Sunday 17 April 2022

L. Edwin Arwana: Kisah dan Motivasi

 

Kisah dan Motivasi

 

Warisan Kaus Kaki Robek



Text Box: Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulallah shallallahu alaihi wa sallam bersabda; “Orang yang mati akan diikuti oleh tiga hal. Yang dua kembali, dan yang satu tetap menemani. Ia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya, dan amal perbuatannya. Keluarga dan hartanya kembali, sedangkan amalnya tetap menemani.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Rewrite: Lalu Edwin Arwana

Alkisah, seorang kaya raya (miliarder), sedang sakit parah. Menjelang ajal menjemput, ia mengumpulkan anak-anak tercintanya. Beliau berwasiat, “Anak-anakku, jika ayah sudah dipanggil yang Maha Kuasa, ada permintaan ayah kepada kalian, tolong pakaikan kaus kaki kesayangan ayah walaupun kaus kaki itu sudah robek. Ayah ingin memakai barang kesayangan ayah semasa bekerja di kantor, dan sebagai kenangan, ayah minta kaus kaki itu kalian pakaikan bila ayah dikubur nanti.”

Singkat cerita, akhirnya sang ayah meninggal dunia. Saat mengurus jenazah dan proses mengafani berlangsung, anak-anak meminta kepada pengurus jenazah untuk memakaikan kaus kaki yang robek itu sesuai wasiat ayahnya. Akan tetapi, sang pengurus jenazah menolak. “Maaf, secara syari’at hanya dua lembar kain putih saja yang boleh dipakaikan kepada mayat…,” kata sang pengurus jenazah.

Terjadi diskusi panas antara anak-anak yang ingin memakaikan kaus kaki robek tersebut dengan pengurus jenazah yang juga merupakan seorang ustadz. Karena tidak ada titik temu, penasihat keluarga sekaligus notaris kemudian dipanggil. Beliau menyampaikan, “sebelum meninggal, Bapak menitipkan surat wasiat. Ayo kita buka bersama-sama, siapa tahu ada petunjuk…,”

Maka, surat wasiat almarhum miliarder untuk anak-anaknya yang dititipkan kepada notaris tersebut dibuka bersama-sama. Begini bunyinya, “anak-anakku, pasti sekarang kalian sedang bingung karena dilarang memakaikan kaus kaki robek pada mayat ayah. Lihatlah!!, Anak-anakku, padahal harta ayah banyak, uang berlimpah, beberapa mobil mewah, tanah dan sawah dimana-mana, rumah mewah banyak, tetapi tidak ada artinya ketika ayah sudah mati. Bahkan, kaus kaki robek saja tidak boleh dibawa. Begitu tidak berartinya dunia, kecuali amal ibadah kita, dan sedekah kita yang ikhlas. Anak-anakku, inilah yang ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dengan dunia yang sementara. Salam sayang dari ayah yang ingin kalian menjadikan dunia sebagai jalan menuju Allah ta’ala.

 

Sumber: Ibnu Basyar. 2015. Mengisi Hati di Lorong Kehidupan. Jakarta: Gema Insani.

0 comments:

Post a Comment