KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur
atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya
kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan
nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin.
Kedua kalinya tak lupa
pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul rasul wa khotimul anbiya’
Muhammad shallallah alaihi wasallam.yang
dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat
merasakan manisnya Islam.
Saya haturkan banyak
terima kasih kepada para dosen, staf laboratorium, serta kakak-kakak tingkat
terlebih khusus lagi yang menjadi Co. Ass atas segala bimbingan dan
pengajarannya sehingga akhirnya laporan tetap hasil praktikum ini dapat
diseleseikan. Kritik serta saran yang membangun sangatlah kami harapkan untuk
menyempurnakan laporan ini menjadi lebih baik.
DAFTAR
ISI
COVER
HALAMAN
PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB
III METODOLOGI 6
A. Pelaksanaan 6
B. Alat
dan Bahan 6
C. Cara
Kerja 6
BAB
IV PEMBAHASAN 8
A. Hasil
Pengamatan 8
B. Analisis
Data 14
C. Analisis Hasil 18
BAB V PENUTUP 21
A. Kesimpulan 21
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan
tropis Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas didunia setelah
Brazil di benua amerika selatan dan Kongo di benua afrika. Kelimpahan flora dan
fauna hutan tropis di Indonesia sangat tinggi dan masih banyak yang belum
teridentifikasi. Keanekaragaman flora di Indonesia sangat tinggi.
Keanekaragaman yang tinggi ini merupakan sumber daya alam yang penting bagi
kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Sumber daya alam seperti tumbuhan dapat
memberikan bahan dasar yang berguna bagi industri untuk menghasilkan produk
komersial termasuk makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Tumbuhan dapat
menghasilkan buah, biji, umbi, kayu, getah, dan lain-lain yang dapat
dimaanfaatkan untuk mendukung kehidupan manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Menurunnya
biodiversitas atau keanekaragaman hayati di Indonesia merupakan hal yang perlu
diperhatikan dengan serius, karena dengan menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat yang
dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan
melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati, reboisasi hutan
gundul dan perlindungan secara berkala terhadap kawasan-kawasan hutan yang
dilindungi. Selain itu bentuk perwujudan yang dapat kita lakukan adalah dengan
mengidentifikasi jenis flora dan fauna yang ada, untuk mempermudah dalam
pemamfaatan dan pelestariannya, sehingga dapat menunjang keberlangsungan
biodiversitas di suatu kawasan.
Diharapkan dengan adanya laporan ini penyusun dapat
mengatahui cara menganalisis struktur,
komposisi dan penyebaran vegetasi pohon pada daerah atau habitat hutan darat
dengan parameter-parameter vegetasi yang telah ditentukan, yang nantinya dapat digunakan untuk mengukur tingkat
biodiversitas suatu spesies di suatu kawasan. Selain itu penyusun juga berharap
dengan adanya laporan ini, penyusun dapat berpartisipasi untuk
mengimplementasikan UUD 1945 tentang bagaimana cara mencerdaskan generasi
bangsa, untuk menciptakan kondisi negara Indonesia yang maju dan sejahtera.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menganalisis struktur, komposisi dan
penyebaran vegetasi pohon pada daerah atau habitat hutan darat dengan
parameter-parameter vegetasi yang telah ditentukan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui cara menganalisis struktur, komposisi dan
penyebaran vegetasi pohon pada daerah atau habitat hutan darat dengan
parameter-parameter vegetasi yang telah ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan
merupakan kumpulan atau asosiasi dari pohon dan menutup areal yang cukup luas,
sehingga dapat membentuk iklim micro dengan kondisi ekologis yang khas.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah
kesatuan ekonomi berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkugannya. Lingkungan alam
hutan merupakan ekosistem alamiah yang kompleks hutan mengandung banyak jenis
pepohonan mulai dari tumbuhan tingkat penutupan bawah, pohon, tumbuhan paku,
lumut dan jamur. System ekologi di dalam hutan merupakan suatu system yang
dinamis yaitu suatu system yang saling terkait dan saling membutuhkan antara
vegetasi dan hewan yang berinteraksi. Pada ekosistem hutan terdapat persaingan
dan kerjasama seperti naungan pohon, perkecambahan, tumbuh-tumbuhan yang
merambat, epifit, lumut menutupi potongan kayu dan kotoran, aktivitas hewan
yang membantu dalam proses perkembangan tumbuhan, sumber makanan dan
perlindungan bagi satwa untuk melangsungkan kehidupannya. (Kameluh, 2008: 8-10)
Vegetasi
pohon di suatu lingkungan perumahan dapat memberikan manfaat dalam penyimpanan
dan penyerapan karbon. Perumahan BCC dengan luas total area analisis sebesar
12,51 ha memiliki perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi pohon dengan
non kanopi pohon (lahan terbangun) lebih besar, yaitu 19,18% (2,40 ha): 54,76%
(6,85 ha) dibandingkan Perumahan Yasmin dengan luas total area analisis sebesar
37,62 ha, yaitu 6,62% (2,49 ha) : 39,90% (15,01 ha). Berdasarkan hasil
perhitungan KDB dan KDH di kedua perumahan maka dapat dikatakan bahwa luas RTH
(pohon) di kedua perumahan sudah mencukupi atau ideal, namun dalam hal
kecukupan kebutuhan oksigen bagi manusia belum dapat tercukupi. Oleh karena
itu, perlu adanya penambahan luas RTH (pohon) pada masing-masing perumahan. (Manfaat
Kanopi Pohon dalam Upaya Penyimpanan dan Daya Serap Karbon di Kawasan Perumahan.
Jurnal Lanskap Indonesia. Vol. 8;1 : 20)
Pohon
merupakan tumbuhan perennial berkayu yang memiliki satu batang utama (trunk) dan sedikitnya satu atau beberapa
dahan (branches). Pohon berbeda
dengan semak (shrub). Perbedaan utama
yang membedakan pohon dan anakan pohon dengan semak adalah semak memiliki
tinggi kurang dari 5 meter dan sebagian besar memiliki percabangan yang banyak
di dekat batang utamanya sedangkan pohon memiliki percabangan utama setelah
mencapai tinggi ± 3 meter. Pepohonan asli yang masih tersedia di lingkungan
hunian secara perlahan berubah terkait dengan alih fungsi lahan. Jenis dari
pepohonan tersebut dapat bertahan atau musnah karena digantikan dengan
pepohonan baru oleh pengguna lahan. Formasi struktur pepohonan diklasifikasikan
berdasarkan spesies, tinggi tumbuhan, kanopi dan porositas. (Variasi
Kanopi dan Porositas Pohon di Ruang Hijau Pribadi Permukiman Baru Kelurahan
Loktabat Utara, Kota Banjarbaru. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 2;2 :
62-63)
Vegetasi
tingkat semai, yaitu anakan atau permudaan tingginya kurang dari 1,5 m. Vegetasi
tingkat pancang, yaitu pohon muda dengan ukuran tinggi minimal 1,5 m sampai
diameter kurang dari 10 cm. Vegetasi tingkat tiang, yaitu pohon dengan ukuran
diameter antara 10 cm hingga kurang dari 20 cm. Vegetasi tingkat pohon dengan
ukuran diameter lebih dari atau sama dengan 20 cm. (Struktur dan Komposisi Vegetasi pada Kawasan
Lindung Air Terjun Telaga Kameloh Kabupaten Gunung Mas. Jurnal Ziraa’ah.
Vol. 42;2 : 139)
Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa pada hutan alam memiliki jumlah jenis dan nilai
indeks keanekaragaman yang lebih tinggi untuk tingkat pohon dan permudaannya
(tiang, pancang, dan semai). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembukaan lahan
terutama dengan pembukaan dengan cara pembakaran hutan mengakibatkan dampak
yang besar. Dampak kebakaran hutan dapat memusnahkan berbagai macam jenis flora
dan fauna. Hutan di indonesia banyak di temukan tanaman yang bernilai ekonomi
baik tanaman berkhasiat obat, nilai kayu, tanaman endemik bernilai estetika
tinggi, pohon untuk bersarangnya lebah madu (pohon sialang), serta habitat bagi
satwa langka terancam punah seperti gajah dan harimau sumatera. Oleh karena itu
dampak kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sangat mahal. (Struktur
Vegetasi Kawasan Hutan Alam dan Hutan Rerdegradasi di Taman Nasional Tesso Nilo.
Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 14;1 : 21)
BAB III
METODOLOGI
A.
Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Minggu/18
Oktober 2020
Waktu : 08:00 WITA-Selesei
Tempat : Taman Wisata Alam Kerandangan,
Lombok Barat, NTB
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Meteran
b.
Papan Tulis & Alat Tulis
c.
Tali Rafia
d.
Patok Kayu
e.
Kertas Label
f.
Plastik Spesimen
2.
Bahan
a.
Tumbuhan Semai/Anakan
b.
Tumbuhan Pancang
c.
Tumbuhan Tiang
d.
Tumbuhan Pohon
C.
Cara Kerja
1.
Menentukan areal/stasiun penelitian.
2.
Membagi stasiun menjadi dua, yaitu daerah
terbuka dan daerah ternaung (kanopi).
3.
Membuat plot pada masing-masing lokasi
baik area terbuka maupun area tertutup, dengan ukuran plot sebagai berikut:
a. Untuk
semai :
b. Untuk
pancang :
c. Untuk
tiang :
d. Untuk
pohon :
4.
Menghitung jenis dan jumlah individu
setiap jenis pada masing-masing plot dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5.
Mencatat lingkaran batang setinggi 135 cm,
untuk menentukan keliling dan luasnya.
6.
Mendokumentasikan setiap individu atau
jenis tumbuhan herba dan semak yang belum diketahui namanya di lapangan.
7.
Menganalisis data-data yang telah
ditemukan kemudian menentukan parameter vegetasi dari masing-masing individu
atau spesies.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Gambar Hasil Pengamatan
Jenis Semai |
||
No. |
Gambar
Pengamatan |
Keterangan |
1. |
|
Cakar
Iblis Besar (Pisonia grandis) |
2. |
|
Jati
Putih (Gmelina arborea) |
3. |
|
Dendrocnide
meyeniana |
4. |
|
Caseraria
sylvestris |
5. |
|
Malabar
Kino (Pterocarpus marsupium) |
Jenis
Pancang |
||
No. |
Gambar Pengamatan |
Keterangan |
1. |
|
Jenitri (Elaeocarpus ganitrus) |
2. |
|
(Jati) Tectona
grandis |
3. |
|
Flacortia
indica |
4. |
|
Bola Kuda (Tabernaemontana donnel) |
5. |
|
Carapa
guianensis |
Jenis
Tiang |
||
No. |
Gambar Pengamatan |
Keterangan |
1. |
|
Poplar Berbulu (Populus heterophylla) |
2. |
|
Aquilaria
sinensis |
3. |
|
Legum (Eritrophelum fordii) |
Jenis
Pohon |
||
No. |
Gambar Pengamatan |
Keterangan |
1. |
|
Asam Jawa (Tamarindus indica) |
2. |
|
Lonceng Putih (Glicosmis pentaphylla) |
3. |
|
Jelatang (Laportea pterostigma) |
4. |
|
Randu Alas (Bombax ceiba) |
5. |
|
Daluang (Broussonetia papyrifera) |
2.
Tabel Hasil Pengamatan
No. Plot |
No. Jenis |
Nama Spesies |
Jumlah Individu |
Keliling Batang (cm) |
Luas
Batang (cm2) |
|
Nama Daerah |
Nama Ilmiah |
|||||
1.
|
1. |
Jati
Putih |
Gmelina arborea |
2 |
3 |
0.71 |
2. |
|
Dendrocnide
meyeniana |
10 |
2 |
0.31 |
|
3. |
Malabar
Kino |
Pterocarpus
marsupium |
8 |
4 |
1.27 |
|
4. |
|
Caseraria
sylvestris |
20 |
3 |
0.71 |
|
5. |
|
Flacortia indica |
15 |
5 |
1.99 |
|
6. |
|
Carapa
guianensis |
15 |
5 |
1.99 |
|
7. |
Legum |
Eritrophelum
fordii |
6 |
13 |
13.46 |
|
8. |
Poplar Berbulu |
Populus
heterophylla |
28 |
15 |
17.92 |
|
9. |
Jelatang |
Laportea
pterostigma |
3 |
44 |
154.21 |
|
10 |
Asam
Jawa |
Tamarindus
Indica. L |
2 |
46 |
168.55 |
|
2.
|
1. |
Malabar
Kino |
Pterocarpus
marsupium |
8 |
8 |
5.09 |
2. |
Jati
Putih |
Gmelina arborea |
2 |
3 |
0.71 |
|
3. |
Jati |
Tectona grandis |
12 |
8 |
5.09 |
|
4. |
Bola Kuda |
Tabernaemontana
donnel |
18 |
14 |
15.61 |
|
5. |
Poplar Berbulu |
Populus
heterophylla |
12 |
12 |
11.47 |
|
6. |
|
Aquilaria
sinensis |
8 |
13 |
13.46 |
|
7. |
Asam Jawa |
Tamarindus
Indica. L |
6 |
71 |
401.55 |
|
8. |
Randu Alas |
Bombax ceiba |
2 |
61 |
296.40 |
|
9. |
Daluang |
Broussonetia
papyrifera |
8 |
41 |
133.90 |
|
3. |
1. |
|
Caseraria
sylvestris |
9 |
4 |
1.27 |
2. |
Cakar
Iblis Besar |
Pisonia grandis |
1 |
3 |
0.71 |
|
3. |
Jenitri |
Elaeocarpus
ganitrus |
12 |
6 |
2.86 |
|
4. |
Lonceng Putih |
Glicosmis
pentaphylla |
8 |
120 |
1147.07 |
|
5. |
Daluang |
Broussonetia
papyrifera |
7 |
71 |
401.55 |
|
Total |
222 |
575 |
2797.99 |
No. |
Spesies
Hutan Darat |
Jumla
plot ditemukannya spesies |
Jumlah
Individu |
Basal
Area (cm2) |
Frekuensi |
Densitas/ Kepadatan |
Dominansi |
FR (%) |
DenR (%) |
DomR (%) |
NP (%) |
ID |
|
Daerah |
Ilmiah |
||||||||||||
1. |
Cakar Iblis Besar |
Pisonia grandis |
1 |
1 |
0.71 |
0.33 |
0.25 |
0.05 |
4.16 |
1.35 |
1.39 |
6.9 |
0.08 |
2. |
Jati Putih |
Gmelina arborea |
2 |
4 |
1.42 |
0.66 |
1 |
0.11 |
8.33 |
5.40 |
3.06 |
16.79 |
0.16 |
3. |
|
Dendrocnide
meyeniana |
1 |
10 |
0.31 |
0.33 |
2.5 |
0.02 |
4.16 |
13.51 |
0.55 |
18.22 |
0.17 |
4. |
|
Caseraria
sylvestris |
2 |
29 |
1.98 |
0.66 |
7.25 |
0.16 |
8.33 |
39.18 |
4.45 |
51.96 |
0.30 |
5. |
Malabar Kino |
Pterocarpus
marsupium |
2 |
16 |
6.36 |
0.66 |
4 |
0.53 |
8.33 |
21.62 |
14.76 |
44.71 |
0.28 |
6. |
Jenitri |
Elaeocarpus ganitrus |
1 |
12 |
2.86 |
0.33 |
0.48 |
0.03 |
4.16 |
2.59 |
0.83 |
7.58 |
0.09 |
7. |
Jati |
Tectona
grandis |
1 |
12 |
5.09 |
0.33 |
0.48 |
0.06 |
4.16 |
2.59 |
1.67 |
8.42 |
0.10 |
8. |
|
Flacortia indica |
1 |
15 |
1.99 |
0.33 |
0.6 |
0.02 |
4.16 |
3.24 |
0.55 |
7.95 |
0.09 |
9. |
Bola Kuda |
Tabernaemontana donnel |
1 |
18 |
15.61 |
0.33 |
0.72 |
0.20 |
4.16 |
3.89 |
5.57 |
13.62 |
0.14 |
10. |
|
Carapa guianensis |
1 |
15 |
1.99 |
0.33 |
0.6 |
0.02 |
4.16 |
3.24 |
0.55 |
7.95 |
0.09 |
11. |
Poplar Berbulu |
Populus heterophylla |
2 |
40 |
29.39 |
0.66 |
0.4 |
0.09 |
8.33 |
2.16 |
2.50 |
12.99 |
0.13 |
12. |
|
Aquilaria sinensis |
1 |
8 |
13.46 |
0.33 |
0.08 |
0.04 |
4.16 |
0.43 |
1.11 |
5.7 |
0.07 |
13. |
Legum |
Eritrophelum fordii |
1 |
6 |
13.46 |
0.33 |
0.06 |
0.04 |
4.16 |
0.32 |
1.11 |
5.59 |
0.07 |
14. |
Asam
Jawa |
Tamarindus indica L. |
2 |
8 |
570.1 |
0.66 |
0.02 |
0.47 |
8.33 |
0.10 |
13.09 |
21.52 |
0.18 |
15. |
Lonceng Putih |
Glicosmis pentaphylla |
1 |
8 |
1147.07 |
0.33 |
0.02 |
0.95 |
4.16 |
0.10 |
26.46 |
30.72 |
0.23 |
16. |
Jelatang |
Laportea pterostigma |
1 |
3 |
154.21 |
0.33 |
0.007 |
0.12 |
4.16 |
0.03 |
3.34 |
7.53 |
0.09 |
17. |
Randu Alas |
Bombax ceiba |
1 |
2 |
296.40 |
0.33 |
0.005 |
0.24 |
4.16 |
0.02 |
6.68 |
10.86 |
0.12 |
18. |
Daluang |
Broussonetia papyrifera |
2 |
15 |
535.45 |
0.66 |
0.03 |
0.44 |
8.33 |
0.16 |
12.25 |
20.74 |
0.18 |
Total |
24 |
222 |
2797.86 |
7.92 |
18.50 |
3.59 |
100 |
100 |
100 |
299.75 |
2.63 |
Dan
berikut merupakan kunci determinasi analisis vegetasi pohon pada hutan darat
berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan:
No. |
Karakter |
Tectona
grandis |
Laportea
pterostigma |
Tamarindus
indica |
Pisonia
grandis |
Pterocarpus
marsupium |
Eritrophelum fordii |
Populus
heterophylla |
1. |
Habitus
Pohon |
|
|
ü |
|
|
|
|
2. |
Habitus
Semai |
|
ü |
|
ü |
|
|
|
3. |
Habitus
Tiang |
|
|
|
|
ü |
ü |
ü |
4 |
Habitus
Pancang |
ü |
|
|
|
|
|
|
5. |
Bentuk
Daun Membulat |
|
ü |
|
|
|
|
|
6. |
Bentuk
Daun Oval |
|
|
ü |
|
|
|
|
7. |
Pangkal
Daun Membulat |
|
|
|
ü |
ü |
|
|
8. |
Pangkal
Daun Meruncing |
|
|
|
|
|
|
|
9. |
Ujung
Daun Meruncing |
|
|
|
|
|
ü |
|
10. |
Ujung
Daun Tumpul |
|
|
|
|
|
|
ü |
1. A. Habitus pohon ……………….……… 3
B. Habitus Semai .……………………… 4
2. A. Habitus tiang ………………………. 5
B. Habitus Pancang ………………………. Tectona grandis
3. A. Bentuk Daun Membuat ….…………………… Laportea
pterostigma
B. Bentuk Daun Oval .……………………... Tamarindus indica
4. A. Pangkal Daun Membulat …….………………... Pisonia
grandis
B. Pangkal Daun Meruncing ……….…………….. Pterocarpus
marsupium
5.
A.
Ujung daun meruncing ……………………... Eritrophelum fordii
B. Ujung daun tumpul ……………………... Populus heterophylla
C. Analisis Hasil
System ekologi di dalam hutan merupakan suatu system yang
dinamis yaitu suatu system yang saling terkait dan saling membutuhkan antara
vegetasi dan hewan yang berinteraksi. Beberapa jenis tumbuhan membentuk 2
struktur hutan berdasarkan intensitas cahaya matahari yang masuk, pertama hutan
terbuka yaitu hutan yang sinar matahari dapat masuk kedalamnya, kedua hutan
kanopi (hutan ternaung) yaitu jenis hutan yang sinar matahari tidak dapat masuk
ke dalamnya. Untuk tumbuhan penyusunnya dapat berupa pohon, perdu, semak, herba
dan rumput.
Pohon memiliki beberapa tingkatan berdasarkan diameter dan
tinggi. Semai atau anakan merupakan anakan pohon yang memiliki tinggi kurang
dari 150 cm. Pancang merupakan anakan pohon yang memiliki tinggi lebih dari 150
cm, tetapi memiliki diameter batang kurang dari 10 cm. Tiang merupakan pohon dengan
ukuran diameter antara 10 cm dan 20 cm. Pohon merupakan tumbuhan berkayu yang
memiliki diameter lebih dari 20 cm.
Pada pengamatan terkait analisis vegetasi pohon pada hutan
darat menggunakan metode tsansek (jalur) dengan membentuk tiga plot untuk satu
transek. Untuk spesies semai/anakan memiliki ukuran plot
Kumpulan
dari vegetasi pohon, tiang, pancang dan semai/anakan nantinya akan membentuk
kanopi, yaitu area hutan yang tidak dapat dimasuki oleh sinar matahari. Kelembapan
serta suhu yang rendah dapat terbentuk oleh kumpulan berbagai jenis vegetasi
tersebut, dimana hal ini dapat mempengaruhi kelembapan serta struktur tanah
disekitar habitat yang mereka diami. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan,
terlihat bagian tanah dari hutan kanopi banyak ditutupi oleh daun-daun
tumbuhan, struktur tanah sedikit lembek dan banyak jenis serangga kecil yang
menempel di batang maupun dedaunan tumbuhan-tumbuhan yang ada.
Hasil
identifikasi tumbuhan yang kami dapatkan selanjutnya digunakan untuk membentuk
kunci determinasi dengan memperhatikan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh
masing-masing jenis tumbuhan. Pada kunci determinasi diatas nampak
pengklasifikasian vegetasi tumbuhan-tumbuhan tersebut didasarkan pada sircum
scipto (bangun daun) berupa bentuk bulat, oval, pangkal daun meruncing dan
membulat serta ujung daun yang runcing dan tumpul.
Indeks
diversitas dari vegetasi pohon pada hutan darat berdasarkan pada perhitungan
seluruh indicator keanekaragaman spesies yang ditemukan, didapatkan nilai 2.63
dimana jika 2.5 < H < 3.5 tergolong kategori baik. Jadinya sebaran
vegetasi pohon pada hutan darat lebih luas dibandingkan dengan sebaran vegetasi
semak dan herba yang memiliki nilai indeks diversitas 1.90 dan 1.88 dengan
kategori sedang, hal ini dikarenakan jika 1.6 < H < 2.4 tergolong
kategori sedang.
Variable-variabel
yang perlu diperhatikan dalam pengamatan untuk menganalisis vegetasi pohon pada
hutan darat adalah waktu, keadaan lingkungan sekitar dan kesiapan alat yang
digunakan. Pada pengamatan yang dilakukan oleh kelompok saya, selain peralatan
yang kurang lengkap dan waktu yang sangat terbatas menyebabkan kurang
optimalnya analisis vegetasi pohon pada hutan darat yang kami lakukan. Selain
itu di beberapa kelompok yang lain bahkan hanya menggunakan satu plot karena
terkendalanya waktu dan kurangnya peralatan yang mereka miliki, ditambah
keadaan pandemic mengakibatkan kurang optimalnya analisis vegetasi tumbuhan
herba dan semak. Kedepannya diharapkan semua kendala yang ada dapat ditangani.
BAB
V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat kita ambil dalam praktikum ekologi tumbuhan terkait dengan analisis
vegetasi pohon pada hutan darat adalah sebaran dari vegetasi pohon pada hutan
darat sangatah besar, hal ini dapat kita lihat dari nilai indeks diversitas
(indicator keanekaragaman spesies) yang dimiliki, yaitu 2.63. Berdasarkan
kaidah keputusan yang ada, dimana jika 2.5 < H < 3.5 tergolong kategori
baik. Jadinya sebaran vegetasi pohon pada hutan darat lebih luas dibandingkan
dengan sebaran vegetasi semak dan herba yang memiliki nilai indeks diversitas
1.90 dan 1.88 dengan kategori sedang.
B. Saran
Kritik
dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan guna menyempurnakan makalah
ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Kameluh, Dwi. 2008. Studi Vegetasi Pohon di Hutan Lindung RPH
Donomulyo BKPH Sengguruh KPH Malang. Malang: UIN Malang.
Lukmanniah, Purwanti. 2016. Manfaat Kanopi Pohon dalam Upaya Penyimpanan
dan Daya Serap Karbon di Kawasan Perumahan. Jurnal Lanskap Indonesia
(Bandung: IPB). Vol. 8:1. hlm. 20
Wahyunah, dkk. 2016. Variasi Kanopi dan
Porositas Pohon di Ruang Hijau Pribadi Permukiman Baru Kelurahan Loktabat
Utara, Kota Banjarbaru. Jurnal Teknik
Lingkungan (Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat). Vol. 2:2. hlm. 62-63
Haryadi, Nichko. 2017. Struktur dan Komposisi Vegetasi pada
Kawasan Lindung Air Terjun Telaga Kameloh Kabupaten Gunung Mas.
Jurnal Ziraa’ah (Palangka Raya: Universitas PGRI). Vol. 42:2. hlm. 139
Azis, dkk. 2016. Struktur
Vegetasi Kawasan Hutan Alam dan Hutan Rerdegradasi di Taman Nasional Tesso Nilo.
Jurnal Ilmu Lingkungan (Semarang: UNDIP). Vol. 14:1. hlm. 21
0 comments:
Post a Comment