Sunday 3 January 2021

L. Edwin Arwana: Laporan Praktikum Analisis Vegetasi Pohon pada Hutan Darat

 

Laporan Tetap Praktikum

 

EKOLOGI TUMBUHAN
ACARA II

“ANALISIS VEGETASI POHON PADA HUTAN DARAT”


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin.

Kedua kalinya tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul rasul wa khotimul anbiya’ Muhammad shallallah alaihi wasallam.yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat merasakan manisnya Islam.

Saya haturkan banyak terima kasih kepada para dosen, staf laboratorium, serta kakak-kakak tingkat terlebih khusus lagi yang menjadi Co. Ass atas segala bimbingan dan pengajarannya sehingga akhirnya laporan tetap hasil praktikum ini dapat diseleseikan. Kritik serta saran yang membangun sangatlah kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini menjadi lebih baik.

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR ISI

 

COVER

HALAMAN PENGESAHAN                                                                      ii

KATA PENGANTAR                                                                                  iii

DAFTAR ISI                                                                                                 iv

BAB I PENDAHULUAN                                                                             1

A.  Latar Belakang                                                                               1

B.  Rumusan Masalah                                                                          2

C.  Tujuan                                                                                             2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA                                                                 3

BAB III METODOLOGI                                                                             6

A.  Pelaksanaan                                                                                    6

B.  Alat dan Bahan                                                                               6

C.  Cara Kerja                                                                                      6

BAB IV PEMBAHASAN                                                                            8

A. Hasil Pengamatan                                                                           8

B.  Analisis Data                                                                                  14

C.  Analisis Hasil                                                                                 18

BAB V PENUTUP                                                                                        21

A.  Kesimpulan                                                                                     21       

B.  Saran                                                                                              21

DAFTAR PUSTAKA                                                                                              

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Hutan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas didunia setelah Brazil di benua amerika selatan dan Kongo di benua afrika. Kelimpahan flora dan fauna hutan tropis di Indonesia sangat tinggi dan masih banyak yang belum teridentifikasi. Keanekaragaman flora di Indonesia sangat tinggi. Keanekaragaman yang tinggi ini merupakan sumber daya alam yang penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Sumber daya alam seperti tumbuhan dapat memberikan bahan dasar yang berguna bagi industri untuk menghasilkan produk komersial termasuk makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Tumbuhan dapat menghasilkan buah, biji, umbi, kayu, getah, dan lain-lain yang dapat dimaanfaatkan untuk mendukung kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurunnya biodiversitas atau keanekaragaman hayati di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan dengan serius, karena dengan menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati, reboisasi hutan gundul dan perlindungan secara berkala terhadap kawasan-kawasan hutan yang dilindungi. Selain itu bentuk perwujudan yang dapat kita lakukan adalah dengan mengidentifikasi jenis flora dan fauna yang ada, untuk mempermudah dalam pemamfaatan dan pelestariannya, sehingga dapat menunjang keberlangsungan biodiversitas di suatu kawasan.

Diharapkan dengan adanya laporan ini penyusun dapat mengatahui cara menganalisis struktur, komposisi dan penyebaran vegetasi pohon pada daerah atau habitat hutan darat dengan parameter-parameter vegetasi yang telah ditentukan, yang nantinya dapat digunakan untuk mengukur tingkat biodiversitas suatu spesies di suatu kawasan. Selain itu penyusun juga berharap dengan adanya laporan ini, penyusun dapat berpartisipasi untuk mengimplementasikan UUD 1945 tentang bagaimana cara mencerdaskan generasi bangsa, untuk menciptakan kondisi negara Indonesia yang maju dan sejahtera.

B.       Rumusan Masalah

Bagaimana cara menganalisis struktur, komposisi dan penyebaran vegetasi pohon pada daerah atau habitat hutan darat dengan parameter-parameter vegetasi yang telah ditentukan?

C.      Tujuan

Untuk mengetahui cara menganalisis struktur, komposisi dan penyebaran vegetasi pohon pada daerah atau habitat hutan darat dengan parameter-parameter vegetasi yang telah ditentukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Hutan merupakan kumpulan atau asosiasi dari pohon dan menutup areal yang cukup luas, sehingga dapat membentuk iklim micro dengan kondisi ekologis yang khas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah kesatuan ekonomi berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkugannya. Lingkungan alam hutan merupakan ekosistem alamiah yang kompleks hutan mengandung banyak jenis pepohonan mulai dari tumbuhan tingkat penutupan bawah, pohon, tumbuhan paku, lumut dan jamur. System ekologi di dalam hutan merupakan suatu system yang dinamis yaitu suatu system yang saling terkait dan saling membutuhkan antara vegetasi dan hewan yang berinteraksi. Pada ekosistem hutan terdapat persaingan dan kerjasama seperti naungan pohon, perkecambahan, tumbuh-tumbuhan yang merambat, epifit, lumut menutupi potongan kayu dan kotoran, aktivitas hewan yang membantu dalam proses perkembangan tumbuhan, sumber makanan dan perlindungan bagi satwa untuk melangsungkan kehidupannya. (Kameluh, 2008: 8-10)

Vegetasi pohon di suatu lingkungan perumahan dapat memberikan manfaat dalam penyimpanan dan penyerapan karbon. Perumahan BCC dengan luas total area analisis sebesar 12,51 ha memiliki perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi pohon dengan non kanopi pohon (lahan terbangun) lebih besar, yaitu 19,18% (2,40 ha): 54,76% (6,85 ha) dibandingkan Perumahan Yasmin dengan luas total area analisis sebesar 37,62 ha, yaitu 6,62% (2,49 ha) : 39,90% (15,01 ha). Berdasarkan hasil perhitungan KDB dan KDH di kedua perumahan maka dapat dikatakan bahwa luas RTH (pohon) di kedua perumahan sudah mencukupi atau ideal, namun dalam hal kecukupan kebutuhan oksigen bagi manusia belum dapat tercukupi. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan luas RTH (pohon) pada masing-masing perumahan. (Manfaat Kanopi Pohon dalam Upaya Penyimpanan dan Daya Serap Karbon di Kawasan Perumahan. Jurnal Lanskap Indonesia. Vol. 8;1 : 20)

Pohon merupakan tumbuhan perennial berkayu yang memiliki satu batang utama (trunk) dan sedikitnya satu atau beberapa dahan (branches). Pohon berbeda dengan semak (shrub). Perbedaan utama yang membedakan pohon dan anakan pohon dengan semak adalah semak memiliki tinggi kurang dari 5 meter dan sebagian besar memiliki percabangan yang banyak di dekat batang utamanya sedangkan pohon memiliki percabangan utama setelah mencapai tinggi ± 3 meter. Pepohonan asli yang masih tersedia di lingkungan hunian secara perlahan berubah terkait dengan alih fungsi lahan. Jenis dari pepohonan tersebut dapat bertahan atau musnah karena digantikan dengan pepohonan baru oleh pengguna lahan. Formasi struktur pepohonan diklasifikasikan berdasarkan spesies, tinggi tumbuhan, kanopi dan porositas. (Variasi Kanopi dan Porositas Pohon di Ruang Hijau Pribadi Permukiman Baru Kelurahan Loktabat Utara, Kota Banjarbaru. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 2;2 : 62-63)

Vegetasi tingkat semai, yaitu anakan atau permudaan tingginya kurang dari 1,5 m. Vegetasi tingkat pancang, yaitu pohon muda dengan ukuran tinggi minimal 1,5 m sampai diameter kurang dari 10 cm. Vegetasi tingkat tiang, yaitu pohon dengan ukuran diameter antara 10 cm hingga kurang dari 20 cm. Vegetasi tingkat pohon dengan ukuran diameter lebih dari atau sama dengan 20 cm. (Struktur dan Komposisi Vegetasi pada Kawasan Lindung Air Terjun Telaga Kameloh Kabupaten Gunung Mas. Jurnal Ziraa’ah. Vol. 42;2 : 139)

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada hutan alam memiliki jumlah jenis dan nilai indeks keanekaragaman yang lebih tinggi untuk tingkat pohon dan permudaannya (tiang, pancang, dan semai). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembukaan lahan terutama dengan pembukaan dengan cara pembakaran hutan mengakibatkan dampak yang besar. Dampak kebakaran hutan dapat memusnahkan berbagai macam jenis flora dan fauna. Hutan di indonesia banyak di temukan tanaman yang bernilai ekonomi baik tanaman berkhasiat obat, nilai kayu, tanaman endemik bernilai estetika tinggi, pohon untuk bersarangnya lebah madu (pohon sialang), serta habitat bagi satwa langka terancam punah seperti gajah dan harimau sumatera. Oleh karena itu dampak kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sangat mahal. (Struktur Vegetasi Kawasan Hutan Alam dan Hutan Rerdegradasi di Taman Nasional Tesso Nilo. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 14;1 : 21)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI

 

A.    Pelaksanaan

Hari/Tanggal   : Minggu/18 Oktober 2020

Waktu             : 08:00 WITA-Selesei

Tempat            : Taman Wisata Alam Kerandangan, Lombok Barat, NTB

B.     Alat dan Bahan

1.      Alat

a.       Meteran

b.      Papan Tulis & Alat Tulis

c.       Tali Rafia

d.      Patok Kayu

e.       Kertas Label

f.        Plastik Spesimen

2.      Bahan

a.       Tumbuhan Semai/Anakan

b.      Tumbuhan Pancang

c.       Tumbuhan Tiang

d.      Tumbuhan Pohon

C.    Cara Kerja

1.      Menentukan areal/stasiun penelitian.

2.      Membagi stasiun menjadi dua, yaitu daerah terbuka dan daerah ternaung (kanopi).

3.      Membuat plot pada masing-masing lokasi baik area terbuka maupun area tertutup, dengan ukuran plot sebagai berikut:

a.    Untuk semai          :

b.   Untuk pancang      :

c.    Untuk tiang           :

d.   Untuk pohon         :

4.      Menghitung jenis dan jumlah individu setiap jenis pada masing-masing plot dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5.      Mencatat lingkaran batang setinggi 135 cm, untuk menentukan keliling dan luasnya.

6.      Mendokumentasikan setiap individu atau jenis tumbuhan herba dan semak yang belum diketahui namanya di lapangan.

7.      Menganalisis data-data yang telah ditemukan kemudian menentukan parameter vegetasi dari masing-masing individu atau spesies.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PEMBAHASAN

 

A.      Hasil Pengamatan

1.      Gambar Hasil Pengamatan

Jenis Semai

No.

Gambar Pengamatan

Keterangan

1.

Cakar Iblis Besar

(Pisonia grandis)

2.

Jati Putih

(Gmelina arborea)

3.

Dendrocnide meyeniana

4.

Caseraria sylvestris

5.

Malabar Kino

(Pterocarpus marsupium)

 

Jenis Pancang

No.

Gambar Pengamatan

Keterangan

1.

Jenitri

(Elaeocarpus ganitrus)

2.

(Jati)

Tectona grandis

3.

Flacortia indica

4.

Bola Kuda

(Tabernaemontana donnel)

5.

Carapa guianensis

 

Jenis Tiang

No.

Gambar Pengamatan

Keterangan

1.

Poplar Berbulu

(Populus heterophylla)

2.

Aquilaria sinensis

3.

Legum

(Eritrophelum fordii)

 

Jenis Pohon

No.

Gambar Pengamatan

Keterangan

1.

Asam Jawa

(Tamarindus indica)

2.

Lonceng Putih

(Glicosmis pentaphylla)

3.

Jelatang

(Laportea pterostigma)

4.

Randu Alas

(Bombax ceiba)

5.

Daluang

(Broussonetia papyrifera)

 

2.      Tabel Hasil Pengamatan

No. Plot

No. Jenis

Nama Spesies

Jumlah Individu

Keliling Batang (cm)  

Luas Batang (cm2)

Nama Daerah

Nama Ilmiah

1.

1.

Jati Putih

Gmelina arborea

2

3

0.71

2.

 

Dendrocnide meyeniana

10

2

0.31

3.

Malabar Kino

Pterocarpus marsupium

8

4

1.27

4.

 

Caseraria sylvestris

20

3

0.71

5.

 

Flacortia indica

15

5

1.99

6.

 

Carapa guianensis

15

5

1.99

7.

Legum

Eritrophelum fordii

6

13

13.46

8.

Poplar Berbulu

Populus heterophylla

28

15

17.92

9.

Jelatang

Laportea pterostigma

3

44

154.21

10

Asam Jawa

Tamarindus Indica. L

2

46

168.55

2.

1.

Malabar Kino

Pterocarpus marsupium

8

8

5.09

2.

Jati Putih

Gmelina arborea

2

3

0.71

3.

Jati

Tectona grandis

12

8

5.09

4.

Bola Kuda

Tabernaemontana donnel

18

14

15.61

5.

Poplar Berbulu

 Populus heterophylla

12

12

11.47

6.

 

Aquilaria sinensis

8

13

13.46

7.

Asam Jawa

Tamarindus Indica. L

6

71

401.55

8.

Randu Alas

Bombax ceiba

2

61

296.40

9.

Daluang

Broussonetia papyrifera

8

41

133.90

3.

1.

 

Caseraria sylvestris

9

4

1.27

2.

Cakar Iblis Besar

Pisonia grandis

1

3

0.71

3.

Jenitri

Elaeocarpus ganitrus

12

6

2.86

4.

Lonceng Putih

Glicosmis pentaphylla

8

120

1147.07

5.

Daluang

Broussonetia papyrifera

7

71

401.55

Total

222

575

2797.99

 

No.

Spesies Hutan Darat

Jumla plot ditemukannya spesies

Jumlah Individu

Basal Area (cm2)

Frekuensi

Densitas/

Kepadatan

Dominansi

FR

(%)

DenR

(%)

DomR

(%)

NP

(%)

ID

Daerah

Ilmiah

1.

Cakar Iblis Besar

Pisonia grandis

1

1

0.71

0.33

0.25

0.05

4.16

1.35

1.39

6.9

0.08

2.

Jati Putih

Gmelina arborea

2

4

1.42

0.66

1

0.11

8.33

5.40

3.06

16.79

0.16

3.

 

Dendrocnide meyeniana

1

10

0.31

0.33

2.5

0.02

4.16

13.51

0.55

18.22

0.17

4.

 

Caseraria sylvestris

2

29

1.98

0.66

7.25

0.16

8.33

39.18

4.45

51.96

0.30

5.

Malabar Kino

Pterocarpus marsupium

2

16

6.36

0.66

4

0.53

8.33

21.62

14.76

44.71

0.28

6.

Jenitri

Elaeocarpus ganitrus

1

12

2.86

0.33

0.48

0.03

4.16

2.59

0.83

7.58

0.09

7.

Jati

Tectona grandis

1

12

5.09

0.33

0.48

0.06

4.16

2.59

1.67

8.42

0.10

8.

 

Flacortia indica

1

15

1.99

0.33

0.6

0.02

4.16

3.24

0.55

7.95

0.09

9.

Bola Kuda

Tabernaemontana donnel

1

18

15.61

0.33

0.72

0.20

4.16

3.89

5.57

13.62

0.14

10.

 

Carapa guianensis

1

15

1.99

0.33

0.6

0.02

4.16

3.24

0.55

7.95

0.09

11.

Poplar Berbulu

Populus heterophylla

2

40

29.39

0.66

0.4

0.09

8.33

2.16

2.50

12.99

0.13

12.

 

Aquilaria sinensis

1

8

13.46

0.33

0.08

0.04

4.16

0.43

1.11

5.7

0.07

13.

Legum

Eritrophelum fordii

1

6

13.46

0.33

0.06

0.04

4.16

0.32

1.11

5.59

0.07

14.

Asam Jawa

Tamarindus indica L.

2

8

570.1

0.66

0.02

0.47

8.33

0.10

13.09

21.52

0.18

15.

Lonceng Putih

Glicosmis pentaphylla

1

8

1147.07

0.33

0.02

0.95

4.16

0.10

26.46

30.72

0.23

16.

Jelatang

Laportea pterostigma

1

3

154.21

0.33

0.007

0.12

4.16

0.03

3.34

7.53

0.09

17.

Randu Alas

Bombax ceiba

1

2

296.40

0.33

0.005

0.24

4.16

0.02

6.68

10.86

0.12

18.

Daluang

Broussonetia papyrifera

2

15

535.45

0.66

0.03

0.44

8.33

0.16

12.25

20.74

0.18

Total

24

222

2797.86

7.92

18.50

3.59

100

100

100

299.75

2.63

 

Dan berikut merupakan kunci determinasi analisis vegetasi pohon pada hutan darat berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan:

No.

Karakter

Tectona grandis

Laportea pterostigma

Tamarindus indica

Pisonia grandis

Pterocarpus marsupium

Eritrophelum fordii

Populus heterophylla

1.

Habitus Pohon

 

 

ü   

 

 

 

 

2.

Habitus Semai

 

ü   

 

ü   

 

 

 

3.

Habitus Tiang

 

 

 

 

ü   

ü   

ü   

4

Habitus Pancang

ü   

 

 

 

 

 

 

5.

Bentuk Daun Membulat

 

ü   

 

 

 

 

 

6.

Bentuk Daun Oval

 

 

ü   

 

 

 

 

7.

Pangkal Daun Membulat

 

 

 

ü   

ü   

 

 

8.

Pangkal Daun Meruncing

 

 

 

 

 

 

 

9.

Ujung Daun Meruncing

 

 

 

 

 

ü   

 

10.

Ujung Daun Tumpul

 

 

 

 

 

 

ü   

 

1.       A. Habitus pohon                     ……………….……… 3

B. Habitus Semai                      .……………………… 4

2.       A. Habitus tiang                        ………………………. 5

B. Habitus Pancang                   ………………………. Tectona grandis

3.       A. Bentuk Daun Membuat        ….…………………… Laportea pterostigma

B. Bentuk Daun Oval                .……………………... Tamarindus indica

4.       A. Pangkal Daun Membulat      …….………………... Pisonia grandis

B. Pangkal Daun Meruncing      ……….…………….. Pterocarpus marsupium

5.       A. Ujung daun meruncing         ……………………... Eritrophelum fordii

B. Ujung daun tumpul               ……………………... Populus heterophylla

 

C.      Analisis Hasil

System ekologi di dalam hutan merupakan suatu system yang dinamis yaitu suatu system yang saling terkait dan saling membutuhkan antara vegetasi dan hewan yang berinteraksi. Beberapa jenis tumbuhan membentuk 2 struktur hutan berdasarkan intensitas cahaya matahari yang masuk, pertama hutan terbuka yaitu hutan yang sinar matahari dapat masuk kedalamnya, kedua hutan kanopi (hutan ternaung) yaitu jenis hutan yang sinar matahari tidak dapat masuk ke dalamnya. Untuk tumbuhan penyusunnya dapat berupa pohon, perdu, semak, herba dan rumput.

Pohon memiliki beberapa tingkatan berdasarkan diameter dan tinggi. Semai atau anakan merupakan anakan pohon yang memiliki tinggi kurang dari 150 cm. Pancang merupakan anakan pohon yang memiliki tinggi lebih dari 150 cm, tetapi memiliki diameter batang kurang dari 10 cm. Tiang merupakan pohon dengan ukuran diameter antara 10 cm dan 20 cm. Pohon merupakan tumbuhan berkayu yang memiliki diameter lebih dari 20 cm.

Pada pengamatan terkait analisis vegetasi pohon pada hutan darat menggunakan metode tsansek (jalur) dengan membentuk tiga plot untuk satu transek. Untuk spesies semai/anakan memiliki ukuran plot , untuk spesies pancang memiliki ukuran plot , untuk spesies tiang memiliki ukuran plot   dan untuk spesies pohon memiliki ukuran plot . Setelah menentukan plot masing-masing spesies, kelompok kami selanjutnya menghitung jenis dan jumlah individu setiap jenis pada masing-masing plot dengan ketentuan yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi spesies dari semai, pancang, tiang dan pohon yang ditemukan pada masing-masing plot. Pada saat kami menemukan jenis suatu vegetasi, kami mencatat lingkaran batang setinggi 135 cm, untuk menentukan keliling dan luasnya. Langkah berikutnya yang kami lakukan adalah mendokumentasikan setiap individu atau jenis tumbuhan herba dan semak yang belum diketahui namanya di lapangan. Dan langkah terakhir menganalisis data-data yang telah ditemukan kemudian menentukan parameter vegetasi dari masing-masing individu atau spesies.

Kumpulan dari vegetasi pohon, tiang, pancang dan semai/anakan nantinya akan membentuk kanopi, yaitu area hutan yang tidak dapat dimasuki oleh sinar matahari. Kelembapan serta suhu yang rendah dapat terbentuk oleh kumpulan berbagai jenis vegetasi tersebut, dimana hal ini dapat mempengaruhi kelembapan serta struktur tanah disekitar habitat yang mereka diami. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, terlihat bagian tanah dari hutan kanopi banyak ditutupi oleh daun-daun tumbuhan, struktur tanah sedikit lembek dan banyak jenis serangga kecil yang menempel di batang maupun dedaunan tumbuhan-tumbuhan yang ada.

Hasil identifikasi tumbuhan yang kami dapatkan selanjutnya digunakan untuk membentuk kunci determinasi dengan memperhatikan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing jenis tumbuhan. Pada kunci determinasi diatas nampak pengklasifikasian vegetasi tumbuhan-tumbuhan tersebut didasarkan pada sircum scipto (bangun daun) berupa bentuk bulat, oval, pangkal daun meruncing dan membulat serta ujung daun yang runcing dan tumpul.

Indeks diversitas dari vegetasi pohon pada hutan darat berdasarkan pada perhitungan seluruh indicator keanekaragaman spesies yang ditemukan, didapatkan nilai 2.63 dimana jika 2.5 < H < 3.5 tergolong kategori baik. Jadinya sebaran vegetasi pohon pada hutan darat lebih luas dibandingkan dengan sebaran vegetasi semak dan herba yang memiliki nilai indeks diversitas 1.90 dan 1.88 dengan kategori sedang, hal ini dikarenakan jika 1.6 < H < 2.4 tergolong kategori sedang.

Variable-variabel yang perlu diperhatikan dalam pengamatan untuk menganalisis vegetasi pohon pada hutan darat adalah waktu, keadaan lingkungan sekitar dan kesiapan alat yang digunakan. Pada pengamatan yang dilakukan oleh kelompok saya, selain peralatan yang kurang lengkap dan waktu yang sangat terbatas menyebabkan kurang optimalnya analisis vegetasi pohon pada hutan darat yang kami lakukan. Selain itu di beberapa kelompok yang lain bahkan hanya menggunakan satu plot karena terkendalanya waktu dan kurangnya peralatan yang mereka miliki, ditambah keadaan pandemic mengakibatkan kurang optimalnya analisis vegetasi tumbuhan herba dan semak. Kedepannya diharapkan semua kendala yang ada dapat ditangani.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN

 

A.      Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dalam praktikum ekologi tumbuhan terkait dengan analisis vegetasi pohon pada hutan darat adalah sebaran dari vegetasi pohon pada hutan darat sangatah besar, hal ini dapat kita lihat dari nilai indeks diversitas (indicator keanekaragaman spesies) yang dimiliki, yaitu 2.63. Berdasarkan kaidah keputusan yang ada, dimana jika 2.5 < H < 3.5 tergolong kategori baik. Jadinya sebaran vegetasi pohon pada hutan darat lebih luas dibandingkan dengan sebaran vegetasi semak dan herba yang memiliki nilai indeks diversitas 1.90 dan 1.88 dengan kategori sedang.

B.       Saran

Kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Agustina, Kameluh, Dwi. 2008. Studi Vegetasi Pohon di Hutan Lindung RPH Donomulyo BKPH Sengguruh KPH Malang. Malang: UIN Malang.

Lukmanniah, Purwanti. 2016. Manfaat Kanopi Pohon dalam Upaya Penyimpanan dan Daya Serap Karbon di Kawasan Perumahan. Jurnal Lanskap Indonesia (Bandung: IPB). Vol. 8:1. hlm. 20

Wahyunah, dkk. 2016. Variasi Kanopi dan Porositas Pohon di Ruang Hijau Pribadi Permukiman Baru Kelurahan Loktabat Utara, Kota Banjarbaru. Jurnal Teknik Lingkungan (Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat). Vol. 2:2. hlm. 62-63

Haryadi, Nichko. 2017. Struktur dan Komposisi Vegetasi pada Kawasan Lindung Air Terjun Telaga Kameloh Kabupaten Gunung Mas. Jurnal Ziraa’ah (Palangka Raya: Universitas PGRI). Vol. 42:2. hlm. 139

Azis, dkk. 2016. Struktur Vegetasi Kawasan Hutan Alam dan Hutan Rerdegradasi di Taman Nasional Tesso Nilo. Jurnal Ilmu Lingkungan (Semarang: UNDIP). Vol. 14:1. hlm. 21

 

 

 

 


 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment