3) panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama, (4) tidak ada
petunjuk jawaban benar, (4) hindari mengggunakan pilihan jawaban “semua benar “
atau “semua salah”, (6) pilihan jawaban angka diurutkan, (7) pilihan jawaban
logis dan tidak menggunakan negatif ganda, (8) kalimat yang digunakan sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta tes, (9) menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan baku, dan (10) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara
acak.
3)
Bentuk Tes Uraian Obyektif, bentuk ini tepat digunakan untuk bidang
Matematika dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini
melalui suatu prosedur atau langkahlangkah tertentu. Setiap langkah ada
skornya. Objektif disini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam
bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal
ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dsbnya.
4)
Bentuk Tes Uraian, tes ini
menuntut siswa menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan dan
ide-idenya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini
dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu
mulai dari hapalan sampai dengan evaluasi. Kelemahan bentuk tes ini adalah: (1)
penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, (2) memerlukan waktu
yang lama untuk melakukan koreksi, (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas,
(4) dan adanya efek bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang
ditempuh adalah: (a) jawaban tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang
banyak, (b) tidak melihat nama peserta ujian, (c) memeriksa tiap butir secara
keseluruhan, dan (d) menyiapkan pedoman penskoran.
5)
Bentuk Tes Jawaban Singkat, tes ini mengharuskan siswa menuliskan
jawaban singkatnya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini,
yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi
atau asosiasi. Ketika Anda menyusun tes bentuk ini perhatikan keharusannya
yaitu; (1) soal mengacu pada indikator, (2) rumusan kalimat soal harus
komunikatif, dan (3) tidak menimbulkan interpretasi ganda.
6)
Bentuk Tes Menjodohkan, pengerjaan tes ini dilakukan dengan
menjodohkan atau memasangkan suatu premis dengan daftar kemungkinan jawaban,
dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu
kemungkinan jawaban. Bila Anda menuliskan soal bentuk ini perhatikan bahwa:
(1) soal harus sesuai dengan indikator, (2) jumlah alternatif jawaban
lebih banyak dari pada premis, (3) alternatif jawaban berhubungan secara logis
dengan premisnya, (4) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan (5) butir
soal menggunakan Bahasa Indonesiayang baik dan benar.
7)
Bentuk Tes Unjuk Kerja (Performance), tes bentuk ini sering pula
diklasifikasikan dalam bentuk penilaian autentik atau penilaian alternatif yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah-masalah di kehidupan nyata.
b. Mengembangkan Tes pada
Domain Afektif Anda dapat mengembangkan
tes pada domain afektif ini, untuk beberapa fokus sikap diantaranya
adalah:
1)
Sikap terhadap mata pelajaran tes sikap terhadap mata pelajaran
dapat diberikan pada awal atau akhir program agar siswa memiliki sikap yang lebih baik pada suatu
mata pelajaran. Perlu dilakukan tindakan
bila sebagian besar siswa bersikap negatif pada mata pelajaran tertentu
2)
Sikap positif terhadap belajar Siswa diharapkan memiliki sikap yang
baik terhadap belajar. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar
cenderung menjadi pembelajar pada masa depan.
3)
Sikap terhadap diri sendiri Meskipun harga diri siswa dipengaruhi
oleh keluarga dan kejadian di luar sekolah, hal-hal yang terjadi di kelas
diharapkan dapat meningkatkan harga diri siswa.
4)
Sikap positif terhadap perbedaan siswa perlu mengembangkan sikap
yang lebih toleran dan menerima perbedaan seperti etnik, jender, kebangsaan dan keagamaan.
5)
Sikap terhadap permasalahan faktual yang ada di sekitarnya penilaian
afektif juga dapat melihat fokus nilai semacam kejujuran, integritas, keadilan,
dan nilai kebebasan. Fokus penilaian afektif dapat dikenakan terhadap permasalahan-permasalahan
aktual di sekitar siswa. Pertanyaan yang berikutnya muncul adalah “Bagaimanakah
tes pada domain afektif dilaksanakan?” Penilaian sikap dapat dilakukan dengan
beberapa cara atau teknik antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung,
dan laporan pribadi. Hasil observasi
perilaku dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Perilaku adalah
kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
Pada tes ini biasanya digunakan dengan memanfaatkan skala likert.
Langkahlangkah dalam menyusun skala likert antara lain adalah: (1) Memilih
variabel afektif yang akan diukur; (2) Membuat beberapa pernyataan tentang
variabel afektif yang
6)
Dimaksudkan; (3) Mengklasifikasikan pernyataan positif atau
negatif; (4) Menentukan jumlah gradual
dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan; (5) Menyusun
pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian; (6) Melakukan
ujicoba; (7) Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik; dan (8)
Melaksanakan penilaian. Di bawah ini
adalah satu contoh tes afektif yang mengases sikap siswa terhadap pelajaran
sains.
7)
Sikap terhadap Pelajaran Sains Petunjuk: 1. Pengisian skala ini
tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar, Anda tidak perlu mencantumkan
nama dan nomor absen. [12]
Pada umumnya pelajaran yang termasuk kelompok psikomotor adalah
mata pelajaran yang indikator keberhasilan yang lebih beorientasi pada gerakan
dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik atau keterampilan tangan. Hasil belajar
psikomotor dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: (1) specific responding,
siswa baru mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, yang dapat didengar,
dilihat, atau diraba, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja
dsb. dan (2) motor chaining, siswa sudah mampu menggabungkan lebih dari dua
keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misal memukul bola,
menggergaji, menggunakan jangka sorong. Pada tingkat rule using siswa sudah
dapat menggunakan hukum-hukum dan atau pengalaman-pengalaman untuk melakukan
keterampilan yang komplek, misal
bagaimana memukul bola yang tepat agar
dengan tenaga yang sama namun hasilnya lebih keras. Gagne (1977)
berpendapat bahwa ada 2 kondisi yang
dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan yaitu kondisi internal dan
eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara, yakni (a)
mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan (b)
mengingatkan prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah
dikuasainya. Untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan: (a) instruksi
verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik. Soal untuk ranah psikomotor juga harus
mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar.
Setiap butir standar kompetensi dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 butir
kompetensi dasar. Selanjutnya setiap butir kompetensi dasar dapat dijabarkan
menjadi 3 sampai dengan 6 indikator dan setiap indikator harus dapat
dibuat lebih dari satu butir soal. Namun, ada kalanya satu butir soal ranah
psikomotor terdiri dari beberapa indikator. Instrumen psikomotor ini terdiri
dari dua macam, yaitu (1) soal dan (2) lembar yang digunakan untuk mengamati
dan menilai jawaban siswa terhadap soal tersebut. [13]
1) Menyusun
Soal Menyusun soal dapat diawali
dengan mencermati kisi-kisi instrumen psikomotor yang telah dibuat. Soal harus
dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pokok dan pengalaman
belajar. Namun adakalanya soal ranah psikomotor untuk ujian blok yang biasanya sudah mencapai tingkat
psikomotor manipulasi, mencakup beberapa indikator.
2) Menyusun
Lembar Observasi dan Lembar Penilaian
Lembar observasi dan lembar penilaian harus mengacu pada soal. Soal atau
lembar tugas atau perintah kerja inilah yang selanjutnya dijabarkan menjadi
aspekaspek keterampilan. Lembar observasi pada tes unjuk kerja dapat Anda
cermati juga pada UNIT 5. Teknik
asesmen, pendekatan, dan metode pembelajaran serta hasil belajar pada semua
ranah merupakan hal yang tak terpisahkan satu dengan yang lain karena semua di
desain untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan. Pertanyaan yang kemudian
muncul adalah: Sejauhmana pola pembelajaran
mampu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Pedoman Penilaian Depdiknas (2006) memvisualkan gambaran tersebut dalam Tabel
berikut untuk mempermudah Anda mencermati keterkaitan ranah Kognitif, Afektif,
dan Psikomotor dalam Penilaian.
Sedangkan menurut Purwanto, ia
menyatakan bahwa adapun kegiatan pengembangan tes hasil belajar melibatkan
kegiatan
a.
Identifikasi Hasil Belajar
Mengidentifikasi
bidang studi yang hendak diukur hasil belajarnya, selain itu juga harus
diidentifikasi aspek mana yang akan diukur kognitif, afektif, atau
psikomotornya.
b.
Deskripsi Materi
Informasi
mengenai hasil belajar yang hendak diukur dalam usaha memahami hasil belajar
diperoleh dari materi tentang hasil belajar.
c.
Pengembangan Spesifikasi
Spesifikasi dikembangkan
agar dua atau lebih pengembangan tes hasil belajar menghasilkan tes hasil
belajar yang sama kualitasnya.
d.
Menulis Butir-Butir Tes dan Kunci Jawaban
Butir tes ditulis untuk
mengukur variable dengan berpedoman pada kisi-kisi. Kunci jawaban harus
ditentukan dalam spesifikasi tes hasil belajar agar orang lain dapat mengikuti
perolehan hasil belajar responden dari jawaban yang dibuatnya.
e.
Mengumpulkan Data Uji Coba
Pengumpulan data uji coba
dilakukan dengan mengujikan instrument uji coba tes hasil belajar yang
dituliskan berdasarkan kisi-kisi.
f.
Menguji Kualitas Tes
Kegiatan
uji coba kualitas merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan alat
ukur dalam ilmu alam.
g.
Melakukan Kompilasi
Kompilasi
tes adalah menyusun kembali butir setelah uji coba dengan membuang butir yang
jelek dan menata butir yang baik.
Menurut
para ahli dapat disimpulkan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes
hasil atau prestasi belajar yaitu; a) indentifikasi hasil belajar, (b) menyusun
spesifikasi tes, (c) menulis tes, (d) menelaah soal tes, (e) melakukan uji coba
tes, (f) menganalisis kualitas soal, (g) memperbaiki tes, (h) menyusun tes yang
baik, (i) melakukan uji coba tes dengan waktu yang sudah ditentukan, (j)
menafsirkan tes. Demikian adalah langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar
secara umum, dengan kata lain bisa digunakan untuk semua mata pelajaran. Namun
ada hal-hal yang berbeda untuk digunakan sebagai bahan evaluasi, bentuk soal,
panjang soal, dan cara menjawab misalnya.[14]
D.
Jenis
– Jenis Tes
Secara umum tes
dibedakan berdasarkan obyek pengukurannnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tes
kepribadian (Personality Test) dan
tes hasil belajar (Achievement Test).
1.
Tes Kepribadian (Personality Test)
Adalah
tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang
yang banyak sedikitnya bersifat lahiriyah, seperti gaya bicara, cara
berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan dan lain-lain[15].
Yang termasuk dalam jenis tes ini dan banyak digunakan dalam kependidikan
adalah:
a.
Pengukuran sikap.
b.
Pengukuran minat.
c.
Pengukuran bakat.
d.
Tes intelegensi.
2.
Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Adalah
tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan
oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya, dalam
jangka waktu tertentu[16].
Menurut fungsinya tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu:
a.
Tes Penempatan (Plecement Test)
Tes
penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak
didik; kemampuan tersebut dapat dipakai untuk meramalkan kemampuan peserta
didik pada masa mendatang, sehingga kepadanya dapat dibimbing, diarahkan atau
ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya[17].
b.
Tes Diagnostic
Adalah
tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang
dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan
diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka
lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan (therapy) yang tepat. Tes diagnostic juga bertujuan untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan “Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan
yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan
selanjutnya?”
c.
Tes Formatif
Adalah
tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta
didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan)
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes
formatif juga bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilain tersebut dapat digunakan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah
dilaksanakan.
d.
Tes Sumatif
Adalah
tes yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana
penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajarinya. Tes ini mengukur keberhasilan belajar peserta didik secara
menyeluruh, materi yang diujikan seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran
dalam satu program tahunan atau semesteran, masing-masing pokok bahasan
terwakili dalam butir-butir soal yang diujikan[18].
Klasifikasi tes hasil belajar menurut tingkatannya dapat dibedakan menjadi:
1)
Tes Standart
Pengertian tes
standart secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun
oleh lembaga yang khusus mennyelenggarakan secara professional. Yang dituntut
dalam tes standart bukan standart prestasi peserta didik dari penguasaan materi
yang diajarkan pada suatu tingkat, lembaga pendidikan tertentu, melainkan
adanya persamaan performance pada kelompok peserta didik atau lembaga
pendidikan disebabkan adanya kesamaan tolak ukur. Tes standar ini merupakan tes
yang mengalami proses standardisasi, yaitu proses validasi dan keandalan (reliability) sehingga tes tersebut
benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok
tertentu.[19]
2)
Tes Nonstandart
Adalah tes yang
disusun oleh seorang pendidik yang belum memiliki keahlian professional dalam
menyusun tes secara baik. Sedangkan
menurut bentuknya, tes dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni:
3)
Tes Tindakan
Adalah
tes dimana respon atau jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa
tindakan, tingkah laku konkrit. Alat yang dapat digunakan untuk melakukan tes
ini adalah observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku tersebut.
4)
Tes Lisan
Tes lisan merupakan sekumpulan item pertanyaan dan
atau pernyataan yang disusun secara terencana, diberikan oleh seorang guru
kepada para siswanya tanpa media tulis. Dari segi persiapan dan cara bertanya
tes lisan dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
a)
Tes lisan bebas: artinya, pendidik dalam
memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang
dipersiapkan secara tertulis.
b)
Tes lisan berpedoman: pendidik menggunakan
pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik[20].
5)
Tes Tertulis
Yaitu tes yang terdiri dari serangkaian soal,
pertanyaan (item) atau tugas secara tertulis dan jawaban yang diberikan secara
tertulis juga. Tes tertulis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam, yakni:
a)
Tes subyektif
Tes subyektif, yang pada umumnya berbentuk esai
(uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
b)
Tes obyektif
Yaitu tes yang terdiri dari butir-butir soal (item)
yang dapat dijawab, oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih)
diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan dengan
masing-masing item dengan jalan menuliskan (mengisi) jawabannya berupa
kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah
disediakan untuk masingmasing butir item yang bersangkutan[21].
Adapun macam-macam tes obyektif adalah sebagai berikut:
1.
Tes Melengkapi atau tes isian singkat (Completion Test)
Adalah salah satu bentuk tes jawaban bebas, dimana
butir-butir soalnya berupa satu kalimat dimana bagian-bagian tertentu yang
dianggap penting dikosongkan, kepada testee diminta untuk mengisi bagian-bagian
yang ditiadakan tersebut.
2.
Tes benar-salah (True-False Test)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang
benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai
masing-masing pernyataan itu dengan meligkari huruf B jika pernyataan itu betul
menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataan itu salah. Bentuk
benar-salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal) yakni,
dengan pembetulan yaitu siswa siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban
yang salah atau siswa hanya diminta untuk melingkari huruf B atau S tanpa
memberikan jawaban yang betul (tanpa pembetulan)[22].
Cara mengerjakan soal ini dengan melingkari atau menandai pada jawaban yang
dianggap benar. Contohnya: Surat Al – Fatihah diturunkan di kota Makkah (B – S).
3.
Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengetahuan yang belum lengkap. Dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Contohnya: ujian akhir sekolah dan ujian nasional.
4.
Menjodohkan (Matching Test)
Tes bentuk menjodohkan merupakan bentuk khusus dari
pilihan jamak. Bentuk ini terdiri atas dua macam kolom paralel, tiap kolom
berisi statement yang satu menempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai
jawaban, kemudian peserta didik diminta untuk menjodohkan kesesuaian antar dua
statement tersebut. Tes ini sering digunakan untuk mengukur informasi tentang
fakta; pengertian; hubungan dan pengertian simbol tertentu43.
5.
Rearrangement
Exercises
Yang dimaksud dengan Rearrangement exercises adalah bentuk tes yang berupa rangkaian
kalimat utuh dan benar, kemudian diceraikan secara tidak beraturan, sehingga
bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik diminta menyusun kembali sesuai
dengan urutan yang benar. Bentuk tes ini banyak digunakan untuk mata pelajaran
bahasa Inggris[23].
Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes,
tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Tes individual (Individual Test), yakni tes dimana tester hanya berhadapan dengan
satu orang tester saja.
2.
Tes kelompok (Group Test), yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari
satu orang tester. Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi tester untuk
menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a)
Power
Test,
yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak dibatasi.
b)
Speed
Test,
yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut dibatasi. Dilihat dari segi bentuk responnya tes dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
1)
Verbal test, tes yang menghendaki respon
(jawaban) tertuang dalam bentuk ungkapan kata atau kalimat.
2)
Non verbal test, tes yang menghendaki
respon (jawaban) tertuang dalam bentuk tindakan atau tingkah laku[24].
E.
Alat
Evaluasi Belajar
Seperti yang telah
di ketahui Evaluasi adalah pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik buruk dimana penilaian tersebut bersifat kualitatif (Suharsimi, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses penilaian terhadap sesuatu untuk
mengambil keputusan terhadap sesuatu itu dimana penilaian tersebut bersifat
kualitatif. Evaluasi digunakan untuk menilai apakah proses perkembangan cara
berpikir siswa telah berjalan semestinya dan apakah tujuan pendidikan telah
dicapai dengan program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi
hasil belajar dilakukan atas hasil pengukuran dari penampilan siswa yaitu
kemampuan yang didemonstrasikan. Alat evaluasi sangat diperlukan untuk bisa
mengetahui kemampuan berpikir siswa atas kegiatan pembelajaran yang telah
dilakuakan. Hal ini di tandai dengan kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi
tersebut.[25]
Menurut Taksonomi
Bloom terdiri dari enam tingkat perilaku kognitif, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Tingkat pengetahuan
menyangkut kemampuan siswa untuk mengingat. Pemahaman adalah kemampuan untuk
mengingat dan menggunakan informasi, tanpa perlu menggunakannya dalam situasi
baru atau berbeda.Kecerdasan emosional adalah suatu cara baru untuk membesarkan
anak. Mempelajari perkembangan kepribadian anak intelligence quotient (IQ)
merupakan salah satu alat yang banyak digunakan untuk mengetahuinya (Uno,
2006). IQ dapat diukur dengan menggunakan uji-uji kecerdasan yang dapat
mengukur secara verbal maupun nonverbal, termasuk ingatan, wawasan, pemecahan
masalah, abstaksi logika, persepsi, pengolahan informasi dan keterampilan
motorik visual.Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu memecahkan
masalah dengan tepat (Redhana, 2003). Berpikir kritis adalah sebuah proses
sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan
dan pendapat mereka sendiri (Fachrurazi, 2011).[26]
Prosedur
pengembangan yang akan ditempuh sesuai dengan alur kerja pada metode penelitian
dan pengembangan menurut (Sugiyono, 2009) yaitu sebagai berikut: Melakukan
Penelitian Awal, Pengumpulan data awal, Pembuatan alat evaluasi bertingkat,
Validasi Pakar media dan materi, Revisi alat evaluasi bertingkat, Uji coba
skala kecil alat evaluasi, Revisi alat evaluasi bertingkat, Uji coba pemakaian
alat evaluasi, Revisi akhir alat
evaluasi, Produk akhir alat evaluasi, Penerapan produk alat evaluasi.[27]
F.
Contoh
Evaluasi Belajar Biologi
1.
Contoh Instrumen Penilaian Tes
Praktik Untuk Mata Pelajaran Biologi.
Tabel I. Contoh kisi-kisi penilaian
Satuan Pendidikan : SMA
Mata
Pelajaran :
Biologi
Teknik
Penilaian :
Tes Praktik
Penilaian Pendidik :
Ulangan Harian
Jumlah Soal/Waktu : 1/45 menit
Kompetensi Inti k-14 :
Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode seuai
kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar |
Bahan Kelas/Semester |
Materi Pembelajaran |
Indikator Soal |
Bentuk Soal |
No. Soal |
4.7. Menyajikan hasil analisis
tentang uji zat pada suatu bahan makanan |
XI/IV |
Uji
zat makanan |
Peserta didik dapat menguji kandungan protein
bahan makanan |
Tes Praktik |
1 |
2.
Berdasarkan kisi-kisi soal,
dapat dibuat soal sebagai berikut:
“Demonstrasikan/lakukan tata cara uji protein terhadap bahan
makanan sesuai petunjuk praktikum!”
3.
Pedoman penskoran penilaian
Berdasarkan soal diatas, dapat disusun pedoman penskoran dengan
tahapan sebagai berikut:
a)
Mengidentifikasi aspek-aspek
keterampilan uji protein. Aspek-aspek keterampilan kuncinya adalah:
1) Persiapan: Menyiapkan
alat dan bahan
2) Pelaksanaan uji coba
3) Kegiatan akhir uji
coba
b)
Mengidentifikasi aspek-aspek
keterampilan dari setiap aspek keterampilan kunci. (lihat tabel lembar daftar
periksa dan skala penilaian)
4.
Lembar daftar periksa tes dan
skala penilaian
No. |
Aspek Keterampilan |
Skor |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
Persiapan: Menyiapkan Alat dan
Bahan |
|||||
1. |
Menyiapkan alat dan bahan dengan lengkap |
||||
Pelaksanaan Uji Coba |
|||||
2 |
Siswa mengambil zat dan bahan dengan
tepat sesuai kebutuhan |
||||
3 |
Siswa menggunakan alat sesuai petunjuk |
||||
4 |
Siswa mencatat hasil pengamatan |
||||
5 |
Siswa menafsirkan hasil pengamatan |
||||
6 |
Siswa menganalisa data dan mengkaji
teori |
||||
7 |
Siswa dapat menarik kesimpulan |
||||
Kegiatan Akhir Percobaan |
|||||
8 |
Membersihkan alat |
||||
9 |
Membersihkan meja praktik |
||||
10 |
Mengembalikan alat ke tempat semula
dalam keadaan bersih |
||||
SKOR DIPEROLEH |
|||||
SKOR MAKSIMAL |
5.
Rubrik Penilaian Tes Praktik
a.
Menyiapkan alat dan bahan
dengan lengkap
1) 3
tabung reaksi disiapkan.
2) Albumin,
gelatin dan kasein disiapkan.
3) NaOH
dan CuSO4 disiapkan sebagai pereaksi.
4) Aquades
disiapkan sebagai control.
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
b. Mengambil zat
dan bahan dengan tepat sesuai kebutuhan
1) Mengambil 1 mL albumin,
gelatin dan kasein ke masing-masing tabung reaksi
2) Menambahkan NaOH 1 mL
ke tiga tabung reaksi
3) Menambahkan 2 tetes
CuSO4 pada ke tiga tabung reaksi
4) Menyiapkan aquades
sebagai bahan kontrol
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
c. Menggunakan alat
sesuai petunjuk
1) Menyiapkan 3 tabung
reaksi
2) Menyiapkan rak tabung
reaksi
3) Menyiapkan gelas ukur
4) Menyiapkan pipet tetes
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
d. Mencatat hasil
pengamatan
1) Hasil
pengamatan dicatat pada laporan sementara praktikum
2) Membuat
tabel hasil pengamatan
3) Hasil
pengamatan ditulis sesuai hasil uji (obyektif)
4) Hasil
pengamatan ditulis dengan rapih
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
e. Menafsirkan
hasil pengamatan
1) Menafsirkan mengapa
albumin terjadi perubahan warna setelah diuji
2) Menafsirkan mengapa
gelatin terjadi perubahan warna setelah diuji
3) Menafsirkan mengapa
kasein terjadi perubahan warna setelah diuji
4) Menafsirkan mengapa
aquades digunakan sebagai bahan kontrol uji protein
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
f. Menganalisa
data dan mengkaji teori
1)
Menganalisa mengapa albumin
terjadi perubahan warna setelah diuji dengan mengkaji teori.
2)
Menganalisa mengapa gelatin
terjadi perubahan warna setelah diuji dengan mengkaji teori.
3)
Menganalisa mengapa kasein
terjadi perubahan warna setelah diuji dengan mengkaji teori.
4)
Menganalisa mengapa aquades
digunakan sebagai bahan kontrol uji protein.
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
g. Menarik
kesimpulan
1) Menyimpulkan apakah
albumin mengandung protein.
2) Menyimpulkan apakah
gelatin mengandung protein.
3) Menyimpulkan apakah
kasein mengandung protein.
4) Menyimpulkan peranan
aquades sebagai bahan kontrol uji protein.
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
h. Membersihkan
alat
1) Membersihkan tabung
reaksi
2) Membersihkan gelas
ukur
3) Membersihkan pipet
4) Mengeringkan tabung
reaksi, gelas ukur dan pipet sebelum disimpan
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
i. Membersihkan
meja praktik
1) Membersihkan sisa-sisa
bahan praktikum di meja praktik.
2) Mengelap meja
praktikum dengan kain basah.
3) Mengelap meja
praktikum dengan kain kering.
4) Membereskan kembali
perlengkapan-perlengkapan yang ada pada meja praktikum.
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
j. Mengembalikan
alat ketempat semula dalam keadaan bersih
1) Memastikan alat yang
dibersihkan sudah dibersihkan
2) Memastikan alat yang
dibersihkan sudah kering
3) Memastikan alat yang digunakan
tidak mengalami kerusakan
4) Mengembalikan alat
ketempat semula dengan rapih
Skor |
Indikator |
4 |
Empat indikator dilakukan |
3 |
Tiga indikator dilakukan |
2 |
Dua indikator dilakukan |
1 |
Satu indikator dilakukan |
6. Pemberian skor
a. Pemberian skor=
1-4
b. Nilai=
c. Kode Nilai/Predikat:
1) 3.33
2) 2.33
3) 1.33
4) Skor
7. Contoh format
penilaian tes praktik
Nama
Sekolah :
SMA Negeri 1 Majenang
Mata
Pelajaran :
Biologi
Kelas/Semester :
XI/IV
Nama
Siswa :
Malik Afkarian
Guru Mata Pelajaran : Riziq
Husin, S.Pd
No. |
Aspek Keterampilan |
Skor |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
Persiapan: Menyiapkan Alat dan Bahan |
|||||
1. |
Menyiapkan alat dan bahan dengan lengkap |
v |
|||
Pelaksanaan Uji Coba |
|||||
2 |
Siswa mengambil zat dan bahan dengan
tepat sesuai kebutuhan |
v |
|||
3 |
Siswa menggunakan alat sesuai petunjuk |
v |
|||
4 |
Siswa mencatat hasil pengamatan |
v |
|||
5 |
Siswa menafsirkan hasil pengamatan |
v |
|||
6 |
Siswa menganalisa data dan mengkaji
teori |
v |
|||
7 |
Siswa dapat menarik kesimpulan |
v |
|||
Kegiatan Akhir Percobaan |
|||||
8 |
Membersihkan alat |
v |
|||
9 |
Membersihkan meja praktik |
v |
|||
10 |
Mengembalikan alat ke tempat semula
dalam keadaan bersih |
v |
|||
SKOR DIPEROLEH |
37 |
||||
SKOR MAKSIMAL |
40 |
Pemberian skor:
a. Pemberian skor =
1-4
b. Nilai
Dengan demikian, dapat disimpulkan siswa
yang bernama Malik Afkarian dapat melakukan uji protein terhadap bahan makanan
dengan predikat sangat baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Evaluasi
merupakan suatu bentuk kegiatan yang digunakan oleh pengajar untuk mengetahui
keefektifan dari strategi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, selain
itu dengan evaluasi pengajar juga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
dari metode yang digunakan. Tes merupakan instrument atau alat yang digunakan
untuk mengukur atau memberikan penilaian terhadap suatu kegiatan dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Kriteria tes yang
baik ada 4, yaitu: 1) realibilitas, tingkat atau
derajat konsistensi dari suatu instrumen. 2) validitas, pengukuran kesahan dari
suatu tes. 3) tingkat kesukaran, perhitungan tingkat kesukaran soal adalah
pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. 4) daya pembeda, Perhitungan
daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan
peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang
belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.
Secara umum tes
dibedakan berdasarkan obyek pengukurannnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tes
kepribadian (Personality Test) dan
tes hasil belajar (Achievement Test).
Evaluasi hasil belajar dilakukan atas hasil pengukuran dari penampilan siswa yaitu
kemampuan yang didemonstrasikan. Alat evaluasi sangat diperlukan untuk bisa
mengetahui kemampuan berpikir siswa atas kegiatan pembelajaran yang telah
dilakuakan.
B.
Saran
Kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan guna menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus. 2010. Pengaruh Jumlah Alternatif Jawaban Tes
Objektif Bentuk Pilihan Ganda terhadap Reliabilitas Tingkat Kesukaran dan Daya
Pembeda, Jurnal Ilmiah Faktor Exacta. Vol. 3 No. 2.
Anastasi, Anne. 1982. Psychological Testing Fourth Edition.
London: Collier Macmilan Publisher.
Arifin, Zainal.
2011. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kemenag.
Arikunto,
S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asrul, Rusydi, Ananda. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media.
Nurkancana, Wayan & Sumartana.
1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
Nurulshifa, Mutia, Alvi dkk. 2014. Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran
Bertingkat Berdasarkan Taksonomi Bloom untuk Mengetahui Kemampuan Berpikir
Siswa pada Tema Cahaya. Unnes Science Education Journal. Vol. 3:1.
Silverius, S. 2001. Evaluasi Hasil
Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia
Widya Sarana.
Stiggins, R. J. 1994. Student
Centered Classroom Assessment. New York: Maxwell Macmillan International.
Sudaryono.
2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Thoha,
Chabib, M. 1999. Teknik Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
[1] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm. 66
[2] Tim Penyusunan Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, hlm. 1456
[3] Wayan Nurkancana & Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1986), hlm. 25
[4] Anne Anastasi, Psychological Testing Fourth Edition,
(London: Collier Macmilan Publisher, 1968), hlm. 2
[5] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta:Rajawali, 1999), hlm. 43
[6] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran:
Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 258
[7] Zainal Arifin, Evaluasi
Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 247
[8] Zainal Arifin……hlm. 266
[9]
Zainal Arifin……hlm. 273
[10] Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas.
Jakarta: Depdiknas.
[11] Ibid
[12] Silverius, S. (2001). Evaluasi
Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia Widya
Sarana.
[13] Stiggins, R. J. (1994). Student
Centered Classroom Assessment. New York: Maxwell Macmillan International.
[14] Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
[15] Asrul, Rusydi Ananda, etc., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:
Citapustaka Media, 2014), 45
[16] Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 66
[17] Ibid, hal: 67
[18] Ibid, 67-68.
[19] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, 2012), 154.
[20] Ibid, hlm. 155-156.
[21] Idrus Alwi, Pengaruh Jumlah Alternatif Jawaban Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda
terhadap Reliabilitas Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda, Jurnal Ilmiah
Faktor Exacta, Vol. 3 No. 2, 2010
[22] Zainal Arifin, Evaluasi
Pembelajaran………hal. 57
[23] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 173
[24] Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
hlm. 123-124.
[25] Alvi Mutia Nurulshifa, dkk, Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran
Bertingkat Berdasarkan Taksonomi Bloom untuk Mengetahui Kemampuan Berpikir
Siswa pada Tema Cahaya, Unnes Science Education Journal, 2014, Vol. 3;1,
hlm. 404
[26] Alvi Mutia Nurulshifa, dkk, Unnes Science Education Journal, 2014,
Vol. 3;1, hlm. 404
[27] Alvi Mutia Nurulshifa, dkk, Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran Bertingkat Berdasarkan Taksonomi Bloom Untuk Mengetahui Kemampuan Berpikir Siswa Pada Tema Cahaya, Unnes Science Education Journal, 2014, Vol. 3:1, hlm. 405
0 comments:
Post a Comment