Monday 18 April 2022

L. Edwin Arwana: Pewarnaan Gram pada Bakteri

 



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara Pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya (Sukini, dkk., 2017: 27 – 28).

Pada pewarnaan gram terdapat 2 jenis bakteri yaitu gram positif dan gram negatif. Tujuan dari pewarnaan gram ini yaitu untuk mempermudah melihat bakteri secara mikroskopik, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan menghasilkan sifat-sifat fisik serta kimia khas dari bakteri dengan zat warna. Dalam pewarnaan, bakteri gram positif berwarna ungu sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah. Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu bacillus (batang), coccus (bulat), dan spirilum (lengkung). Bakteri yang berbentuk bacillus dibagi atas diplobacillus dan tripobacillus. Pada bentuk coccus dibagi atas monococcus, diplococcus, sampai staphylococcus (bentuknya mirip buah anggur). Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan tidak melengkung (Usman, 2010: 125).

Pewarnaan gram memerlukan empat jenis larutan, yaitu larutan zat warna basa, mordant, pencuci zat warna, dan satu zat warna lainnya (counterstain) yang berbeda dari zat warna yang pertama. Mordant adalah suatu zat yang dapat menaikkan afinitas atau pengikatan antara sel dengan zat warna. Beberapa contoh mordant misalnya asam, basa, garam metal, dan yodium. Dengan adanya mordant, zat warna akan lebih sukar tercuci. Pencuci warna digunakan untuk menghilangkan zat warna dari sel bakteri. Beberapa sel bakteri lebih mudah melepaskan zat warna daripada sel-sel lainnya. Dalam pewarnaan gram dan pewarnaan diferensial lainnya, perbedaan dari bakteri disebabkan oleh perbedaan dalam kecepatan melepaskan zat warna oleh sel. Zat warna kedua yang digunakan setelah sel dicuci dengan larutan pencuci disebut “counterstain” yang berbeda warnanya dari zat warna pertama. Sel-sel yang tidak dapat segera melepaskan zat warna setelah pencucian akan tetap berwarna seperti zat warna pertama, sedangkan sel-sel yang dapat segera melepaskan zat warna setelah pencucian akan mengikat zat warna kedua (Trimurti, 2011: 1.37).

Pewarnaan gram untuk identifikasi bakteri memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya ialah pewarnaan gram merupakan salah satu metode paling sederhana dan murah untuk diagnosis cepat infeksi bakteri. Metode ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan kultur bakteri, dan sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi secara spesifik. Kekurangan dari metode ini yaitu hanya dapat mengetahui ukuran dan bentuk bakteri serta melihat struktur dalam bakteri dengan zat warna saja. Kondisi pewarnaan gram dan morfologi bakteri kadangkadang berubah karena terapi antimikroba. Spesies batang gram negatif dapat menjadi filamen dan pleomorfik sedangkan bakteri gram positif dapat menjadi bervariasi setelah terapi antimikroba (Nagata, dkk., Jurnal Rinsho Byori, Vol. 58(5), 2010: 490 – 497).

Bakteri ialah penyebab utama infeksi mata luar di seluruh dunia. Pengobatan yang sesuai dengan penyebab infeksi dapat mencegah munculnya bakteri yang resistan terhadap antibiotik. Bakteri gram positif berbentuk coccus yang paling sering menjadi penyebab infeksi mata luar. Presentase (54,5%) bakteri gram positif dengan morfologi staphylococcus, coccus, diplococcus; 3 sampel (27,3%) bakteri gram negatif dengan morfologi bacillus, dan 2 sampel (18,2%) bakteri campuran bakteri gram positif dan negatif dengan morfologi bacillus dan coccus (Fredine, dkk., Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol. 7(1), 2019: 30 – 36).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Artama, Trimurti. 2011. Modul; Dasar – Dasar Praktikum Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Fredine E., dkk. 2019. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). Vol. 7(1): 30 – 36.

Nagata K, Mino H, Yoshida S. 2010. Usefulness and limit of Gram staining smear examination. Rinsho Byori. Vol. 58(5): 490 – 497.

Sukini, dkk. 2017. Bahan Keperawatan Gigi; Mikrobiologi. Jakarta: KEMENKES 2017.

Usman W. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran (Edisi Revisi). Jakarta: Binarupa Aksara.



0 comments:

Post a Comment