Monday 4 January 2021

L. Edwin Arwana: Makalah Faktor Kebersihan Persfektif Islam

 

Makalah Thibbun Nabawi

 

 

“FAKTOR KEBERSIHAN PERSFEKTIF ISLAM”

 



 

 

 

 

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2020

 

 

 

 


KATA PENGANTAR

 

Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayah-Nya kepada kita semua terlebih penyusun sehingga akhirnya Makalah Thibbun Nabawi ini dapat terselesaikan. Kedua kalinya sholawat serta salam kepada Nabi kita tercinta Muhammad shallallah alaihi wasallam yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat merasakan manisnya Islam.

Makalah Thibbun Nabawi ini telah kami susun semaksimal mungkin, dan kami haturkan banyak terima kasih kepada para dosen, terutama untuk dosen pengampu mata kuliah Thibbun Nabawi bapak Agam Royana, Lc. M. Ag. serta pihak-pihak terkait dan rekan-rekan sekalian atas segala bimbingan dan pengajaran serta bantuannya sehingga dapat lebih mempermudah dalam penyusunannya. Kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna mempermudah kami dalam menyempurnakan makalah ini.

Penyusun mengharapkan semoga nantinya makalah Thibbun Nabawi ini dapat diambil hikmah serta memberikan mamfaat bagi generasi bangsa kedepannya guna menciptakan kemajuan serta kedamaian di negeri kita tercinta Indonesia.

 


 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

COVER

KATA PENGANTAR                                                                                  ii

DAFTAR ISI                                                                                                 iii

BAB I PENDAHULUAN                                                                             1

A.  Latar Belakang                                                                               1

B.  Rumusan Masalah                                                                          1

C.  Tujuan                                                                                             2

BAB II PEMBAHASAN                                                                              3

A. Kebersihan Fisik dalam Persfektif Islam                                       3

B.  Kebersihan Hati dalam Persfektif Islam                                        5

C.  Korelasi Kebersihan Hati dengan Kesehatan Fisik                        7

BAB III PENUTUP                                                                                      10

A.  Kesimpulan                                                                                     10       

B.  Saran                                                                                              10

DAFTAR PUSTAKA                                                                                              

LAMPIRAN


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Kebersihan, menurut bahasa, artinya kebersihan atau bersih dari berbagai kotoran, baik yang bersifat hissiyah (nyata), seperti najis berupa air seni dan yang selainnya, maupun yang bersifat maknawiyah, seperti aib dan perbuatan maksiat. At-Tathir bermakna tanzhif (membersihkan), yaitu pembersihan pada tempat yang terkotori. Selain itu kebersihan juga selaras dengan terminologi thaharah yang berarti tindakan menghilangkan hadats dengan air atau debu yang bisa menyucikan.Juga berarti upaya melenyapkan najis dan kotoran. Berarti,thaharahmenghilangkan sesuatu yang ada di tubuh yang menjadi penghalang bagi pelaksanaan shalat dan ibadah semisalnya.

Periode ini slogan “kebersihan merupakan sebagian dari pada iman” juga turut di demonstrasikan ke segenap penjuru daerah nusantara baik dengan membentuk suatu system birokrasi seperti organisasi gerakan masjid bersih yang diusungkan oleh wakil presiden Jusuf Kalla guna memerangi pandemic Covid-19. Karena dengan menjaga kebersihan maka penyebaran dari pada virus ini serta berbagai macam jenis penyakit lainnya dapat ditanggulangi.

Diharapkan dengan adanya makalah ini, penyusun dapat lebih mengetahui terkait dengan konsep kebersihan dalam islam serta kiat-kiat untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari guna menjaga kesehatan jasmani dan rohani diri kita dan orang lain. Kemudian penyusun juga berharap dapat ikut mengambil andil dalam melaksanakan UUD 1945 mengenai bagaimana caranya agar dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas dan bermartabat. Sehingga nantinya tercipta kondisi negara yang aman, maju dan sejahtera.

B.       Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan kebersihan fisik dalam persfektif islam?

2.      Apakah yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan?

3.      Bagaimana bentuk korelasi kebersihan hati dengan kesehatan fisik dalam persfektif islam?

C.      Tujuan

1.      Untuk mengetahui makna dari kebersihan fisik dalam persfektif islam.

2.      Untuk mengetahui makna dari kebersihan lingkungan.

3.      Untuk mengetahui korelasi antara kebersihan hati dengan kesehatan fisik dalam persfektif islam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Kebersihan Fisik dalam Persfektif Islam

Kebersihan, menurut bahasa, artinya kebersihan atau bersih dari berbagai kotoran, baik yang bersifat hissiyah (nyata), seperti najis berupa air seni danyang selainnya, maupun yang bersifat maknawiyah, seperti aib dan perbuatan maksiat.At-Tathir bermakna tanzhif (membersihkan), yaitu pembersihan pada tempat yang terkotori.[1] Adapun kebersihan jasmani adalah kebersihan yang berkenaan kebersihan tubuh (physic) dan kebersihan lingkungan secara internal (Tempat tinggal, sekolah) maupun secara external (jalan raya, selokan, sungai, pantai, udara dan air) yang diwujudkan pada kesadaran individu (pribadi) atau masyarakat (public) dalam mendapatkan kenyamanan secara layak pada kehidupannya. Jadi kebersihan jasmani secara konkrit adalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor yang melekat pada badan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang mengakibatkan seseorang tak nyaman dengan kotoran tersebut.

Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa kebersihan itu harus mendapatkan perhatian yang lebih, hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan penting.Pertama, kebersihan merupakan hal yang disukai Allah. Allah berfirman:

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri”. (Q. S. al-Baqarah: 222).

Allah juga memuji ahli masjid Quba dan kecintaan mereka terhadap kebersihan. Allah berfirman:

 Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. (Q.S. al-Taubah: 108).

Tidak heran kalau selanjutnya kebersihan atau kesucian merupakan dari iman, sehingga populer di kalangan kaum muslimin kini slogan: “Kebersihan adalah sebagian dari iman”. Kedua, kebersihan merupakan pangkal kesehatan dan kekuatan. Islam senantiasa mendorong untuk selalu menjaga kesehatan badan dan kekuatan jasmani. Kesehatan adalah sumber kekuatan bagi individu dan jamaah. Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah dari seorang mukmin yang lemah. Badan dalam pandangan Islam merupakan amanat bagi seorang muslim, maka ia tidak boleh melalaikan menelantarkannya serta membiarkannya menjadi sarang penyakit. Ketiga, kebersihan merupakan syarat bagi keindahan atau untuk tampil indah yang disukai Allah dan Rasul-Nya. Dalam sebuah hadis shahih dikatakan:

Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan”.

Nabi mengatakan penggalan hadis ini setelah sebelumnya bersabda: “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan”. Lalu seorang laki-laki berkata: “Aku suka memakai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus pula”. Maka Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan”. Takabbur adalah kesombongan dan keengganan menerima kebenaran serta tidak menghargai (tidak mensyukuri) sesama manusia”. Keempat, kebersihan dan penampilan dzahir yang baik merupakan faktor penguat ikatan antar sesama manusia. Manusia yang waras-sesuai fitrahnya-pasti tidak menyukai hal-hal yang menjijikkan dan akan menghindari orang-orang yang menjijikkan. Inilah sebetulnya rahasia anjuran mandi sebelum shalat jum‟at, juga rahasia larangan memakan bawang putih, bawang merah, daun kucai dan sejenisnya, bagi orang yang hendak pergi ke masjid, agar ia tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan bau yang tidak sedap.[2]

Menjaga kebersihan merupakan salah satu sarana dari berbagai sarana yang dianjurkan Islam dalam rangka memelihara kesehatan. Sikap Islam terhadap kebersihan sangat jelas dan di dalamnya terdapat ibadah kepada Allah Swt. Sesungguhnya kitab-kitab syariat Islam selalu diawali dengan bab taharah yang merupakan kunci ibadah sehari-hari.[3] Ini menunjukkan bahwa menjaga kebersihan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan begitu saja.

B.       Kebersihan Lingkungan dalam Persfektif Islam

Kebersihan berasal dari “bersih” yang bermakna bebas dari kotoran, sedangkan kebersihan sendiri memiliki arti keadaan yangmenurut kepercayaan, keyakinan, akal atau pengetahuan manusia dianggap tidak mengandung noda atau kotoran.[4] Sedangkan kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut taharah, karena taharah merupakan masalah yang sangat penting dalam agama dan merupakan pangkal pokok dari ibadah yang menyongsong bagi manusia dalam menghubungkan diri dengan Allah swt.[5]

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda hidup, bendamati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut.[6] Kebersihan diri dan lingkungan sangat penting karena merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia.Ini berarti bahwa setiap manusia membutuhkan kenyamanan pada diri dan lingkungannya.

Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan banyak cara seperti menyediakan tempat pembuangan sampah di banyak tempat untuk meminimalisir pembuangan sampah yang sembarangan, menyapu, mengepel, mencuci pakaian dan masih banyak yang lain lagi. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan di lingkungan sekitar dan mulai dari menjaga kebersihan diri sendiri. Lingkungan alamiah adalah segala sesuatu yang ada di alam dan diciptakan oleh Tuhan. Lingkungan alamiah dapat berupa danau, gunung dan lain-lain. Lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh manusia dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan

a.         Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberikan contoh kepada masyarakat tentang bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.

b.         Melibatkan tokoh yang berpengaruh untuk membantu memberikan pengarahan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

c.         Mengajak para remaja untuk ikut serta dalam menjaga kebersihan.

d.         Menambah tempat pembuangan sampah yang ada agar meminimalisir pembuangan sampah yang sembarangan.

e.         Mensosialisasikan pada masyarakat mengenai pola hidup sehat dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Menurut Hendrick L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan lingkungan,yaitu :

a.         Lingkungan digolongkan menjadi aspek fisik dan sosial, aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, dan iklim .

b.         Perilaku menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kebersihan lingkungan karena sehat atau tidaknya lingkungan sangat bergantung pada perilaku warga masyarakatnya.

c.         Pelayanan kesehatan Keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.

d.         Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma.    

Manusia sebagai khalifah memiliki tanggunga jawab yang besar di dunia ini; tanggung jawab bukan hanya dalam kaitannya dengan perkara taabbudi, yaitu hubungan langsung dengan Allah, tetapi juga aspek taammuli, yaitu hubungan manusia dengan manusia dan hubungannya dengan alam atau hablum minal-alam. Dalam melaksanakan kekhalifahan ini, manusia sudah dibekali fisik dan akal yang sempurna, bahkan agama yang akan menjadi petunjuk agar manusia tidak terjerumus oleh hawa nafsunya. Dalam memberikan petunjuk pada manusia akhir zaman ini, Allah mengutus nabi Muhammad saw dengan al-Qur‟an sebagai pedoman dan Hadis sebagai bayan (penjelas) yang tercantum dalam al-Qur‟an tersebut.[7] Rasulullah saw amat peduli terhadap kebersihan, bukan hanya jasmani, pakaian, bahkan kebersihan lingkungan. Memang Allah memerintahkan Rasulullah saw agar menbersihkan pakainnya terlebih dahulu karena pakaian sebagai tampilan pertama dalam pergaulan.[8] Hal ini sebagaimana firman Allah swt: “Dan Pakaianmu bersihkanlah”. (Q.S al-Muddassir/74: 4).

C.      Korelasi Kebersihan Hati dengan Kesehatan Fisik

Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan bahwa hati yang bersih adalah hati yang selamat dari kesyirikan, sifat dengki, dendam, sombong, hasad, bakhil, cinta kepada dunia dan kududukan; selamat dari segala penyakit yang menjauhkannya dari Allah SWT, selamat dari kerancuan-kerancuan berpikir yang akan merintangi berbuat kebaikan; selamat dari setiap hawa nafsu yang menyelisihi perintah-Nya SWT, selamat dari semua keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT, serta selamat dari sesuatu yang memutuskan hubungan dirinya dengan Allah SWT[9]. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Hati yang bersih dan terpuji adalah hati yang menghendaki kebaikan”. Bersihnya hati tersebut akan bisa tercapai dengan sempurna bila kita mengetahui kebaikan dan keburukan. Ketidaktahuan seseorang akan keburukan merupakan bukti kekurangan dirinya”[10].

Ibnul Qayyim menambahkan penjelasan yang lebih gambling, yaitu: “Ada perbedaan mendasar antara hati yang bersih dengan hati yang kotor, yang teperdaya, yang lalai. Hati yang bersih selamanya tidak akan menhendaki keburukan sedikit pun, sehingga ia pun akan selamat dari keburukan tersebut. Hati yang lalai adalah hati yang dimiliki oleh orang jahil dan kurang pengetahuannya. Hati yang lalai merupakan sesuatu yang tidak terpuji, bahkan ia merupakan sesuatu yang tercela. Sedangkan seseorang akan dikatakan baik bila terhindar dari keadaan seperti itu”1.

Terdapat korelasi antara hati yang bersih dengan kesehatan fisik. Dalam sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini, dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa dia adalah hati.”

Dari hadits tersebut, kita dapat memahami bahwa hati merupakan pangkal atau penyebab dari sakit atau sehat nya seseorang. Ternyata dalam pengalaman hidup sehari-hari, hadits tersebut terbukti akan kebenaran nya. Menurut Najid Burhani, secara alamiah, manusia merindukan kehidupan yang tenang dan sehat, baik jasmani maupun ruhani. Kesehatan yang bukan hanya terkait dengan badan, tetapi juga mental[11]. Di sisi lain, kalau dulu orang mengatakan bahwa mental yang sehat terletak di dalam badan yang sehat, maka sekarang terbukti sebaliknya yaitu kesehatan mental menentukan kesehatan badan[12]. Menurut Kartini Kartono, mental yang sehat adalah kemampuan seseorang memecahkan segenap keruwetan batinmanusia yang ditimbulkan oleh berbagai kesulitan hidup, serta berusaha mendapatkan kebersihan jiwa, dalam pengertian tidak terganggu oleh ketegangan, ketakutan dan konflik batin[13].

Hati nurani adalah salah satu aspek terdalam dalam jiwa manusia yang senantiasa menilai benar salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran, hasrat, sikap dan tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri. Sekalipun hati nurani ini cenderung menunjukkan hal yang benar dan hal yang salah, tetapi tidak jarang mengalami keragu-raguan dan sengketa batin sehingga seakan-akan sulit menentukan yang benar dan yang salah[14]. Tempat untuk memahami dan mengendalikan diri itu ada di hati.Hatilah yang menunjukkan watak dan diri kita sebenarnya. Hati atau “kalbu”-lah yang membuat manusia mampu berprestasi, bila hati bening dan jernih, insya Allah, keseluruhan diri manusia akan menampakkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan[15]. Hati menjadi esensi dari perilaku dan kehidupan manusia, jika hatinya baik maka perilaku seseorang akan baik, tetapi bila hati buruk, maka akan berakibat negatif bagi perilaku manusia. Hati yang buruk inilah yang sering disebut sebagai hati yang berpenyakit.

Ada sebuah syair yang sangat brilian. Mungkin syair ini bisa menggambarkan betapa hati sangat mempengaruhi hidup seseorang: “Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih, tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah kian senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit,lahir batin terasa sakit”.

 

 

 

 

 

 

BAB III

 PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Kebersihan jasmani adalah kebersihan yang berkenaan kebersihan tubuh (physic) dan kebersihan lingkungan secara internal (Tempat tinggal, sekolah) maupun secara external (jalan raya, selokan, sungai, pantai, udara dan air) yang diwujudkan pada kesadaran individu (pribadi) atau masyarakat (public) dalam mendapatkan kenyamanan secara layak pada kehidupannya. Jadi kebersihan jasmani secara konkrit adalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor yang melekat pada badan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang mengakibatkan seseorang tak nyaman dengan kotoran tersebut.

Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan banyak cara seperti menyediakan tempat pembuangan sampah di banyak tempat untuk meminimalisir pembuangan sampah yang sembarangan, menyapu, mengepel, mencuci pakaian dan masih banyak yang lain lagi. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan di lingkungan sekitar dan mulai dari menjaga kebersihan diri sendiri.

Hati  merupakan pangkal atau penyebab dari sakit atau sehat nya seseorang. Ternyata dalam pengalaman hidup sehari-hari, hadits tersebut terbukti akan kebenaran nya. Menurut Najid Burhani, secara alamiah, manusia merindukan kehidupan yang tenang dan sehat, baik jasmani maupun ruhani. Kesehatan yang bukan hanya terkait dengan badan, tetapi juga mental

B.       Saran

Kritik serta saran yang membangun sangat kai harapkan dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bastaman, Djumhana, Hanna. 2001. Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil-Pustaka Pelajar Offset.

Darajat, Zakiah. 1983. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Departemen Agama. 2009. Tafsir al-Qur‟an Tematik: Kesehatan Dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an.

Departemen Agama. 2009. Tafsir Al-Qur‟an Tematik; Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an.

Departemen Agama. 2009. Tafsir Maudhu’i; Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Pentashihan Mushaf al-Qur‟an.

Hernowo dan M. Deden Ridwan. 2002. Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhid: Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qalbu. Bandung: Hikmah-Mizan.

Kartono, Kartini. 1989. Hyegiene Mental dan Kesehatan Mental. Bandung: Mandar Maju.

Kitab Al-Jawabul Kaafi, oleh Ibnul Qayyim: 126.

Kitab Majmu’ Al-Fatawa, oleh Ibnu Taimiyah: 10/302.

Najib Burhani, Najib, Ahmad. 2002. Manusia Modern Mendamba Allah, Renungan Tasawuf Positif. Jakarta: Hikmah.

Qardhawi, Yusuf. 2001.  Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Soemirat Slamet, Soemirat, Juli. 2004.  Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tim Penyusun. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

 

 

 

 

LAMPIRAN



[1]Allubab Syarh al-Kitab (1/10) dan ad-Dur al-Mukhtar (1/79)

[2]Yusuf Qardhawi, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001, hal. 424-426

[3]Departemen Agama, Tafsir Al-Qur‟an Tematik; Pelestarian Lingkungan Hidup, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009, hal. 244

[4]Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, hal. 125

[5]Ibid., hal. 305

[6]Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004, hal. 35

[7]Departemen Agama, Tafsir Maudhu’i; Pelestarian Lingkungan Hidup, Jakarta: Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2009, Seri IV, hal. 27-28

[8]Departemen Agama, Tafsir al-Qur‟an Tematik: Kesehatan Dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2009, hal. 22

[9]Kitab Al-Jawabul Kaafi, oleh Ibnul Qayyim: 126.

[10]Kitab Majmu’ Al-Fatawa, oleh Ibnu Taimiyah: 10/302.

[11]Ahmad Najib Burhani, Manusia Modern Mendamba Allah, Renungan Tasawuf Positif, (Jakarta: Hikmah, 2002), hal. 175.

[12]Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1983), hal. 23

[13]Kartini Kartono, Hyegiene Mental dan Kesehatan Mental, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hal. 4

[14]Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil-Pustaka Pelajar Offset, 2001), hal. 147.

[15]Hernowo Dan M. Deden Ridwan, Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhid: Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qalbu, (Bandung: Hikmah-Mizan, 2002), hal. 226-227.

0 comments:

Post a Comment