BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi
sel dapat berbentuk katabolisme. Katabolisme merupakan proses pemecahan senyawa
kompleks (organik) menjadi sederhana (anorganik). Energi yang dihasilkan harus
diubah menjadi ATP (Adenosin triphosfat)
sehingga dapat digunakan oleh sel untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia,
pertumbuhan, gerak, transportasi maupun reproduksi. Respirasi sel merupakan
salah satu contoh katabolisme yang bertujuan menghasilkan energi dari proses
penguraian bahan makanan, seperti karbohidrat, asam lemak dan asam amino serta
menghasilkan CO2, H2O dan energi. Semua sel hidup (sel hewan, tumbuhan maupun
mikroba) melakukan respirasi, akan tetapi berbeda dalam kebutuhan oksigennya.
Respirasi yang membutuhkan oksigen untuk memecah molekul organik disebut
respirasi aerob sedangkan respirasi tanpa oksigen disebut respirasi anaerob (Susilowarno, dkk., 2007).
Kebutuhan
oksigen yang digunakan dalam respirasi sel bervariasi di antara beberapa strain
bakteri yang dipengaruhi oleh adanya seperangkat enzim yang dimiliki bakteri.
Pertumbuhan bakteri tergantung pada ketersediaan oksigen pada suatu lingkungan.
Sifat bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen, yaitu (Jeffrey dan Pommerville, 2010) :
1)
Aerob obligat,
hanya menggunakan oksigen sebagai aseptor elektron untuk pembentukan energi
(ATP).
2)
Mikroaerofilik,
mampu bertahan hidup pada lingkungan dengan konsentrasi oksigen yang relatif
rendah.
3)
Anaerob, tidak
membutuhkan oksigen pada proses metabolisme.
4)
Aerotoleran, tidak
menggunakan oksigen untuk hidup tapi tetap bisa hidup dalam lingkungan dengan
oksigen.
5)
Anaerob obligat,
pertumbuhan mikroba terhambat bahkan mati apabila terdapat oksigen. Hal ini
berarti mereka membutuhkan cara lain untuk membentuk ATP. Beberapa jenis
bakteri anaerob menggunakan sulfur pada aktivitas metabolismenya sebagai
pengganti oksigen, dan menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan air (H2O)
sebagai hasil sampingan dari metabolismenya.
6)
Aerob fakultatif
mampu tumbuh baik pada kultur yang mengandung oksigen tapi akan mengubah proses
metabolismenya menjadi metabolisme anaerob ketika oksigen tidak ada.
7)
Kapnofilik,
membutuhkan karbondioksida lebih banyak dibandingkan oksigen.
Bakteri
dalam keadaan tersuspensi akan tumbuh merata di semua bagian media, baik yang
di permukaan, di kolom dan di dasar media. Bakteri yang tumbuh di daerah
permukaan yang terpapar langsung dengan udara akan mudah mendapatkan oksigen
untuk respirasi. Sedangkan bakteri yang tumbuh di daerah kolom media akan
mendapatkan oksigen berupa oksigen terlarut dalam media (Hidayah dan Shovitri, Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 1, 2012: 16-18).
Oksigen
berperan penting agar respirasi sel secara aerob dapat berjalan normal. Molekul
ini memiliki peranan sebagai penerima elektron terakhir pada tahap transpor
elektron. Oksigen akan bereaksi dengan 4 ion H + dan menghasilkan 2 molekul
H2O. Apabila tidak terdapat molekul oksigen yang menangkap elektron dari
sitokrom a (protein kompleks yang terakhir), maka elektron akan tetap berikatan
pada protein tersebut. Hal ini menyebabkan molekul NADH tidak mampu mentransfer
elektronnya dan tetap dalam bentuk tereduksi sehingga tidak dapat melepas
energinya dan tidak dapat kembali lagi ke siklus Krebs. Oleh karena itu, siklus
Krebs akan terhenti dan ATP tidak akan diproduksi lagi (Nugrahani, 2013).
Rhizobia
merupakan bakteri heterotrof yang memperoleh energi dari proses penguraian
bahan makanan, seperti karbohidrat (glukosa), melalui proses respirasi sel.
Umumnya Rhizobia bersifat aerob yang membutuhkan oksigen sebagai aseptor
elektron dalam sintesa adenosin triphosfat (ATP). Namun demikian dalam suatu uji
penggunaan oksigen, isolat Rhizobia menunjukkan adanya variasi dalam penggunaan
oksigen (Ramdani & Retno, Info Teknis EBONI. Vol. 14 (2), 2017:
123 – 136).
Senyawa
H2O2 pada dasarnya dihasilkan pada respirasi aerob dan bersifat racun bagi sel
sehingga dengan bantuan enzim katalase, senyawa ini akan tereduksi menjadi H20
dan O2. Oleh karena itu, ketika preparat bakteri Rhizobia diberikan reagen
H2O2, maka enzim katalase yang dimiliki bakteri akan langsung memecah senyawa
tersebut (Huda, dkk., Maspari Journal, Vol. 4(1), 2012:
69-76).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, N. dan M.
Shovitri. 2012. Adaptasi isolat bakteri aerob penghasil gas hidrogen pada media
limbah organik. Jurnal Sains dan Seni ITS,
Vol. 1: 16-18.
Huda, C., Salni, dan
Melki. 2012. Penapisan aktivitas antibakteri dari bakteri yang berasosiasi
dengan Karang Lunak Sarcophyton sp. Maspari
Journal, 4 (1): 69-76.
Jeffrey, C. dan J. C.
Pommerville. 2010. Microbial Growth and
Nutrition (Chapter 5). Sudbury MA: Jones & Bartlett Learning Publisher.
Nugrahani, W. 2013. Tesis; Konsumsi minuman oksigen dan
dampaknya terhadap performa saat berolahraga, profil lipid, glukosa darah dan
SGOT/SGPT. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sari, Ramdani &
Prayudyaningsih, Retno. 2017. Karakter Isolat Rhizobia dari Tanah Bekas Tambang
Nikel dalam Memanfaatkan Oksigen untuk Proses Metabolismenya. Jurnal Info Teknis EBONI. Vol. 14 (2):
123 – 136.
Susilowarno, R. G.,
Hartono, R. S., Mulyadi, Mutiarsih, E., Murtiningsih, dan Umiyati. 2007. BIOLOGI. Jakarta: Grasindo.
0 comments:
Post a Comment