Makalah
Thibbun Nabawi
“FAKTOR
KEBERSIHAN PERSFEKTIF ISLAM”
JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua terlebih penyusun sehingga akhirnya Makalah Thibbun Nabawi
ini dapat terselesaikan. Kedua kalinya sholawat serta salam kepada Nabi kita
tercinta Muhammad shallallah alaihi wasallam yang dengan perjuangan, kerja
keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat merasakan manisnya Islam.
Makalah Thibbun Nabawi
ini telah kami susun semaksimal mungkin, dan kami haturkan banyak terima kasih
kepada para dosen, terutama untuk dosen pengampu mata kuliah Thibbun Nabawi
bapak Agam Royana, Lc. M. Ag. serta pihak-pihak terkait dan rekan-rekan
sekalian atas segala bimbingan dan pengajaran serta bantuannya sehingga dapat
lebih mempermudah dalam penyusunannya. Kritik serta saran yang membangun sangat
kami harapkan guna mempermudah kami dalam menyempurnakan makalah ini.
Penyusun mengharapkan
semoga nantinya makalah Thibbun Nabawi ini dapat diambil hikmah serta
memberikan mamfaat bagi generasi bangsa kedepannya guna menciptakan kemajuan
serta kedamaian di negeri kita tercinta Indonesia.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB
II PEMBAHASAN 3
A. Kebersihan
Fisik dalam Persfektif Islam 3
B. Kebersihan
Hati dalam Persfektif Islam 5
C. Korelasi
Kebersihan Hati dengan Kesehatan Fisik 7
BAB III PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran
10
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebersihan, menurut bahasa, artinya kebersihan atau
bersih dari berbagai kotoran, baik yang bersifat hissiyah (nyata), seperti
najis berupa air seni dan yang selainnya, maupun yang bersifat maknawiyah,
seperti aib dan perbuatan maksiat. At-Tathir
bermakna tanzhif (membersihkan),
yaitu pembersihan pada tempat yang terkotori. Selain itu kebersihan juga
selaras dengan terminologi thaharah
yang berarti tindakan menghilangkan hadats dengan air atau debu yang bisa
menyucikan.Juga berarti upaya melenyapkan najis dan kotoran.
Berarti,thaharahmenghilangkan sesuatu yang ada di tubuh yang menjadi penghalang
bagi pelaksanaan shalat dan ibadah semisalnya.
Periode ini slogan “kebersihan merupakan sebagian dari pada iman” juga turut di
demonstrasikan ke segenap penjuru daerah nusantara baik dengan membentuk suatu
system birokrasi seperti organisasi gerakan masjid bersih yang diusungkan oleh
wakil presiden Jusuf Kalla guna memerangi pandemic Covid-19. Karena dengan
menjaga kebersihan maka penyebaran dari pada virus ini serta berbagai macam
jenis penyakit lainnya dapat ditanggulangi.
Diharapkan dengan adanya makalah ini, penyusun dapat lebih
mengetahui terkait dengan konsep kebersihan dalam islam serta kiat-kiat untuk
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari guna menjaga kesehatan jasmani dan
rohani diri kita dan orang lain. Kemudian penyusun juga berharap dapat ikut
mengambil andil dalam melaksanakan UUD 1945 mengenai bagaimana caranya agar
dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas dan bermartabat. Sehingga
nantinya tercipta kondisi negara yang aman, maju dan sejahtera.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan kebersihan
fisik dalam persfektif islam?
2.
Apakah yang dimaksud dengan kebersihan
lingkungan?
3.
Bagaimana bentuk korelasi kebersihan hati
dengan kesehatan fisik dalam persfektif islam?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui makna dari kebersihan
fisik dalam persfektif islam.
2.
Untuk mengetahui makna dari kebersihan
lingkungan.
3.
Untuk mengetahui korelasi antara
kebersihan hati dengan kesehatan fisik dalam persfektif islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kebersihan Fisik dalam Persfektif Islam
Kebersihan, menurut bahasa, artinya kebersihan atau
bersih dari berbagai kotoran, baik yang bersifat hissiyah (nyata), seperti
najis berupa air seni danyang selainnya, maupun yang bersifat maknawiyah,
seperti aib dan perbuatan maksiat.At-Tathir bermakna tanzhif (membersihkan), yaitu pembersihan pada tempat yang
terkotori.[1]
Adapun kebersihan jasmani adalah kebersihan yang berkenaan kebersihan tubuh (physic) dan kebersihan lingkungan secara
internal (Tempat tinggal, sekolah) maupun secara external (jalan raya, selokan,
sungai, pantai, udara dan air) yang diwujudkan pada kesadaran individu
(pribadi) atau masyarakat (public)
dalam mendapatkan kenyamanan secara layak pada kehidupannya. Jadi kebersihan
jasmani secara konkrit adalah
kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor yang melekat pada
badan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang mengakibatkan
seseorang tak nyaman dengan kotoran tersebut.
Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa
kebersihan itu harus mendapatkan perhatian yang lebih, hal ini didasarkan atas
beberapa pertimbangan penting.Pertama,
kebersihan merupakan hal yang disukai Allah. Allah berfirman:
“Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri”.
(Q. S. al-Baqarah: 222).
Allah juga memuji ahli masjid Quba
dan kecintaan mereka terhadap kebersihan. Allah berfirman:
“Sesungguhnya
masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid
Quba), sejak hari pertama adalah
lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.Dan Allah
menyukai orang-orang yang bersih. (Q.S. al-Taubah: 108).
Tidak heran kalau selanjutnya
kebersihan atau kesucian merupakan dari iman, sehingga populer di kalangan kaum
muslimin kini slogan: “Kebersihan adalah sebagian dari iman”. Kedua, kebersihan
merupakan pangkal kesehatan dan kekuatan. Islam senantiasa mendorong untuk
selalu menjaga kesehatan badan dan kekuatan jasmani. Kesehatan adalah sumber
kekuatan bagi individu dan jamaah. Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan
lebih disukai Allah dari seorang mukmin yang lemah. Badan dalam pandangan Islam
merupakan amanat bagi seorang muslim, maka ia tidak boleh melalaikan
menelantarkannya serta membiarkannya menjadi sarang penyakit. Ketiga,
kebersihan merupakan syarat bagi keindahan atau untuk tampil indah yang disukai
Allah dan Rasul-Nya. Dalam sebuah hadis shahih dikatakan:
“Sesungguhnya
Allah itu indah dan menyukai keindahan”.
Nabi mengatakan penggalan hadis ini setelah sebelumnya bersabda: “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam
hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan”.
Lalu seorang laki-laki berkata: “Aku suka
memakai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus pula”. Maka Nabi saw
bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah
dan menyukai keindahan”. Takabbur adalah kesombongan dan keengganan
menerima kebenaran serta tidak menghargai (tidak mensyukuri) sesama manusia”. Keempat,
kebersihan dan penampilan dzahir yang baik merupakan faktor penguat ikatan
antar sesama manusia. Manusia yang waras-sesuai fitrahnya-pasti tidak menyukai
hal-hal yang menjijikkan dan akan menghindari orang-orang yang menjijikkan.
Inilah sebetulnya rahasia anjuran mandi sebelum shalat jum‟at, juga rahasia larangan
memakan bawang putih, bawang merah, daun kucai dan sejenisnya, bagi orang yang
hendak pergi ke masjid, agar ia tidak membuat orang lain merasa terganggu
dengan bau yang tidak sedap.[2]
Menjaga kebersihan merupakan salah
satu sarana dari berbagai sarana yang dianjurkan Islam dalam rangka memelihara
kesehatan. Sikap Islam terhadap kebersihan sangat jelas dan di dalamnya
terdapat ibadah kepada Allah Swt. Sesungguhnya kitab-kitab syariat Islam selalu diawali dengan
bab taharah yang merupakan kunci ibadah sehari-hari.[3]
Ini menunjukkan bahwa menjaga kebersihan merupakan hal yang tidak boleh
diabaikan begitu saja.
B. Kebersihan Lingkungan dalam
Persfektif Islam
Kebersihan berasal dari “bersih” yang
bermakna bebas dari kotoran, sedangkan kebersihan sendiri memiliki arti keadaan
yangmenurut kepercayaan, keyakinan, akal atau pengetahuan manusia dianggap
tidak mengandung noda atau kotoran.[4]
Sedangkan kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut taharah, karena
taharah merupakan masalah yang sangat penting dalam agama dan merupakan pangkal
pokok dari ibadah yang menyongsong bagi manusia dalam menghubungkan diri dengan
Allah swt.[5]
Lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar manusia, baik berupa benda hidup, bendamati, benda nyata ataupun
abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena
terjadinya interaksi diantara elemen-elemen
di alam tersebut.[6] Kebersihan
diri dan lingkungan sangat penting karena merupakan bagian dari kebutuhan dasar
manusia.Ini berarti bahwa setiap manusia membutuhkan kenyamanan pada diri dan
lingkungannya.
Kebersihan lingkungan adalah
kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Kebersihan
tempat tinggal dilakukan dengan banyak cara seperti menyediakan tempat
pembuangan sampah di banyak tempat untuk meminimalisir pembuangan sampah yang
sembarangan, menyapu, mengepel, mencuci pakaian dan masih banyak yang lain
lagi. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan di lingkungan
sekitar dan mulai dari menjaga kebersihan diri sendiri. Lingkungan alamiah
adalah segala sesuatu yang ada di alam dan diciptakan oleh Tuhan. Lingkungan
alamiah dapat berupa danau, gunung dan lain-lain. Lingkungan buatan adalah
segala sesuatu yang dibuat oleh manusia dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan
a.
Dimulai dari diri sendiri dengan cara
memberikan contoh kepada masyarakat tentang bagaimana menjaga kebersihan
lingkungan.
b.
Melibatkan tokoh yang berpengaruh untuk
membantu memberikan pengarahan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan.
c.
Mengajak para remaja untuk ikut serta
dalam menjaga kebersihan.
d.
Menambah tempat pembuangan sampah yang ada
agar meminimalisir pembuangan sampah yang sembarangan.
e.
Mensosialisasikan pada masyarakat mengenai
pola hidup sehat dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Menurut Hendrick L Blum ada 4 faktor
yang mempengaruhi status derajat
kesehatan lingkungan,yaitu :
a.
Lingkungan digolongkan menjadi aspek fisik
dan sosial, aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, dan iklim .
b.
Perilaku menjadi sangat penting dalam
mempengaruhi kebersihan lingkungan karena sehat atau tidaknya lingkungan sangat
bergantung pada perilaku warga masyarakatnya.
c.
Pelayanan kesehatan Keberadaan fasilitas
pelayanan kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan
masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
d.
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang
telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan
penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma.
Manusia sebagai khalifah memiliki
tanggunga jawab yang besar di dunia ini; tanggung jawab bukan hanya dalam
kaitannya dengan perkara ta’abbudi,
yaitu hubungan langsung dengan Allah, tetapi juga aspek ta’ammuli, yaitu hubungan manusia dengan
manusia dan hubungannya dengan alam atau hablum minal-alam. Dalam melaksanakan
kekhalifahan ini, manusia sudah dibekali fisik dan akal yang sempurna, bahkan
agama yang akan menjadi petunjuk agar manusia tidak terjerumus oleh hawa
nafsunya. Dalam memberikan petunjuk pada manusia akhir zaman ini, Allah
mengutus nabi Muhammad saw dengan al-Qur‟an sebagai pedoman dan Hadis sebagai
bayan (penjelas) yang tercantum dalam al-Qur‟an tersebut.[7]
Rasulullah saw amat peduli terhadap kebersihan, bukan hanya jasmani, pakaian,
bahkan kebersihan lingkungan. Memang Allah memerintahkan Rasulullah saw agar
menbersihkan pakainnya terlebih dahulu karena pakaian sebagai tampilan pertama
dalam pergaulan.[8]
Hal ini sebagaimana firman Allah swt: “Dan
Pakaianmu bersihkanlah”. (Q.S al-Muddassir/74: 4).
C.
Korelasi
Kebersihan Hati dengan Kesehatan Fisik
Ibnul
Qayyim rahimahullah menerangkan bahwa hati yang bersih adalah hati yang selamat
dari kesyirikan, sifat dengki, dendam, sombong, hasad, bakhil, cinta kepada
dunia dan kududukan; selamat dari segala penyakit yang menjauhkannya dari Allah
SWT, selamat dari kerancuan-kerancuan berpikir yang akan merintangi berbuat
kebaikan; selamat dari setiap hawa nafsu yang menyelisihi perintah-Nya SWT,
selamat dari semua keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT, serta
selamat dari sesuatu yang memutuskan hubungan dirinya dengan Allah SWT[9].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Hati yang bersih dan terpuji adalah hati yang menghendaki kebaikan”.
Bersihnya hati tersebut akan bisa tercapai dengan sempurna bila kita mengetahui
kebaikan dan keburukan. Ketidaktahuan seseorang akan keburukan merupakan bukti
kekurangan dirinya”[10].
Ibnul
Qayyim menambahkan penjelasan yang lebih gambling, yaitu: “Ada perbedaan
mendasar antara hati yang bersih dengan hati yang kotor, yang teperdaya, yang
lalai. Hati yang bersih selamanya tidak akan menhendaki keburukan sedikit pun,
sehingga ia pun akan selamat dari keburukan tersebut. Hati yang lalai adalah
hati yang dimiliki oleh orang jahil dan kurang pengetahuannya. Hati yang lalai
merupakan sesuatu yang tidak terpuji, bahkan ia merupakan sesuatu yang tercela.
Sedangkan seseorang
akan dikatakan baik bila terhindar dari keadaan seperti itu”1.
Terdapat korelasi antara hati yang bersih dengan
kesehatan fisik. Dalam sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir bahwasanya ia
pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Ketahuilah
bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah
seluruh tubuh ini, dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah
bahwa dia adalah hati.”
Dari hadits tersebut, kita dapat memahami bahwa hati
merupakan pangkal atau penyebab dari sakit atau sehat nya seseorang. Ternyata
dalam pengalaman hidup sehari-hari, hadits tersebut terbukti akan kebenaran
nya. Menurut
Najid Burhani, secara alamiah, manusia merindukan kehidupan yang tenang dan
sehat, baik jasmani maupun ruhani. Kesehatan yang bukan hanya terkait dengan
badan, tetapi juga mental[11]. Di sisi lain, kalau dulu orang mengatakan
bahwa mental yang sehat terletak di dalam badan yang sehat, maka sekarang
terbukti sebaliknya yaitu kesehatan mental menentukan kesehatan badan[12]. Menurut Kartini Kartono, mental yang
sehat adalah kemampuan seseorang memecahkan segenap keruwetan batinmanusia yang
ditimbulkan oleh berbagai kesulitan hidup, serta berusaha mendapatkan
kebersihan jiwa, dalam pengertian tidak terganggu oleh ketegangan, ketakutan
dan konflik batin[13].
Hati
nurani adalah salah satu aspek terdalam dalam jiwa manusia yang senantiasa
menilai benar salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran, hasrat, sikap
dan tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri. Sekalipun hati nurani ini
cenderung menunjukkan hal yang benar dan hal yang salah, tetapi tidak jarang mengalami
keragu-raguan dan sengketa batin sehingga seakan-akan sulit menentukan yang
benar dan yang salah[14].
Tempat untuk memahami dan mengendalikan diri itu ada di hati.Hatilah yang
menunjukkan watak dan diri kita sebenarnya. Hati atau “kalbu”-lah yang membuat
manusia mampu berprestasi, bila hati bening dan jernih, insya Allah,
keseluruhan diri manusia akan menampakkan kebersihan, kebeningan, dan
kejernihan[15].
Hati menjadi esensi dari perilaku dan kehidupan manusia, jika hatinya baik maka
perilaku seseorang akan baik, tetapi bila hati buruk, maka akan berakibat
negatif bagi perilaku manusia. Hati yang buruk inilah yang sering disebut
sebagai hati yang berpenyakit.
Ada sebuah syair yang
sangat brilian. Mungkin syair ini bisa menggambarkan betapa hati sangat mempengaruhi
hidup seseorang: “Bila hati kian bersih,
pikiran pun selalu jernih, semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih,
tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi
makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah kian senang, walau
kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati sempit, segalanya
jadi rumit, seakan hidup terhimpit,lahir batin terasa sakit”.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kebersihan jasmani
adalah kebersihan yang berkenaan kebersihan tubuh (physic) dan kebersihan lingkungan secara internal (Tempat tinggal,
sekolah) maupun secara external (jalan raya, selokan, sungai, pantai, udara dan
air) yang diwujudkan pada kesadaran individu (pribadi) atau masyarakat (public) dalam mendapatkan kenyamanan
secara layak pada kehidupannya. Jadi kebersihan jasmani secara konkrit adalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu
yang dinilai kotor yang melekat pada badan, pakaian, tempat tinggal, dan lain
sebagainya yang mengakibatkan seseorang tak nyaman dengan kotoran tersebut.
Kebersihan
lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai
sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan banyak cara seperti
menyediakan tempat pembuangan sampah di banyak tempat untuk meminimalisir
pembuangan sampah yang sembarangan, menyapu, mengepel, mencuci pakaian dan
masih banyak yang lain lagi. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga
kebersihan di lingkungan sekitar dan mulai dari menjaga kebersihan diri sendiri.
Hati merupakan pangkal
atau penyebab dari sakit atau sehat nya seseorang. Ternyata dalam pengalaman
hidup sehari-hari, hadits tersebut terbukti akan kebenaran nya. Menurut
Najid Burhani, secara alamiah, manusia merindukan kehidupan yang tenang dan
sehat, baik jasmani maupun ruhani. Kesehatan yang bukan hanya terkait dengan
badan, tetapi juga mental
B.
Saran
Kritik serta saran
yang membangun sangat kai harapkan dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman,
Djumhana, Hanna. 2001. Integrasi
Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil-Pustaka Pelajar
Offset.
Darajat,
Zakiah. 1983. Kesehatan Mental. Jakarta:
Gunung Agung.
Departemen
Agama. 2009. Tafsir al-Qur‟an Tematik:
Kesehatan Dalam Perspektif al-Qur’an,
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an.
Departemen
Agama. 2009. Tafsir Al-Qur‟an Tematik;
Pelestarian Lingkungan Hidup.
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an.
Departemen
Agama. 2009. Tafsir Maudhu’i; Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta:
Pentashihan Mushaf al-Qur‟an.
Hernowo
dan M. Deden Ridwan. 2002. Aa Gym dan
Fenomena Daarut Tauhid: Memperbaiki
Diri Lewat Manajemen Qalbu. Bandung: Hikmah-Mizan.
Kartono,
Kartini. 1989. Hyegiene Mental dan
Kesehatan Mental. Bandung: Mandar Maju.
Kitab
Al-Jawabul Kaafi, oleh Ibnul Qayyim: 126.
Kitab
Majmu’ Al-Fatawa, oleh Ibnu Taimiyah: 10/302.
Najib
Burhani, Najib, Ahmad. 2002. Manusia
Modern Mendamba Allah, Renungan Tasawuf Positif. Jakarta: Hikmah.
Qardhawi,
Yusuf. 2001. Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya.
Soemirat
Slamet, Soemirat, Juli. 2004. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Tim
Penyusun. 1994. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
LAMPIRAN
[1]Allubab Syarh al-Kitab (1/10) dan
ad-Dur al-Mukhtar (1/79)
[2]Yusuf Qardhawi, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001, hal. 424-426
[3]Departemen Agama, Tafsir Al-Qur‟an Tematik; Pelestarian Lingkungan Hidup, Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009, hal. 244
[4]Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, hal.
125
[5]Ibid., hal. 305
[6]Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2004, hal. 35
[7]Departemen Agama, Tafsir Maudhu’i; Pelestarian Lingkungan Hidup, Jakarta: Pentashihan Mushaf
al-Qur‟an, 2009, Seri IV, hal. 27-28
[8]Departemen Agama, Tafsir al-Qur‟an Tematik: Kesehatan Dalam Perspektif al-Qur’an,
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2009, hal. 22
[9]Kitab Al-Jawabul Kaafi, oleh Ibnul
Qayyim: 126.
[10]Kitab Majmu’ Al-Fatawa, oleh Ibnu
Taimiyah: 10/302.
[11]Ahmad Najib Burhani, Manusia Modern Mendamba Allah, Renungan
Tasawuf Positif, (Jakarta: Hikmah, 2002), hal. 175.
[12]Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung
Agung, 1983), hal. 23
[13]Kartini Kartono, Hyegiene Mental dan Kesehatan Mental, (Bandung:
Mandar Maju, 1989), hal. 4
[14]Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta:
Yayasan Insan Kamil-Pustaka Pelajar Offset, 2001), hal. 147.
[15]Hernowo Dan M. Deden Ridwan, Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhid: Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qalbu, (Bandung:
Hikmah-Mizan, 2002), hal. 226-227.
0 comments:
Post a Comment