BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pewarnaan gram atau
metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas
yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri
yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal
violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna
tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan
teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara Pneumokokus dan bakteri
Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram
positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan
tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan
kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan
sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin
atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh
perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya (Sukini, dkk., 2017: 27 – 28).
Pada pewarnaan gram terdapat
2 jenis bakteri yaitu gram positif dan gram negatif. Tujuan dari pewarnaan gram
ini yaitu untuk mempermudah melihat bakteri secara mikroskopik, memperjelas
ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur dalam bakteri seperti dinding sel
dan vakuola, dan menghasilkan sifat-sifat fisik serta kimia khas dari bakteri
dengan zat warna. Dalam pewarnaan, bakteri gram positif berwarna ungu sedangkan
bakteri gram negatif berwarna merah. Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu
bacillus (batang), coccus (bulat), dan spirilum (lengkung). Bakteri yang
berbentuk bacillus dibagi atas diplobacillus dan tripobacillus. Pada bentuk
coccus dibagi atas monococcus, diplococcus, sampai staphylococcus (bentuknya
mirip buah anggur). Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung
dan tidak melengkung (Usman, 2010: 125).
Pewarnaan gram memerlukan
empat jenis larutan, yaitu larutan zat warna basa, mordant, pencuci zat warna,
dan satu zat warna lainnya (counterstain) yang berbeda dari zat warna yang
pertama. Mordant adalah suatu zat yang dapat menaikkan afinitas atau pengikatan
antara sel dengan zat warna. Beberapa contoh mordant misalnya asam, basa, garam
metal, dan yodium. Dengan adanya mordant, zat warna akan lebih sukar tercuci.
Pencuci warna digunakan untuk menghilangkan zat warna dari sel bakteri. Beberapa
sel bakteri lebih mudah melepaskan zat warna daripada sel-sel lainnya. Dalam
pewarnaan gram dan pewarnaan diferensial lainnya, perbedaan dari bakteri
disebabkan oleh perbedaan dalam kecepatan melepaskan zat warna oleh sel. Zat
warna kedua yang digunakan setelah sel dicuci dengan larutan pencuci disebut
“counterstain” yang berbeda warnanya dari zat warna pertama. Sel-sel yang tidak
dapat segera melepaskan zat warna setelah pencucian akan tetap berwarna seperti
zat warna pertama, sedangkan sel-sel yang dapat segera melepaskan zat warna
setelah pencucian akan mengikat zat warna kedua (Trimurti, 2011: 1.37).
Pewarnaan gram untuk
identifikasi bakteri memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya ialah
pewarnaan gram merupakan salah satu metode paling sederhana dan murah untuk
diagnosis cepat infeksi bakteri. Metode ini jauh lebih cepat dibandingkan
dengan kultur bakteri, dan sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi
antibiotik sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi secara
spesifik. Kekurangan dari metode ini yaitu hanya dapat mengetahui ukuran dan
bentuk bakteri serta melihat struktur dalam bakteri dengan zat warna saja.
Kondisi pewarnaan gram dan morfologi bakteri kadangkadang berubah karena terapi
antimikroba. Spesies batang gram negatif dapat menjadi filamen dan pleomorfik
sedangkan bakteri gram positif dapat menjadi bervariasi setelah terapi
antimikroba (Nagata, dkk., Jurnal Rinsho Byori, Vol. 58(5), 2010: 490 – 497).
Bakteri ialah penyebab
utama infeksi mata luar di seluruh dunia. Pengobatan yang sesuai dengan
penyebab infeksi dapat mencegah munculnya bakteri yang resistan terhadap
antibiotik. Bakteri gram positif berbentuk coccus yang paling sering menjadi
penyebab infeksi mata luar. Presentase (54,5%) bakteri gram positif dengan
morfologi staphylococcus, coccus, diplococcus; 3 sampel (27,3%) bakteri gram negatif dengan morfologi
bacillus, dan 2 sampel (18,2%)
bakteri campuran bakteri gram positif dan negatif dengan morfologi bacillus dan coccus (Fredine, dkk., Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol. 7(1),
2019: 30 – 36).
DAFTAR
PUSTAKA
Artama, Trimurti. 2011. Modul; Dasar – Dasar Praktikum Mikrobiologi. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Fredine E., dkk. 2019. Identifikasi Bakteri dengan
Pewarnaan Gram pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota
Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). Vol.
7(1): 30 – 36.
Nagata K, Mino H, Yoshida S. 2010. Usefulness and
limit of Gram staining smear examination. Rinsho
Byori. Vol. 58(5): 490 – 497.
Sukini, dkk. 2017. Bahan
Keperawatan Gigi; Mikrobiologi. Jakarta: KEMENKES 2017.
Usman W. 2010. Buku
Ajar Mikrobiologi Kedokteran (Edisi Revisi). Jakarta: Binarupa Aksara.
0 comments:
Post a Comment