Makalah Ekologi Tumbuhan
“PENGATURAN
NUTRISI DAN KARBON”
Dosen
Pengampu: Nurlita Lestariani, M. Pd.
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur
atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayahnya
kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini. Semoga limpahan
nikmatnya selalu menyertai kita sepanjang waktu Allahumma aamiin. Yang kedua
kalinya tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
besar kita al imamul rasul wa khotimul
anbiya’ Muhammad shallallah alaihi
wasallam yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya
kita dapat merasakan manisnya Islam.
Kami haturkan banyak
terima kasih kepada para dosen, terutama untuk dosen pengampu mata kuliah
Ekologi Tumbuhan ibuk Nurlita Lestariani, M.Pd serta pihak-pihak terkait, kakak-kakak
tingkat dan rekan-rekan sekalian atas segala bimbingan dan pengajarannya
sehingga akhirnya makalah Ekologi Tumbuhan ini dapat diselesaikan.
Kritik serta saran yang
membangin dari para pembaca yang budiman sangat kami harapkan guna
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat memberikan mamfaat bagi kita semua dan kami dari penyusun memohon maaf
apabila ada suatu khilaf atau kesalahan.
DAFTAR
ISI
COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB
II PEMBAHASAN 3
A. Proses
Pengaturan Nutrisi pada Tumbuhan 3
B. Ketersedian
Nutrisi di dalam Tanah 4
C. Mekanisme
Pengambilan Nutrisi Tumbuhan 5
D. Dampak
Kekurangan dan Kelebihan Nutrisi pada Tumbuhan 8
E. Aspek
Umum Keseimbangan Nutrisi pada Tumbuhan 16
F.
Fungsi Penyerapan Nutrisi pada Tumbuhan 16
G. Pencegahan
Penyakit pada Tumbuhan 17
H. Pengertian
Karbon 19
I.
Bentuk Karbon 20
J.
Sifat-Sifat Karbon 21
K. Proses
Pengaturan Karbon pada Tumbuhan 21
BAB III PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbeda
dengan organisme heterotrof yang kelangsungan hidupnya tergantung pada molekul-molekul
organic kaya energy hasil sintesis organisme lain, tumbuhan harus bertahan
hidup pada lingkungan anorganik. Organisme autotrof harus mengambil CO2 dari
atmosfer dan air + nutrien mineral dari dalam tanah dan dari komponen anorganik
ini dibuatlah semua molekul kompleks organisme hidup. Oleh karena itu, nutrisi
tumbuhan terdiri dari nutrisi organik (produk-produk senyawa berkarbon yang
dihasilkan oleh mahluk hidup) dan nutrisi an-organik (terkait dengan
elemen-elemen mineral yang didapat dari tanah, larut di air dan diserap oleh
akar).
Pengetahuan
terkait dengan pengaturan nutrisi dan karbon pada tumbuhan sangatlah penting
dalam memahami hubungan antara lingkungan dan tumbuhan sebagai organisme
autotroph. Tumbuhan dalam melangsungkan kehidupannya membutuhkan unsur-unsur
tersebut untuk tumbuh dan berkembang. Unsur karbon sangatlah berguna dalam
melakukan fotosintesis sedangkan nutrient (makanan) merupakan hal esensial dan
pokok pada tumbuhan. Berdasarkan tingkat kebutuhannya nutrisi pada tumbuhan
dibagi menjadi 2, yaitu micronutrient (dibutuhkan dalam jumlah besar) dan
makronutrient (dibutuhkan dalam jumlah sedikit).
Diharapkan dengan adanya makalah
ini, penyusun dan pembaca dapat lebih mengetahui terkait dengan nutrisi dan
karbon pada tumbuhan serta bagaimana proses pengaturannya, proses pembentukan
nutrisi di dalam tanah, proses pengambilan nutrisi tumbuhan, dampak kekurangan
nutrisi tumbuhan, aspek umum keseimbangan nutrisi tumbuhan, penyerapan nutrisi
pada tumbuhan dan pencegahan penyakit pada tumbuhan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengaturan nutrisi pada tumbuhan?
2. Bagaimana proses pembentukan nutrisi di dalam tanah?
3. Bagaimana proses pengambilan nutrisi tumbuhan?
4. Apa dampak kekurangan dan kelebihan nutrisi pada
tumbuhan?
5. Apa aspek umum keseimbangan nutrisi tumbuhan?
6. Apa fungsi penyerapan nutrisi pada tumbuhan?
7. Bagaimana mencegah penyakit pada tumbuhan?
8. Apakah yang dimaksud dengan karbon?
9. Bagaimana bentuk karbon?
10. Bagaimana sifat-sifat karbon?
11. Bagaimana proses pengaturan karbon pada tumbuhan?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaturan nutrisi pada tumbuhan.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan nutrisi di dalam
tanah.
3. Untuk mengetahui proses pengambilan nutrisi tumbuhan.
4. Untuk mengetahui dampak kekurangan dan kelebihan
nutrisi pada tumbuhan.
5. Untuk mengetahui aspek umum keseimbangan nutrisi
tumbuhan.
6. Untuk mengetahui fungsi penyerapan nutrisi pada
tumbuhan.
7. Untuk mengetahui mencegah penyakit pada tumbuhan.
8. Untuk mengetahui makna karbon.
9. Untuk mengetahui bentuk karbon.
10. Untuk mengetahui sifat-sifat karbon.
11. Untuk mengetahui pengaturan karbon pada tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses Pengaturan Nutrisi pada Tumbuhan
Semua
mahluk hidup membutuhkan makanan (nutrisi) sebagai sumber energy karenanya
merupakan factor eksternal yang mempengaruhi tumbuh dan kembangnya tanaman
selain air, cahaya, kelembapan, suhu, PH dan gravitasi. Nutrient yang
dibutuhkan terdiri atas elemen makro dan mikro. Elemen yang dibutuhkan dalam
jumlah besar disebut makronutrien. Makronutrien terdiri atas karbon, oksigen,
hydrogen, nitrogen, sulfur, fosfor, kalium dan magnesium. Sementara itu elemen
yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut mikronutrien, seperti besi, klor,
tembaga, magnesium, seng, molibdonum, boron dan nikel.[1] Dan
berikut merupakan table unsure makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan
serta gejala defisiensinya:
Unsure |
Gejala
Defesiensi |
Unsure
Makro |
|
Karbon |
Sangat
jarang mengalami defesiensi |
Oksigen
dan Uap Air |
Sangat
jarang dalam mengalami defesiensi |
Nitrogen |
Daun
pucat, klorosis yang berubah menjadi merah dan ungu, pertumbuhan terhenti |
Kalium |
Klorosis,
pinggir daun coklat, akar dan batang kerdil atau lemah |
Kalsium |
Menghambat
pertumbuhan pada daerah meristem |
Magnesium |
Klorosis
daun pada daun tua, terdapat bercak merah atau ungu |
Fosfor |
Menghambat
pertumbuhan, daun tua berwarna hijau tua |
Sulfur |
Klorosis,
daun kering |
Unsure
Mikro |
|
Klorin |
Tanaman
layu, menghambat pertumbuhan akar, produksi buah kurang, klorosis |
Besi |
Daun
muda klorosis, batang pendek dan ramping |
Boron |
Meristem
apical batang dan akar mati, daun menggulung |
Mangan |
Klorosis |
Seng |
Ukuran
daun mengecil, klorosis, pemendekan internodus |
Tembaga |
Daun
hijau tua, ujungnya kering, menggulung |
Molybdenum |
Klorosis,
daun menggulung, dau muda mati |
Tanaman membutuhkan nutrisi untuk metabolisme dan
pertumbuhan mereka banyak unsur atau ion mereka yang utama diambil dari tanah.
Materi ini dilepaskan ke tanah baik dengan weathering dari batuan asli, dan
kemudian bebas tersedia, atau dari zat organik. Tanaman membutuhkan zat gizi
secara selektif dan biasanya dalam bentuk ion, dari fase cairan dalam tanah
(larutan tanah). Bukti bahwa tanaman mengandung unsur anorganik diperlihatkan
oleh pembakaran. Setelah membakar bahan organik, mineral yang tidak bisa terbakar
tetap dalam abu, tapi C, H, N dan O hanya dapat diidentifikasi sebagai gas.
B. Ketersedian Nutrisi di dalam Tanah
1.
Nutrisi Tersedia di Tanah yang Berbeda
Mineral, beberapa
jenis mineral diciptakan selama pembentukan batu-batu dengan mengkristal dari magma
cair, batuan beku atau dengan re-kristal di bawah kondisi tekanan tinggi dan
suhu di kerak bumi bagian atas. Bergantung pada komposisi kimia magma (asam ke
alkalin). Dan suhu serta tekanan dalam bahan tuangan itu terbentuk batu-batu dari
berbagai komposisi mineral. Proporsi terbesar mineral primer di kerak bumi
dilambangkan oleh silikat, yang terbuat dari silicium-oksigen tetrahedra dan
dengan berbagai unsur kristal. Bentuk silikat yang berbeda dibedakan dalam
banyak silikat beberapa dari ion ini diganti oleh Al, silikat membangun rantai
Si-Si (silicates) mirip dengan C, untuk menetralkan muatan dan dimasukkan ke
dalam struktur kristal.[2]
Pengaturan udara
dari silikat bergantung pada berbagai faktor, tingkat pengurangan struktur
kristal, pengganti Si untuk Al, kandungan pecahan yang sebenarnya dan proporsi
unsur-unsur (Fe) yang mungkin teroksidasi sehingga menghasilkan serangkaian
stabilitas yang meningkat.
2.
Mineral Sekunder
Dari
batu-batu yang membeku (berasal dari magma) serta dari batu-batu metamor.
Sedimen sekunder terbentuk selama cuaca buruk dan erosi, dan mengendap serta
mengeras. Tanah yang kaya akan tanah liat memiliki kapasitas yang lebih besar
untuk melakukan perubahan daripada tanah pasir. Mineral sekunder berupa batuan
sedimen; Misalnya dalam batu kapur, ada aluminium oksida, besi oksida, mangan.
Mineral tanah liat khususnya merupakan komponen penting dari tanah yang
dibentuk sebagai produk baru dari mineral Si-Al selama berproses dari silikat.
Menurut kondisi iklim ketika mineral tanah liat terbentuk, bisa jadi lapisan
ini berupa kisi-kisi yang ditanamkan lebih atau kurang erat di antara lapisan
si-tetrahedra dan Al-octahedra. Cations ini dapat reversibel ditukar melawan
H+.
3.
Bebatuan
Batu-batu
itu merupakan campuran berbagai mineral, dan dipahat menurut komposisi kimianya
dan bagaimana batu-batu itu dibentuk. batu yang terbentuk dari pendinginan
magma cair di kerak bumi atau pada permukaan tanah (batuan batuan beku) dan
ocks sedimen yang berasal dari endapan berupa materi atau batuan degradasi
akibat lelehan dan kemudian mengeras, dan batuan metamorf yang terbentuk karena
peleburan kembali sebagian dan rekristalasi batuan sedimen.
4.
Silikat Utama
Blok-blok dasar
dari silikat ar Si-tetrahedra dan Al-octahedra mineral asli ditemukan dalam
batuan yang beku dan berasal dari kerak Bumi.
C. Mekanisme
Pengambilan Nutrisi Tumbuhan
Berbeda dengan manusia
yang menggunakan bahan organic, tumbuhan menggunakan bahan anorganik untutk
mendapatkan energy dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman
mengumpulkan karbon yang ada di atmosfir yang kadarnya sangat rendah, ditambah
air diubah menjadi bahan organic oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari.
Unsure yang diserap untuk pertumbuhan dan methabolisme tanaman dinamakan hara
tanaman. Mekanisme pengubahan unsure hara menjadi senyawa organic atau energy
disebut metabolism.[3]
Dengan menggunakan hara,
tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat
digantikan oleh unsure lain dan apabila tidak terdapat hara tanaman, maka
kegiatan methabolisme akan terganggu akan terhenti sama sekali. Di samping itu,
umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu hara akan menampakkan suatu
gejala pada organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan.
Gejala ini akan hilang apabila hara tanaman ditambahkan kedalam tanah atau
diberikan lewat daun.[4]
Berdasarkan sumber
penyerapannya, unsure hara dipilahkan menjadi dua, yakni unsure hara yang
diserapkan dari udara dan unsure hara yang diserap dari tanah.[5]
1. Diserap dari Udara
Unsure hara yang
diserap dari udara adalah C, O dan , yaitu berasal dari CO2, O2 dan SO2.
Senyawa CO2 diasimilasikan dengan proses karboksilasi oksidatif bersama-sama
penyerapan O2 dan H2O. Unsur H diserap dalam bentuk H2O dan direduksi menjadi
H+.
(Gambar 1.1. Penyerapan
dari udara)
2. Diserap dari Tanah
Penyerapan unsure hara
dilakukan oleh akar tanaman dan diambil dari kompleks jerapan tanah ataupun
dari larutan tanah berupa kation atau anion. Adapula yang dapt diserap dalam
bentuk khelat (chelation), yaitu ikatan kation logam dengan senyawa organic.
Dewasa ini kebanyakan unsure hara mikro diberikan lewat daun (foliar
application).
(Gambar 1.2. Penyerapan dari tanah)
Organ yang
berfungsi sebagai organ penyerapan unsure hara dari media tanam adalah akar.
Dan yang menyerap air dan unsure hara adalah bulu-bulu akar. Karena akar
merupakan organ penyerap air dan unsure hara, maka kontak air dan unsure hara
dengan permukaan sel bulu-bulu akar merupakan bagian yang sangat penting dari
proses penyerapan. Kontak antara air dan unsure hara dengan permukaan sel bulu
akar dapat terjadi melalui peristiwa aliran masa, intersepsi akar dan difusi.[6]
1. Intersepsi dan Persinggungan
Pertumbuhan akar
tanaman dan terbentuknya bulu akar yang baru menyebabkan terjadinya
persinggungan antara akar dan tanah yang di dalamnya terkandung ion hara.
Pertumbuhan akar dan bulu akar ini menembus pori agregat tanah dan
bersinggungan langsung dengan ion yang ada. Apabila ion berada dalam bentuk
tersedia (available), maka terjadi pertukaran ion dan kemudian ion ini masuk
kedalam akar.
(Gambar 1.3.
Intersepsi tumbuhan)
2. Aliran Massa
Aliran massa
adalah gerakan unsure hara di dalam tanah menuju permukaan tanaman bersamaan
dengan gerakan massa air. Aliran massa pada tanah disebut juga konveksi,
meliputi pergerakan dalam fase lautan maupun gas. Gerakan massa air di dalam
tanah menuju permukaan akar tanaman berlangsung secara terus menerus karena
diserap oleh akar dan menguap melalui transpirasi.
(gambar 1.4.
Aliran massa)
3. Difusi
Kata difusi
berarti suatu penyebaran yang disebabkan oleh pergerakan panas secara acak,
sebagai gerak brown dari partikel koloid. Dalam hal ini perpindahan terjadi
oleh adanya perbedaan konsentrasi larutan pada dua tempat yang berjarak
tertentu dimana pergerakan terjadi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi
yang rendah. Tanaman menyerap ion dari bulu akar sehingga disekitar bulu akar
kadarnya rendah.
(Gambar 1.5. Difusi pada
tumbuhan)
D. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Nutrisi
pada Tumbuhan
Kekurangan
nutrient di tanah atau media tempat tumbuh hidup menyebabkan tanaman mengalami
defesiensi. Defesiensi menyebabkan tanaman menjadi tumbuh dan berkembang dengan
tidak sempurna. Dan berikut merupakan fungsi nutrisi dan defesiensi yang timbul
akibat kekurangan unsure makro dan mikro pada tanaman.[7]
Unsur
Makro |
Fungsi |
Penyakit
Akibat Defesiensi |
Karbon Oksigen Hidrogen |
Bahan
dasar untuk fotosintesis |
Pertumbuhan
terhambat, methabolisme terhambat, dan tumbuhan akan mati. |
Nitrogen |
Komponen
protein, asam nukleat, koenzim dan klorofil |
Pertumbuhan
terhambat, daun yang muda berwarna hijau pucat, dan daun yang tua berwarna
kuning serta gugur (klorosis). |
Sulfur |
Komponen
sebagian kecil asam amino |
Daun
berwarna hiaju pucat atau kekuningan dan pertumbuhan lambat. |
Kalium |
Mengaktifkan
enzim, mengatur keseimbangan kelarutan air dan mempengaruhi osmosis |
Pertumbuhan
lambat, daun-daun yang tua menggulung, terdapat bercak-bercak, tepi daun
hangus dan tumbuhan menjadi lemah /mudah roboh. |
Kalsium |
Mengatur
beberapa fungsi sel dan menguatkan dinding sel |
Daun-daun
tidak terbentuk, tunas ujung mati, dan pertumbuhan akar terhambat. |
Fosfor |
Komponen
asam nukleat, fosfolipid dan ATP. |
Berkas
pembuluh berwarna keunguan, pertumbuhan terhambat, buah dan biji yang
dihasilkan lebih sedikit. |
Magnesium
|
Komponen
klorofil dan mengaktifkan beberapa enzim |
Klorosis
dan daun-daun berguguran pembelahan sel terganggu. |
Unsur
Mikro |
Fungsi |
Penyakit
Akibat Defesiensi |
Klor |
Mengatur
pertumbuhan akar dari batang serta mengatur fotosintesis |
Layu,
klorosis dan beberapa daun mati. |
Besi |
Mengatur
sintesis protein dan transport electron |
Klorosis,
terbentuk jalur-jalur berwarna kuning serta hijau pada rumput-rumputan. |
Boron |
Mengatur
perkecambahan, pembungaan, pembuahan, pembelahan sel dan methabolisme
nitrogen |
Pertumbuhan
tunas terhenti, cabang-cabang lateral mati, daun menebal dan keriting serta
menjadi rapuh. |
Mangan |
Sintesis
klorofil dan pengaktifan koenzim |
Berkas
pembuluh berwarna gelap, tetapi warna daun memutih dan gugur. |
Seng |
Mengatur
pembentukan auksin, kloroplas, dan amilum serta komponen enzim |
Klorosis,
daun berwarna merah tua dan akar abnormal. |
Tembaga |
Komponen
beberapa enzim |
Klorosis,
bintik-bintik pada daun yang sudah mati dan pertumbuhan terhambat. |
Molibdenum |
Bagian
dari enzim yang digunakan dalam methabolisme nitrogen |
Daun
hijau pucat dan menggulung. |
Berikut merupakan dampak yang dapat timbul atau dialami oleh tumbuhan itu
sendiri apabila kelebihan elemen makro:
1.
Nitrogen
Unsur Nitrogen dengan
lambang unsur N, sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan, dan
organ tanaman. Nitrogen memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis
klorofil, protein, dan asam amino. Oleh karena itu unsur Nitrogen dibutuhkan
dalam jumlah yang cukup besar, terutama pada saat pertumbuhan memasuki fase
vegetatif. Bersama dengan unsur Fosfor (P), Nitrogen ini digunakan dalam mengatur
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Terdapat 2 bentuk
Nitrogen, yaitu Ammonium (NH4) dan Nitrat (NO3). Berdasarkan sejumlah
penelitian para ahli, membuktikan Ammonium sebaiknya tidak lebih dari 25% dari
total konsentrasi Nitrogen. Jika berlebihan, sosok tanaman menjadi besar tetapi
rentan terhadap serangan penyakit. Nitrogen yang berasal dari amonium akan memperlambat
pertumbuhan karena mengikat karbohidrat sehingga pasokan sedikit. Dengan
demikian cadangan makanan sebagai modal untuk berbunga juga akan minimal.
Akibatnya tanaman tidak mampu berbunga. Seandainya yang dominan adalah Nitrogen
bentuk Nitrat, maka sel-sel tanaman akan kompak dan kuat sehingga lebih tahan
penyakit. Untuk mengetahui kandungan N dan bentuk Nitrogen dari pupuk bisa
dilihat dari kemasan.
Kelebihan jumlah Nitrogen
pun perlu diwaspadai. Ciri-ciri tanaman apabila unsur N-nya berlebih
adalah warna daun yang terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun. Proses
pembuangan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sekulen karena mengandung
banyak air. Hal itu menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan jamur dan
penyakit, serta mudah roboh. Produksi bunga pun akan menurun.
2.
Fospor (P)
Unsur Fosfor (P) merupakan komponen
penyusun dari beberapa enzim, protein, ATP, RNA, dan DNA. ATP penting
untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan DNA menentukan sifat genetik
dari tanaman. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan
buah. Pengaruh terhadap akar adalah dengan membaiknya struktur perakaran
sehingga daya serap tanaman terhadap nutrisi pun menjadi lebih baik. Bersama
dengan unsur kalium, fosfor dipakai untuk
merangsang proses pembungaan. Hal itu wajar sebab kebutuhan tanaman terhadap
fosfor meningkat tinggi ketika tanaman akan berbunga. Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro
seperti besi (Fe), tembaga (Cu), dan seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak
terlihat secara fisik pada tanaman.
3.
Kalium
Unsur
Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis,
akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata,
atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini
menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur.
Unsur
kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme
antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat
antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap tanaman
jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman
dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalium berlebih gejalanya sama
dengan kekurangan magnesium. Sebab, sifat antagonisme antara kalium dan
magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium.
Kendati demkian, pada beberapa kasus, kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman
kekurangan kalsium. Kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg
terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat, sehingga tanaman mengalami
defisiensi.
4.
Magnesium
Magnesium adalah
aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di dalam
tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun, terutama untuk
ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk
memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan komponen inti
pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis protein. Kelebihan
Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim.
5.
Kalsium (Ca)
Unsur ini yang paling
berperan adalah pertumbuhan sel. Kalsium komponen yang menguatkan, dan mengatur
daya tembus, serta merawat dinding sel. Perannya sangat penting pada titik
tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca, pembentukan dan pertumbuhan akar
terganggu, dan berakibat penyerapan hara terhambat. Ca berperan dalam proses
pembelahan dan perpanjangan sel, dan mengatur distribusi hasil fotosintesis.
6.
Belerang atau
Sulfur (S)
Kelebihan Sulfur pada
umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam amino sistin,
sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian dari biotin,
tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam tanaman ditemukan
dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah penyusun
protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfida antara rantai-rantai peptida.
Belerang (S) merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme senyawa-senyawa
kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor atau regulator
enzim dan berperan dalam proses fisiologi tanaman.
Berikut merupakan dampak yang dapat timbul atau dialami oleh tumbuhan itu
sendiri apabila kelebihan elemen mikro:
1.
Boron (B)
Boron memiliki kaitan
erat dengan proses pembentukan, pembelahan dan diferensiasi, dan pembagian
tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis RNA, bahan dasar
pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk tanaman melalui pembuluh
xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan mudah tercuci.
Kekurangan boron paling sering dijumpai pada adenium, cirinya mirip daun
variegeta. Kelebihan boron menyebabkan ujung daun
kuning dan mengalami nekrosis.
2.
Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga
adalah aktivator dan membawa beberapa enzim. Dia juga berperan membantu
kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil, dan berperan dalam funsi
reproduksi. Kelebihan tembaga (Cu) menyebabkan tanaman tumbuh kerdil,
percabangan terbatas, pembentukan akar terhambat, akar menebal dan berwarna
gelap.
3.
Seng atau Zinc
(Zn)
Hampir mirip dengan Mn
dan Mg, sengat berperan dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan
membantu proses fotosintesis. Kekurangan biasanya terjadi pada media yang sudah
lama digunakan. Kelebihan seng tidak menunjukkan dampak nyata.
4.
Besi (Fe)
Besi berperan dalam
proses pembentukan protein, sebagai katalisator pembentukan klorofil. Besi
berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis dan respirasi,
sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah bergerak
sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan
atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu, maka Fe
sering dibungkus dengan Kelat (chelate)
seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic
Acid). EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion
metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran
dijumpai dengan merek Fe-EDTA. Pemberian pupuk dengan kandungan Fe
tinggi menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam
pada daun.
5.
Molibdenum (Mo)
Mo bertugas sebagai
pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim. Unsur ini juga berperan
dalam fiksasi nitrogen. Kelebihan tidak menunjukkan gejala yang nyata pada
adenium.
6.
Mangan (Mn)
Mangan merupakan unsur
mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Mangan
sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan sebagai koenzim,
sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen
dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase
sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam
bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron
dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen. Fungsi unsur hara
Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a.
Diperlukan
oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C.
b.
Berperan
penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua.
c.
Berperan
sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim.
d.
Berperan
sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi.
Mn
diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk
yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam
kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym
tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.
7.
Klor (Cl)
Klor
terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat
terlarut dalam sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk
mengambil elemen mineral dan dalam fotosintesis. Dapat menimbulkan gejala
pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun
tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman
tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.
8.
Natrium (Na)
Natrium terlibat dalam
osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan. Salah satu
kelebihan efek negatif Na adalah bahwa dapat mengurangi ketersediaan K.
Daun-daun tenaman bisa menjadi hijau tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu.
9.
Cobalt (Co)
Cobalt jauh lebih tinggi
untuk fiksasi nitrogen daripada amonium gizi. Tingkat kekurangan nitrogen dapat
mengakibatkan gejala defisiensi, diantaranya adalah mengurangi pembentukan
hemoglobin dan fiksasi nitrogen.
10. Silicone
(Si)
Silikon dapat
meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan menginduksi
ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai komponen dari dinding
sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan tanaman yang lebih kuat,
meningkatkan panas dan kekeringan tanaman, toleransi silikon dapat disimpan
oleh tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi dinding sel
oleh jamur menyerang. Adapun kekurangannya mengakibatkan tanaman mudah
terserang penyakit.
11. Nikel
Kelebihan Nikel, diperlukan untuk enzim urease untuk menguraikan urea dalam membebaskan
nitrogen ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk tanaman. Nikel diperlukan
untuk penyerapan zat besi. Benih perlu nikel untuk berkecambah. Tanaman tumbuh
tanpa tambahan nikel akan berangsur-angsur mencapai tingkat kekurangan saat
mereka dewasa dan mulai pertumbuhan reproduksi. Kekurangan dari unsur Nikel
pada tanaman akan menimbulkan kegagalan dalam menghasilkan benih yang layak.
E.
Aspek Umum Keseimbangan Nutrisi
Tumbuhan
Dalam tanah mineral kimiawi dicirikan oleh
kandungan alkali cations (misalnya K, Mg dan Ca) dan secara fisik ditentukan
oleh tekstur (distribusi ukuran partikel), akar bertindak sebagai penukar ion
sementara proses dalam tanah berada dalam keseimbangan antara mineral tanah
liat, oksida, dan humus. Akar penyebab ketidakseimbangan karena proses
transportasi mereka yang aktif, dan kemampuan untuk menerima konsensus
menentang konsentrasi. Proses ini dapat juga terjadi secara selektif untuk
percobaan tertentu. Sehubungan dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak dikelola atau
dipanen manusia, mineral ini dikembalikan dalam biomassa yang mati ke tanah sebagai
sampah. Dalam pertanian, kations dihapus dari tanah dengan memanen, merumput
atau penggunaan sampah dan kondisi kimiawi dalam tanah berubah.[8]
F.
Fungsi Penyerapan Nutrisi pada
Tumbuhan
Tanaman
membutuhkan dan mengkonsumsi nutrisi untuk:
1.
Pertumbuhan
2.
Katalis
3.
Pemindahan elekron
4.
Penimbunan pasif
5.
Penyimpanan dan cadangan
G. Pencegahan Penyakit pada Tumbuhan
Hama
dan penyakit adalah organisme yang menginfeksi tumbuhan dan merusaknya sehingga
mengakibatkan penurunan hasil. Infeksi hama dan penyakit yang terjadi secara
meluas dapat mebimbulkan kerugian yang besar. Oleh karena itu, diperlukan
adanya upaya perlindungan, baik secara preventif maupun secara kuratif.[9]
(Gambar
1.6. Tanaman yang terserang penyakit)
Pengandalian hama dan penyakit secara
preventif adalah tindakan pencegahan pertumbuhan hama dan penyakit supaya
tanaman tidak terinfeksi penyakit tersebut. Pengendalian hama dan penyakit
secara preventif dilakukan dengan pengolahan tanah secara intensif, pengaturan
jarak tanaman secara tepat, penanaman tepat pada waktunya, pelaksanaan sistem
pengairan teknis yang baik dengan menggunakan air yang sehat, penanaman
jenis/varietas yang resisten, penyiangan, penggunaan benih yang sehat,
pembuatan saluran drainase yang baik agar tidak menggenang, pengapuran tanah,
pemupukan berimbang, pemangkasan cabang dan dau, penanaman tanaman perangkap
dan pergiliran tanaman.[10]
Pengendalian secara kuratif adalah
mengobati tanaman yang telah terinfeksi hama dan penyakit. Pengendalian hama
dan penyakit secara kuratif dapat dilakukan dengan pemangkasan bagian tanaman
yang terinfeksi, penyemprotan menggunakan obat-obatan kimia, penggenangan
sesaat, penyebaran musuh-musuh alami hama, dan secara manual dengan
memunguti/atau menagkap hama untuk dibunuh.[11]
Pelindungan tanaman terhadap hama dan
penyakit akan berhasil baik apabila dilakukan dengan memperhatikan
gejala-gejala yang terjadi. Selain itu serangan hama dan penyakit sering kali
terjadi secara mendadak sehingga kewaspadaan hendaknya ditingkatkan. Hingga
saat ini metode metode pengendalian hama dan penyakit yang dianggap sangat
efektif adalah metode kimiawi. Walaupun disadari akan menimbulkan residu
terhadap lingkungan hidup, namun metode tersebut yang paling diantara yang ada.
Residu yang dapt ditimbulkan oleh pengendalian ham dan penyakit dengan metode
kimiawi, adalah matinya hewan yang bukan sasaran, meracuni lingkungan dan
pemakai, resistensi hama yang dapat
mengakibatkan penurunan kwalitas mahluk hidup. Untuk memperkecil atau
mengurangi residu efek dari pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi,
dianjurkan pelaksanaan pengendalian dengan sistem terpadu, yakni penggabungan
antara pengendalian secara mekanis, biologis dan kimiawi.[12]
Penyakit pada tumbuham merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari, diantara hal yang dapat kita lakukan untuk
mencegah terhadap timbulnya penyakit pada tanaman adalah sebagai berikut[13]:
1. Guna mencegah agar tanaman bebas dari penyakit dapat
diusahakan dengan jalan merendam biji-biji yang akan ditanam dalam air panas pada
suhu 49 – 50 ℃ selama 30 menit.
2. Tata air diatur dengan sebaik-baiknya.
3. Mencegah aliran air dari daerah terserang ke daerah
bebas penyakit.
Selain itu untuk
pencegahan penyakit pada perkebunan yang telah diserang dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut[14]:
1. Mengisolir daerah-daerah yang terserang agar tidak
dilalui oleh manusia atau hewan.
2. Tempat-tempat yang terserang diusahakan menjadi kering
atau tidak diairi, oleh karena jamur mudah tumbuh pada tempat-tempat yang
berair.
3. Menanam tanam-tanaman yang tahan terhadap serangan
penyakit busuk akar, antara lain dengan semua jenis tanaman bunga-bungaan
(rotasi tanaman).
H.
Pengertian Karbon
Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai
simbol C dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel periodik, karbon merupakan unsur
non-logam dan bervalensi 4 (tetravalen), yang berarti bahwa terdapat empat
elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen. Terdapat tiga macam isotop karbon yang ditemukan secara alami,
yakni 12C dan 13C yang
stabil, dan 14C yang
bersifat radioaktif dengan waktu
paruh peluruhannya sekitar 5730 tahun. Karbon
merupakan salah satu dari di antara beberapa unsur yang diketahui keberadaannya
sejak zaman kuno. Istilah “karbon” berasal dari bahasa Latin carbo, yang
berarti batu bara.
Karbon
memiliki beberapa jenis
alotrop, yang paling terkenal adalah grafit, intan,
dan karbon amorf. Sifat-sifat
fisika karbon bervariasi bergantung pada jenis alotropnya. Sebagai contohnya, intan
berwarna transparan,
manakala grafit berwarna hitam dan kusam. Intan merupakan salah satu materi
terkeras di dunia, manakala grafit cukup lunak untuk meninggalkan bekasnya pada
kertas. Intan memiliki konduktivitas listik yang
sangat rendah, sedangkan grafit adalah konduktor listrik
yang sangat baik. Di bawah kondisi normal, intan memiliki konduktivitas termal yang
tertinggi di antara materi-materi lain yang diketahui. Semua alotrop karbon
berbentuk padat dalam kondisi normal, tetapi grafit merupakan alotrop yang
paling stabil secara termodinamik di
antara alotrop-alotrop lainnya.
Semua
alotrop karbon sangat stabil dan memerlukan suhu yang sangat tinggi untuk
bereaksi, bahkan dengan oksigen. Keadaan
oksidasi karbon yang paling umumnya ditemukan adalah +4,
manakala +2 dijumpai pada karbon
monoksida dan senyawa kompleks logam transisi lainnya. Sumber
karbon anorganik terbesar terdapat pada batu kapur, dolomit, dan karbon
dioksida, sedangkan sumber organik terdapat pada batu bara, tanah gambut, minyak
bumi, dan klatrat metana.
Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa daripada
unsur-unsur lainnya, dengan hampir 10 juta senyawa
organik murni yang telah dideskripsikan sampai sekarang.
Karbon
adalah unsur paling berlimpah ke-15 di kerak Bumi dan
ke-4 di alam semesta. Karbon terdapat pada semua
jenis makhluk hidup, dan pada manusia, karbon
merupakan unsur paling berlimpah kedua (sekitar 18,5%) setelah
oksigen. Keberlimpahan karbon ini, bersamaan dengan keanekaragaman senyawa organik dan kemampuannya
membentuk polimer membuat karbon sebagai unsur dasar kimiawi kehidupan. Unsur
ini adalah unsur yang paling stabil di antara unsur-unsur yang lain, sehingga
dijadikan patokan dalam mengukur satuan
massa atom.
I.
Bentuk Karbon
Karbon ditemukan di alam dalam tiga bentuk alotropik:
amorphous, grafit dan berlian. Ceraphite (serafit) merupakan bahan terlunak,
sedangkan belian bahan yang terkeras. Grafit ditemukan dalam dua bentuk: alfa
dan beta. Mereka memiliki sifat identik, kecuali struktur kristal mereka.
Grafit alami dilaporkan mengandung sebanyak 30% bentuk beta, sedangkan bahan
sintesis memiliki bentuk alfa. Bentuk alfa hexagonal dapat dikonversi ke beta
melalui proses mekanikal, dan bentuk beta kembali menjadi bentuk alfa dengan
cara memanaskannya pada suhu di atas 1000 derajat Celcius.
Pada tahun 1969, ada bentuk alotropik baru karbon yang
diproduksi pada saat sublimasi grafit pirolotik (pyrolytic graphite) pada
tekanan rendah. Di bawah kondisi free-vaporization (vaporisasi bebas) di atas
2550 K, karbon terbentuk sebagai kristal-kristal tranparan kecil pada tepian
grafit.
J.
Sifat Karbon
Karbon dioksida ditemuka di atmosfir bumi dan terlarut
dalam air. Karbon juga merupakan bahan batu besar dalam bentuk karbonat
unsur-unsur berikut: kalsium, magnesium, dan besi. Batubara, minyak dan gas
bumi adalah hidrokarbon. Karbon sangat unik karena dapat membentuk banyak
senyawa dengan hidrogen, oksigen, nitrogen dan unsur-unsur lainnya. Dalam
banyak senyawa ini atom karbon sering terikat dengan atom karbon lainnya. Ada
sekitar sepuluh juta senyawa karbon, ribuan di antaranya sangat vital bagi
kehidupan. Tanpa karbon, basis kehidupan menjadi mustahil. Walau silikon pernah
diperkirakan dapat menggantikan karbon dalam membentuk beberapa senyawa,
sekarang ini diketahui sangat sukar membentuk senyawa yang stabil dengan
untaian atom-atom silikon. Atmosfir planet Mars mengandung 96,2% CO2. Beberapa
senyawa-senyawa penting karbon adalah karbon dioksida (CO2), karbon monoksida
(CO), karbon disulfida (CS2), kloroform (CHCl3), karbon tetraklorida (CCl4),
metana (CH4), etilen (C2H4), asetilen (C2H2), benzena (C6H6), asam cuka(CH3COOH)
dan turunan-turunan mereka.
K.
Proses Pengaturan Karbon pada Tumbuhan
Proses
pemamfaatan CO2 di udara dalam ekosistem untuk keperluan
fotosintesis tumbuhan dan pembentukan CO2 kembali sebagai hasil dari
proses respirasi mahluk hidup. CO2 merupakan gabungan satu molekul
karbon dan 2 molekul oksigen. Dan digunakan sebagai baghan baku fotosintesis
(gambar 1.1.). Gas ini di atmosfer ditemukan dalam jumlah sedikit yaitu 0,03%.
Kadar CO2 di atmosfer berbanding terbalik dengan banyaknya tumbuhan
hijau di sekitarnya. Hal ini disebabkan CO2 merupakan komponen utama
dalam proses fotosintesis tumbuhan.[15]
(Gambar 1.8.
Siklus karbon)
Proses timbal balik
fotosintesis dan respirasi mahluk hidup merupakan sumber utama CO2.
Tinggi rendahnya kadar CO2 dan O2 di atmosfer secara
berkala disebabkan oleh penurunan aktivitas fotosintesis. Semakin banyak
populasi manusia dan hewan, maka kadar CO2 dalam udara semakin
meningkat. Untuk menjaga keseimbangan kadar CO2 dan O2
maka harus diimbangi dengan penanaman tumbuh-tumbuhan sebagai penghasil O2.[16]
Siklus karbon sangat
dipengaruhi oleh oksigen dan fotosintesis. Daur karbon di alam berada di empat
tempat yaitu: geosfer atau di dalam bumi, hidrosfer atau di air, atmosfer atau
di udara, dan biosfer atau di dalam mahluk hidup. Pencermaan udara pada zaman
era globalisasi ini berdampak pada peningkatan CO2 yang masuk ke
atmosfer.[17]
Tumbuhan menyerap gas
karbondioksida (CO2) dari udara melalui proses fotosintesis, yang selanjutnya
diubah menjadi karbohidrat, dan disebarkan ke seluruh tubuh tanaman, dan
akhirnya ditimbun di dalam tubuh tanaman. Proses penimbunan karbon (C) dalam
tubuh tanaman hidup dinamakan proses penyerapan (Csequestration). Oleh karena
itu, mengukur jumlah karbon yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa)
dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman
tersebut. Pengukuran cadangan karbon yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan
yang telah mati (nekromassa) secara tidak langsung menggambarkan CO2 yang tidak
dilepaskan ke udara.[18]
Hal terpenting dari intervensi manusia dalam siklus
karbon adalah deforestasi hutan primer (untuk mendapatkan serat dan kayu dan
untuk menciptakan lahan yang dapat digunakan). Di daerah tropis hal ini
biasanya dikaitkan dengan perubahan penggunaan lahan (pertanian tebang dan
bakar). Di hutan boreal deforestasi biasanya diikuti oleh regenerasi. Meskipun
demikian, panen awal pohon dikaitkan dengan peningkatan emisi karbon yang
signifikan. Karena hutan primer memiliki biomassa yang lebih tinggi daripada hutan
sekunder, dan sebagai akibat dari pemanenan terjadi kerusakan lapisan organik
yang terakumulasi di hutan primer selama ribuan tahun.[19]
(Gambar 1.9. Batas
antara hutan primer dan kawasan tebangan di Kanada)
Gambar di atas menunjukkan konsentrasi CO2 di atmosfer
diukur pada mauna loa. Di sini, pengukuran kontinu telah menunjukkan tren
peningkatan konsentrasi CO2, dan juga siklus tahunan dengan minimum selama fase
dorman di musim dingin belahan bumi utara. Penurunan simultan konsentrasi O2
yang diukur di la jolla, California, juga menunjukkan osilasi tahunan yang
berlawanan dengan CO2 (setelah heimann 1997). Sejak tahun 1960 nilai C (Karbon)
mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya CO2.
Konsentrasi CO2 di atmosfer saat ini meningkat 0,59 %
per tahun. Untuk sepenuhnya memahami implikasinya, tren jangka panjang dari CO2
di atmosfer perlu dipertimbangkan. Penting untuk mengetahui dari mana CO2
antropogenik berasal, sejak tahun 1959 peningkatan konsentrasi CO2 yang terus
menerus telah diukur di mauna loa, Hawaii dengan minimum yang sesuai dengan
musim tanam di musim panas di belahan bumi utara dan maksimum sesuai dengan
fase tidak aktif di musim dingin, ketika produksi CO2 juga sangat tinggi.
Penurunan konsentrasi oksigen diamati sejalan dengan peningkatan CO2 ini. Ini
adalah bukti bahwa peningkatan CO2 disebabkan oleh pembakaran dan bukan akibat
pelepasan CO2 sederhana, misalnya dari lautan. Pada tingkat konsumsi saat ini,
oksigen akan habis dalam 50.000 tahun, tetapi potensi penggunaan oksigen juga
bergantung pada ketersediaan bahan bakar fosil. Perkiraan bahan bakar fosil
tidak pasti dan bergantung pada biaya ekstraksi, cadangan yang dapat
diekstraksi sebesar 600-1200 Gt (pasokan 100-200 tahun pada penilai penggunaan
saat ini) dihitung termasuk cadangan yang sulit diekstraksi, angkanya sekitar
4000-7000 Gt, dihitung sebagai campuran sumber, dengan minyak 13,6 g C / MJ dan
batubara 27,3 g C / KJ (1 kg minyak = 1,44 unit batubara mineral)[20].
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanaman membutuhkan
nutrisi untuk metabolisme dan pertumbuhan mereka banyak unsur atau ion mereka
yang utama diambil dari tanah. Materi ini dilepaskan ke tanah baik dengan
weathering dari batuan asli, dan kemudian bebas tersedia, atau dari zat
organik. Nutrient yang dibutuhkan
terdiri atas elemen makro dan mikro. Elemen yang dibutuhkan dalam jumlah besar
disebut makronutrien. Makronutrien terdiri atas karbon, oksigen, hydrogen,
nitrogen, sulfur, fosfor, kalium dan magnesium. Sementara itu elemen yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut mikronutrien, seperti besi, klor,
tembaga, magnesium, seng molibdonum, boron dan nikel.
Ketersedian
nutrisi di dalam tanah dapat berasal dari nutrisi di dalam tanah yang berbeda,
mineral sekunder, bebatuan dan silikat utama. Berdasarkan
sumber penyerapannya, unsure hara dipilahkan menjadi dua, yakni unsure hara
yang diserapkan dari udara dan unsure hara yang diserap dari tanah. Adapun
kontak antara air dan unsure hara dengan permukaan sel bulu akar dapat terjadi
melalui peristiwa aliran masa, intersepsi akar dan difusi. Kekurangan
nutrient di tanah atau media tempat tumbuh hidup menyebabkan tanaman mengalami
defesiensi.
Tumbuhan
menyerap gas karbondioksida (CO2) dari udara melalui proses fotosintesis, yang
selanjutnya diubah menjadi karbohidrat, dan disebarkan ke seluruh tubuh
tanaman, dan akhirnya ditimbun di dalam tubuh tanaman. Proses penimbunan karbon
(C) dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses penyerapan (Csequestration).
Daur karbon di alam berada di empat tempat yaitu: geosfer atau di dalam bumi,
hidrosfer atau di air, atmosfer atau di udara, dan biosfer atau di dalam mahluk
hidup.
B. Saran
Kritik serta saran
yang membangun dari para pembaca sangatlah diharapkan guna menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Afandie dan Nasih. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius.
Aryulina, Diah, dkk.
2006. Biologi 3. Jawa Timur: esis.
Cahyono, Bambang. 2003. Cabai Rawit Teknik Budidaya dan Analisi
Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Ernst-Detlf Schulze, Erwin
beck & Klaus muller Hohenstein. 2005. Plant
Ecology. Heidelberg: Springer Berlin.
Jayadi, Muhammad, Edi.
2016. Pengantar Ilmu Lingkungan. Mataram:
IAIN Mataram.
Karmana, Oman. 2006. Biologi. Jakarta: GRAFINDO Media Utama.
Sastrahidayat, Rochdjatun,
Ika. 2014. Penyakit Tanaman Buah-Buahan.
Malang: UB Press.
Suharjo. 2019. Sistem Pertanian Berkelanjutan (Model Pengelolaan Tanaman). Surabaya:
Media Sahabat Cendekia.
Togi, Charlos &
Sahuri. 2014. Potensi Peningkatan
Penyerapan Karbon di Perkebunan Karet Sembawa, Sumatera Selatan. Widyariset
(Palembang: Balai Penelitian Sembawa. Vol. 17:3. hlm. 368
LAMPIRAN
[1] Oman Karmana, Biologi, Jakarta: GRAFINDO Media Utama, 2006, hlm. 14
[2] Ernst-Detlf Schulze, Erwin beck
& Klaus muller Hohenstein, Plant
Ecology, Heidelberg: Springer Berlin, 2005, hlm. 132
[3] Afandie dan Nasih, Ilmu Kesuburan Tanah, Yogyakarta:
Kanisius, 2002, hlm. 29 dan 32
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Suharjo, Sistem Pertanian Berkelanjutan (Model
Pengelolaan Tanaman), Surabaya: Media Sahabat Cendekia, 2019, hlm. 14-19
[7] Diah Aryulina dkk, Biologi 3, Jawa Timur: esis, 2006, hlm.
14-15
[8] Ernst-Detlf Schulze, Erwin beck
& Klaus muller Hohenstein, Plant
Ecology, Heidelberg: Springer Berlin, 2005, hlm..
[9] Bambang Cahyono, Cabai Rawit Teknik Budidaya dan Analisi
Usaha Tani, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hlm. 73
[10] Ibid
[11] Ibid
[12] Bambang Cahyono, Cabai Rawit Teknik Budidaya dan Analisi
Usaha Tani……hlm. 74
[13] Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Penyakit Tanaman Buah-Buahan, Malang: UB
Press, 2014, hlm. 53
[14] Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Penyakit Tanaman Buah-Buahan…..Hlm. 54
[15] Edi Muhammad Jayadi, Pengantar Ilmu Lingkungan, (Mataram:
IAIN Mataram), 2016, hlm. 58
[16] Ibid.
[17] Edi Muhammad Jayadi, Pengantar Ilmu Lingkungan……..hlm. 59
[18] Charlos Togi & Sahuri, Potensi Peningkatan Penyerapan Karbon di
Perkebunan Karet Sembawa, Sumatera Selatan, Widyariset (Palembang: Balai
Penelitian Sembawa), 2014, Vol. 17:3, hlm. 368
[19] Ernst-Detlf Schulze, Erwin beck
& Klaus muller Hohenstein, Plant Ecology,
Heidelberg: Springer Berlin, 2005, hlm. 643
[20] Ernst-Detlf Schulze, Erwin beck
& Klaus muller Hohenstein, Plant
Ecology, Heidelberg: Springer Berlin, 2005, hlm. 642
0 comments:
Post a Comment