BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Media merupakan bahan
yang dapat digunakan sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri.
Beberapa jenis bakteri dapat hidup baik pada media yang sangat sederhana, yang
hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula,
namun ada pula bakteri yang memerlukan suatu media yang sangat kompleks selain
mengandung sumber karbon dan nitrogen juga perlu penambahan darah atau
bahan-bahan kompleks lainnya, namun yang terpenting media harus mengandung
nutrisi yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut
dalam air.Nutrisi dalam media harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup (Wheeler & Volk, 1993).
Mempelajari sifat-sifat
dan menumbuhkan mikroorganisme memerlukan suatu media sebagai tempat
pertumbuhan mikroorganisme. Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan
nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme. Nutrisi yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi sumber karbon, nitrogen, unsur non
logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg,
dan Fe, vitamin, air, dan energi (Cappucino,
2014: 250).
Media biakan pada bakteri
dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Media padat. Media padat mengandung bahan pemadat
atau agar sekitar 15% sehinga bentuknya padat. Menurut bentuk dan wadahnya
dibedakan menjadi 3 jenis: media tegak, media miring dan media lempeng. Pada umumnya
media ini dipergunakan untuk menumbuhkan bakteri maupun jamur. 2) Media semi
padat (semisolid). Media semisolid
merupaka media yang mengandung agar sekitar 0,3 – 0,4% agar sehingga
konsistensinya menjadi kenyal atau tidak padat dan tidak cair. Pada umumnya
media ini digunakan untuk melihat pergerakan atau motilitas bakteri. Bakteri
memiliki flagela yang digunakan untuk bergerak. Pada media semisolid bakteri
yang memiliki flagela terlihat pertumbuhannya melebar sampai diluar bidang
tusukan. Sebaliknya bakteri yang tidak memiliki flagela pertumbuhannya terbatas
pada bidang tusukan pada waktu melakukan inokulasi. 3) Media cair. Media cair
merupakan media yang tidak ditambahai bahan pemadat atau agar sehingga
konsistensinya cair. Media cair pada umumnya dipergunakan untuk melihat sifat
pertumbuhan bakteri seperti keruh uniform, membentuk endapan berpasir atau
membentuk untaian rambut atau caput medusa (Hapsari,
2017: 1 – 2).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan menjadi faktor fisik
dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi temperatur, pH, tekanan osmotik, dan
cahaya. Faktor kimia meliputi karbon, oksigen, mikroelemen atau unsur kelumit
(trace element), dan faktor-faktor pertumbuhan organik termasuk nutrisi yang
terdapat dalam media pertumbuhan (Pratiwi,
2008: 18).
Media alami bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan media alami
tauge (Vigna radiate) dapat digunakan
sebagai media alternatif untuk pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Pertumbuhan jumlah koloni Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus pada
media alami bengkuang (Pachyrrhizus
erosus) lebih banyak dari pada pertumbuhan jumlah koloni Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada media alami
tauge (Vigna radiate) (Zuriani & Hastuty, SEL Jurnal Penelitian Kesehatan, Vol.
6(1), 2019: 1 – 7).
Sterilisasi adalah suatu
tindakan untuk menghilangkan semua bentuk mahluk hidup berupa mikroorganisme termasuk spora. Hal ini wajib
dilakukan untuk melindungi pasien dan juga para klinisi. Berbagai jenis
alat dan metode telah ditemukan untuk
membersihkan dan mensterilkan instrumen kedokteran
gigi secara seksama, antara lain menggunakan steam pressure atau steam autoclave, bahan-bahan kimia, dan juga dry heat oven (Anderson, dkk., Jurnal Am Soc Microbiol,
Vol. 71, 2007: 653 – 670).
Sterilisasi adalah suatu
cara untuk membebaskan alat ataupun bahan dari segala bentuk kehidupan terutama
mikrooganisme. Dalam praktikum mikrobiologi sterilisasi dapat dilakukan secara
fisik dan kimia, pemilihan cara sterilisasi tergantung pada jenis bahan yang
akan disterilkan ataupun bentuk bahan/sediaan yang akan disterilkan. Jenis
Sterilisasi yang biasa digunakan adalah (Yusmaniar,
2017: 8 – 9) :
a. Sterilisasi
Pemijaran. Cara ini terutama digunakan untuk sterilisasi kawat ose yang terbuat
dari platina ataupun nikrome, dilakukan dengan membakar ose sampai pijar dua
sampai tiga kali.
b. Sterilisasi
Udara Kering (Oven). Oven umumnya digunakan untuk sterilisasi alat-alat gelas
seperti erlemeyer, baker glass, petri dish, dan alat gelas lainnya. Temperatur
yang digunakan 150 – 170 selama minimal 1 jam
tergantung jumlah alat yang disterilkan.
c. Sterilisasi
Uap Bertekanan (Autoklaf). Otoklaf merupakan tehnik sterilisasi yang paling
efisien, karena adanya uap panas akan memperbesar penetrasi uap air ke dalam
sel mikroba dan distribusi panas lebih merata sehingga terjadi koagulasi
protein yang mempercepat kematian mikroba. Umumnya digunakan untuk sterilisasi
media mikrobiologi, kapas, kertas maupun alat gelas tertentu.
d. Sterilisasi
dengan Penyaringan. Mekanisme penyaringan berdasarkan perbedaan ukuran partikel
, penyaring dibuat memiliki pori yang sangat kecil sehingga cukup untuk menahan
bakteri, saringan akan tercemar bakteri sedangkan cairan yang melewatinya bebas
bakteri—steril Bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan seperti serum, darah,
toksin, maupun sediaan farmasi yang tidak tahan pemanasan disterilkan dengan
menggunakan penyaring bakteri seperti:
1) Berkefeld filter digunakan dalam penyaring
bakteri dari tanah diatomae
2) Chamberlain
filter digunakan dalam penyaring bakteri dari porselein.
3) Seitz
filter digunakan dalam penyaring bakteri dari asbes.
4) Fritted
glass filter digunakan dalam penyaring bakteri dari gelas.
Terdapat berbagai
pendapat yang berbeda
mengenai cara terbaik
dalam melakukan sterilisasi
instrumen ortodonti. Beberapa ahli berpendapat bahwa dry heat oven lebih baik
dibandingkan dengan steam autoclave, karena
steam autoclave dapat menyebabkan korosi pada instrumen, sehingga dapat mengurangi efektifitasnya dalam
memotong kawat, dan juga menimbulkan karat pada joint. Berdasarkan hal tersebut,
Vendrell RJ, et al melakukan penelitian untuk membandingkan antara efek steam
autoclave dengan dry heat oven pada
ligature cutting plier, hasil
penelitian ini menunjukkan kedua metode sterilisasi tersebut sama efektifnya dan tidak menimbulkan karat dan korosi,
selama instrumen ortodonti
terbuat dari stainless
steel. Kemudian dalam penelitian yang lain didapatkan juga fakta bahwa steam autoclave merupakan metode sterilisasi yang terbaik dalam sterilisasi instrumen
ortodonti. Hal ini berkaitan dengan beberapa penelitian yang berpendapat bahwa steam autoclave merupakan metode sterilisasi yang banyak dipilih
oleh tenaga kesehatan
karena memberikan hasil yang paling baik dalam menghilangkan segala bentuk mikroorganisme (Tridianti, 2012: 35)
DAFTAR
PUSTAKA
Cappuccino, J.G., dan Sherman, N. 2013. Manual Laboratorium biologi; alih bahasa,
Nur Miftahurrahmah. Jakarta: EGC.
Kuramitsu HK, He X, Lux R, Anderson MH, Shi W. 2007.
Interspecies interactions within oral microbial communities. Am Soc Microbiol.
Vol. 71: 653-670.
Mahatmi, Hapsari. 2017. Modul; Isolasi dan Identifikasi Bakteri. Bali: Universitas Udayana.
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Rizki, Zuraini & Syahnita, Hastuty. 2019. Pemanfaatan
Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan
Tauge (Vigna radiate) Sebagai Media
Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. SEL Jurnal Penelitian Kesehatan. Vol. 6(1):
1 – 7.
Tridianti, Anggia. 2017. Tesis; Efektifitas Berbagai Metode Sterilisasi Molar Band yang
Terkontaminasi Pasca Proses Fitting Band (Uji Hitung Bakteri). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Wheeler and Volk. 1993. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga.
Yusmaniar, dkk. 2017. Bahan Ajar Farmasi; Mikrobiologi dan Farasitologi. Jakarta:
KEMENKES 2017.
0 comments:
Post a Comment