Saturday, 6 March 2021

L. Edwin Arwana: Makalah Ruang Lingkup dan Perkembangan Konsep-Konsep Ekologi

 

Makalah Ekologi Hewan

 

 

“RUANG LINGKUP DAN PERKEMBANGAN KONSEP-KONSEP EKOLOGI”

 




 

 

 

JURUSAN PROGRAM STUDI IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2021




KATA PENGANTAR

 

Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang karena limpahan nikmat serta hidayah-Nya kepada kita semua terlebih penyusun sehingga akhirnya Makalah Ekologi Hewan ini dapat terselesaikan. Kedua kalinya sholawat serta salam kepada Nabi kita tercinta Muhammad shallallah alaihi wasallam yang dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat merasakan manisnya Islam.

Makalah Ekologi Hewan ini telah kami susun semaksimal mungkin, dan kami haturkan banyak terima kasih kepada para dosen, terutama untuk dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan bapak Dr. M. Harja Efendi, M. Pd. serta pihak-pihak terkait dan rekan-rekan sekalian atas segala bimbingan dan pengajaran serta bantuannya sehingga dapat lebih mempermudah dalam penyusunannya. Kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna mempermudah kami dalam menyempurnakan makalah ini.

Penyusun mengharapkan semoga nantinya makalah Ekologi Hewan ini dapat diambil hikmah serta memberikan mamfaat bagi generasi bangsa kedepannya guna menciptakan kemajuan serta kedamaian di negeri kita tercinta Indonesia.

 

 

 

  

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

COVER

KATA PENGANTAR                                                                                  ii

DAFTAR ISI                                                                                                 iii

BAB I PENDAHULUAN                                                                             1

A.        Latar Belakang                                                                            1

B.        Rumusan Masalah                                                                       2

C.        Tujuan                                                                                          2

BAB II PEMBAHASAN                                                                              3

A.       Pengertian Ekologi                                                                      3

B.       Sejarah Perkembangan Ilmu Ekologi                                          3

C.       Ruang Lingkup Ekologi                                                               4

D.       Aspek-aspek ekologi terapan                                                       7

E.        Pengaruh Faktor Biotik dan Abiotik terhadap Perkembangan

Hewan                                                                                          9

F.        Indikator-Indikator Ekologi                                                         11

BAB III PENUTUP                                                                                      13

A.       Kesimpulan                                                                                  13       

B.       Saran                                                                                            13

DAFTAR PUSTAKA                                                                                              

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Lingkungan dengan mahluk hidup merupakan salah satu bentuk hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan abiotik. Diantara ilmu yang mengkhususkan untuk mempelajari hubungan antara kedua komponen tersebut secara khusus adalah ekologi hewan. H. Reiter pada tahun 1865, pertama kali mengemukakan istilah “Ekologi” yang berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti pengetahuan tentang sesuatu. Dua akar kata ini menjadi fokus yang mendasar bahwa Ekologi sebagai bagian dari ilmu Biologi berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Alam lainnya. Ekologi menjadi ilmu pengetahuan yang dapat memahami bagaimana alam itu terorganisasi dan berfungsi.

Mengingat konsep pengelolaan lingkungan hidup bersifat antroposentris yang berarti perhatian utama dalam pengelolaan lingkungan hidup lebih mengarah kepada kepentingan dan keuntungan yang didapatkan oleh manusia. Oleh karenanya keberlangsungan dari kehidupan organisme lain serta habitatnya menjadi sangatlah rentan mengalami kerusakan yang dapat berujung pada kepunuhan suatu spesies. Itulah mengapa kesadaran akan pentingnya pengetahuan terkait kedua unsur yang membangun sistem tatanan kehidupan di muka bumi ini sangatlah penting untuk dipelajari dan pengetahuan tersebut salah satunya dapat dipelajari dalam ilmu ekologi.

 Diharapkan dengan adanya makalah ini, penyusun dapat lebih mengetahui terkait dengan makna ekologi, sejarah perkembangan ilmu ekologi, aspek-aspek ekologi terapan, pengaruh faktor biotik dan abiotik terhadap perkembangan hewan dan indikator ekologi. Kemudian penyusun juga berharap dengan adanya makalah ini, penyusun dapat ikut mengambil andil dalam melaksanakan UUD 1945 mengenai bagaimana caranya agar dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas dan bermartabat. Sehingga nantinya tercipta kondisi negara yang aman, maju dan sejahtera.

B.       Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan ekologi?

2.      Bagaimana sejarah perkembangan ilmu ekologi?

3.      Apa saja ruang lingkup dari ilmu ekologi?

4.      Apa saja aspek-aspek ekologi terapan?

5.      Apa saja pengaruh faktor biotik dan abiotik terhadap perkembangan hewan?

6.      Apa saja indikator-indikator ekologi?

C.      Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari ekologi.

2.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu ekologi.

3.      Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu ekologi.

4.      Untuk mengetahui aspek-aspek ekologi terapan.

5.      Untuk mengetahui pengaruh faktor biotik dan abiotik terhadap perkembangan hewan.

6.      Untuk mengetahui indikator-indikator ekologi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian Ekologi

Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup dalam kasus pertanian adalah tanaman, sedangkan lingkungannya dapat berupa air, tanah, unsur hara,dan lain-lain. Kata ekologi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi semula ekologi artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya”. Umumnya yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya”. Saat ini ekologi lebih dikenal sebagai ”ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi dari alam”. Bahkan ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari rumah tangga makhluk hidup.[1]

B.       Sejarah Perkembangan Ilmu Ekologi

Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel seorang ahli biologi Jerman pada tahun1866. Bebera pakar biologi pada abad ke 18 dan 19 juga telah mempelajari bidang-bidang yang kemudian termasuk dalam ruang lingkup ekologi. Misalnya Anthony van Leeuwenhoek, yang terkenal sebagai pioner penggunaan mikroskop, juga pioner dalam studi mengenai rantai makanan dan regulasi populasi. Bahkan jauh sebelumnya, Hippocrates, Aristoteles, dan para filosuf Yunani telah menulis beberapa materi yang sekarang termasuk dalam bidang ekologi.

Ilmu ekologi pada awalnya merupakan suatu pengetahuan umum dan hanya mempelajari hubungan lingkungan secara individual atas dasar fisiologi. Pada waktu itu para cendekiawan, khususnya dari kalangan ilmu alam, kurang menaruh perhatian pada berbagai ilmu yang sifatnya umum, tetapi orang lebih banyak mengarahkan perkembangan ilmu-ilmu ke arah spesialisasi. Walaupun perhatian orang terhadap ilmu ekologi jika dibandingkan dengan ilmu lain, terutama ekonomi dan politik kurang memadai, namun ekologi terus berkembang.

Pada dasawarsa 1970-an setelah diadakannya konferensi PBB tentang lingkungan hidup “Stockholm” (1972), perhatian cendekiawan, politisi, dan pemerintah dari negara-negara maju dan negara berkembang terhadap permasalahan lingkungan hidup berubah, termasuk dalam dunia ilmu pengetahuan dan penelitian lingkungan. Salah satu resolusi yang dihasilkan oleh konferensi Stockholm adalah didirikannya badan khusus dalam PBB yang memperoleh tugas untuk mengurus permasalahan lingkungan. Nama badan itu ialah UNEP (United Nations Environmental Program) yang berkedudukan di Nairobi (Kenya). Pada setiap tanggal 5 Juni (hari pembukaan konferensi di Stockholm) oleh banyak negara, termasuk di Indonesia dijadikansebagai hari lingkungan hidupuntuk memperingatkan dunia atas bahaya yang terus-menerus mengancam lingkungan hidup kita. Hal tersebut merupakan wujud dari perkembangan ilmu ekologi.

Hingga beberapa tahun, dinamika populasi dan ekologi komunitas menjadi perhatian besar bagi para pakarekologi. Dengan adanya perhatian yang besar terhadap berbagai faktor fisik lingkungan, kemudian timbul beberapa cabang ilmu ekologi seperti ekoklimatologi, fisioekologi, dan ekoenergetika.

C.      Ruang Lingkup Ekologi

Ruang lingkup ilmu pengetahuan merupakan batasan yang dimiliki oleh masing-masing bidang ilmu pengetahuan, hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan batas wilayah kerja dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Secara ringkas, ruang lingkup ekologi dapat digambarkan melalui spektrum biologi berikut, yang dimana ruang lingkup ekologi meliputi organisme, populasi, komunitas, ekosistem hingga biosfer. Berikut merupakan bagan dari spectrum biologinya[2]:

1.      Makromolekul merupakan bisa didefinisikan sebagai suatu molekul besar yang terdiri dari monomer-monomer (molekul tunggal). Makromolekul ini cukup memberi peranan dalam kehidupan manusia, yakni dalam struktur sel makhluk hidup hingga pada pembuatan plastik.

2.      Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang kompleks, seperti lemak, protein, dan karbohidrat.

3.      Sel adalah satuan dasar suatu organisme yangterdiri atas protoplasma dan inti yang terkandung dalam membran. Membran merupakan komponen yang menjadi pemisah dari satuan dasar lainnya.

4.      Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya jaringan otot.

5.      Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, dan daun atau akar pada tumbuhan.

6.      Sistem organ adalah kerja samaantara struktur dan fungsi yang harmonis, seperti kerja samaantara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara hidung dengan tangan.

7.      Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup.

8.      Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak pada suatu daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng di Ujung Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di Jawa Barat.

9.      Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis organisme yang menempati suatu daerah tertentu. Di daerah tersebut setiap populasi berinteraksi satu dengan lainnya. Misalnya populasi rusa berinteraksi dengan populasi harimau di Pulau Sumatra atau populasi ikan mas berinteraksi dengan populasi ikan mujair.

10.  Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleksantara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang hidup maupun tak hidup (tanah, air, udara,atau kimia fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi.

11.  Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer kira-kira 9.000 m di atas permukaan bumi, beberapa meter di bawah

Studi ekologi tumbuhan dan hewan dikelompokkan menjadi dua, yaitu autekologi dan sinekologi. Autekologi merupakan studi hubungan timbal balik suatu jenis organisme dengan lingkungannya yang pada umumnya bersifat eksperimental dan induktif. Sinekologi merupakan studi dari kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang lebih bersifat filosofis, deduktif, dan umumnya deskriptif. Contoh studi autekologi adalah ekologi tikus yang diberi perlakuan tertentu, misalnya sebagian ruang geraknya terbatas, sebagian yang lain ruang geraknya bebas, lalu diukur perkembangan otaknya setelah waktu tertentu dan dibandingkan satu sama lain. Contoh studi sinekologi adalah ekologi hutan hujan tropisyang mengkaji berbagai jenis tumbuhan yang ada, populasi masing-masing jenis, kerapatan persatuan luas, fungsi berbagai tumbuhan yang ada, kondisi hutan atau tingkat kerusakan, hubungannya dengan tanah, air, atau komponen fisik lainnya. Mengacu kedua contoh tersebut, jelas kedua pendekatan sangat berbeda.[3]

Pada perkembangannya autekologi telah mempelajari berbagai jenis hewan maupun tumbuhan. Demikian pula sinekologi yang kemudian dapat dibedakan lagi, antara lain menjadi ekologi perairan tawar, ekologi daratan (terestrial), dan ekologi lautan. Sinekologi juga telah berkembang ke berbagai ekosistem yang ada di permukaan bumi. Perkembangan ekologi jelas sangat diharapkan dalam dunia ilmu pengetahuan terutama dalam menunjang pembangunan.

Disamping pengelompokan tersebut, ada pengamat lingkungan yang membuat kajian ekologi menurut habitat atau tempat suatu jenis atau kelompok jenis tertentu. Oleh karena itu ada istilah ekologi bahari atau kelautan, ekologi perairan tawar, ekologi darat atau terestrial, ekologi estuaria (muara sungai ke laut), ekologi padang rumput,dan lain-lain. Pengelompokan yang lain adalah menurut taksonomi, yaitu sesuai dengan sistematika makhluk hidup, misalnya ekologi tumbuhan, ekologi hewan (ekologi serangga, ekologi burung, ekologi kerbau, dan lain sebagainya), serta ekologi mikroba atau jasad renik.

D.      Aspek-Aspek Ekologi Terapan

Ilmu lingkungan adalah ekologi terapan. Ilmu lingkungan ini mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara jasad hidup (termasuk manusia) dengan dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan juga dimaknai sebagai suatu studi (kajian) yang sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan manusia yang layak di dalamnya. Perbedaan utama “ilmu lingkungan” dan “ekologi” adalah dengan adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam. Misi tersebut adalah untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan hidupnya secara menyeluruh.

Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu (terutama ekologi, ilmulainnya: biologi, biokimia, hidrologi, oceanografi, meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi, ekonomi dan sebagainya), yang bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang menyangkut hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan merupakan penjabaran atau terapan dari ”ekologi”.[4]

Terdapat 14 prinsip dalam ilmu lingkungan, berikut diantaranya[5]:

1.      Semua energi yang masuk ke dalam tubuh organisme, populasi, atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau yang terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi tidak mungkin hilang, atau dihancurkan, atau diciptakan.

2.      Tidak ada system konversi energi yang sepenuhnya efisien.

3.      Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman adalah kategori-kategori sumberdaya.

4.      Untuk semua kategori sumberdaya, apabila ketersediaannya cukup banyak, maka pengaruh penambahan satu unit akan menurun sejalan dengan peningkatan sumberdaya tersebut sampai suatu batas maksimum. Melampoui batas maksimum ini, tidak akan ada pengaruh yang menguntungkan. Untuk semua kategori sumberdaya, kecuali waktu dan keanekaragaman, kenaikan di atas batas maksimum akan merugikan karena adanya pengaruh keracunan. Ini merupakan pengaruh penjenuhan, atau prinsip pengosongan. Dalam banyak gejala akan terjadi peningkatan peluang untuk terjadi kerusakan sistem justru pada tingkat maksimum ketersediaan sumberdaya.

5.      Ada dua tipe sumberdaya yang berbeda secara mendasar yaitu sumberdaya yang peningkatan ketersediaannya akan memacu penggunaan selanjutnya, dan sumberdaya yang tidak mempunyai daya pemacu seperti tersebut.

6.      Individu-individu atau species-species yang memiliki jumlah keturunan yang lebih besar dibanding dengan saingannya, cenderung akan menggantikan saingannya.

7.      Keanekaragaman yang mantab dari komunitas-komunitas akan lebih tinggi pada lingkungan yang dapat diramalkan.

8.      Apakah suatu habitat menjadi jenuh oleh keanekaragaman species dalam taxon tertentu, bergantung kepada bagaimana nisia dipisahkan dalam taxon tersebut.

9.      Keanekaragaman komunitas apa pun sebanding dengan biomassa dibagi dengan produktivitasnya.

10.  Perbandingan biomassa terhadap produktivitas akan menaik sepanjang waktu dalam lingkungan fisik yang stabil, sampai tercapai suatu bentuk asimtot.

11.  Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengeksploitasi sistem yang belum mantap.

12.  Kesempurnaan daya adaptasi tiap sifat atau atribut bergantung kepada nilai penting relatif dari suatu lingkungan tertentu.

13.  Lingkungan yang secara fisik stabil memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologik di dalam ekosistem yang mantap, yang menggalakkan kestabilan populasi.

14.  Derajat pola keteraturan fluktuasi populasi bergantung kepada jumlah keturunan dari populasi sebelumnya yang berpengaruh pada populasi tersebut.

E.       Pengaruh Faktor Biotik dan Abiotik terhadap Perkembangan Hewan

Faktor biotik merupakan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Faktor biotik ini juga saling mempengaruhi distribusi spesies lain. Dengan adanya predasi, parasitisme, kompetisi, dan penyakit mengakibatkan adanya batasan distribusi spesies lain. Cotoh umum faktor biotik yang membatasi distribusi spesies lain yaitu organisme yang memakan dapat membatasi ditribusi organisme yang dimakan.

Faktor abiotik suatu ekosistem merupakan keadaan fisik dan kimia yang menyertai kehidupan organisme sebagai medium dan substrat kehidupan. Komponen ini terdiri dari segala sesuatu tak hidup dan secara langsung terkait pada keberadaan organisme, antara lain sebagai berikut:

1.      Suhu

Suhu lingkungan merupakan faktor yang penting dalam distribusi organisme karena efeknya terhadap proses biologis. Sel-sel mungkin pecah jika air yang dikandung membeku (pada suhu di bawah 0 ), dan protein-protein kebanyakan organisme terdenaturasi pada suhu di atas 45). Selain itu, hanya sedikit organisme yang dapat mempetahankan metabolisme aktif pada suhu rendah atau amat tinggi.

2.      Air

Variasi drastis dalam ketersediaan air di antara habitat-habitat yang berbeda merupakan sebuah faktor penting lain dalam distribusi spesies. Spesies yang mampu beradaptasi dalam keadaan kekurangan air misalnya organisme gurun. Organisme gurun akan melakukan berbagai adaptasi untuk memperoleh dan mengonservasi air di lingkungan kering.

3.      Salinitas

Kadar garam air di lingkungan mempengaruhi keseimbangan air organisme melalui osmosis. Kebanyakan organisme akuatik hidup terbatas di air tawar atau di air asin karena memiliki kemampuan terbatas untuk melakukan osmoregulasi.

4.      Sinar Matahari

Sinar matahari yang diserap organisme-organisme fotosintetik menyediakan energi yang menjadi pendorong kebanyakan ekosistem, dan sinar matahari yang terlalu sedikit dapat membatasi distribusi spesies fotosintetik. Di hutan, naungan oleh dedaunan di pucuk pohon menjadikan kompetisi memperebutkan sinar sangat ketat, terutama untuk semaian yang tumbuh di lantai hutan. Terlalu banyak sinar juga dapat membatasi kesintasan organisme. Atmosfer lebih sedikit di tempat yang lebih tinggi, sehingga lebih sedikit menyerap radiasi ultraviolet, sehingga sinar matahari lebih mungkin merusak DNA dan protein di lingkungan.

5.      Bebatuan dan Tanah

PH, komposis mineral, dan struktur fisik bebatuan dan tanah membatasi distribusi tumbuhan, dan berarti juga distribusi hewan pemakan tumbuhan. Hal-hal tersebut turun berperan menciptakan ketidak seragaman di ekosistem darat.

6.      Iklim

Komponen-komponen iklim yaitu suhu, curah hujan, sinar matahari, dan angin. Faktor-faktor iklim, terutama suhu dan ketersediaan air, memilki pengaruh besar pada distribusi organsme darat.

F.       Indikator Ekologi

Struktur ekosistem menurut Odum (1983), terdiri dari beberapa indikator yang menunjukan keadaan dari system ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Beberapa penyusun struktur ekosistem antara lain adalah densitas (kerapatan), biomasa, materi, energi, dan faktor-faktor fisika kimia lain yang mencirikan keadaan system tersebut. Fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam system.

Suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu daerah tersebut. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi).[6] Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan indikator biologi adalah:

1.      Umumnya organisme steno, yang merupakan indikator yang lebih baik daripada organisme euri. Jenis tanaman indikator ini sering bukan merupakan organisme yang terbanyak dalam suatu komunitas.

2.      Spesies atau jenis yang besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik daripada spesies yang kecil, karena spesies dengan anggota organisme yang besar mempunyai biomassa yang besar pada umumnya lebih stabil. Juga karena turnover rate organisme kecil sekarang yang ada/hidup mungkin besok sudah tidak ada/mati. Oleh karena itu, tidak ada spesies algae yang dipakai sebagai indikator ekologi.

3.      Sebelum yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan digunakan sebagai indikator, seharusnya kelimpahannya di alam telah diketahui terlebih dahulu.

4.      Semakin banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas sering kali menjadi faktor yang semakin baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu spesies.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari terkait dengan hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungannya. Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel seorang ahli biologi Jerman pada tahun1866. Ruang lingkup ilmu ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem dan biosfer.

Studi ekologi tumbuhan dan hewan dikelompokkan menjadi dua, yaitu autekologi dan sinekologi. Autekologi merupakan studi hubungan timbal balik suatu jenis organisme dengan lingkungannya yang pada umumnya bersifat eksperimental dan induktif. Sinekologi merupakan studi dari kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang lebih bersifat filosofis, deduktif, dan umumnya deskriptif.

Ekologi terapan juga disebut sebagai ilmu lingkungan. Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang menyangkut hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Terdapat 14 asas-asas dalam ilmu lingkungan, diantaranya adalah asas  yang mengatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman adalah kategori-kategori sumberdaya (asas ketiga) serta masih banyak lagi asas-asas yang lainnya.

B.       Saran

Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hermawan, Surya, dkk. 2020. Ilmu Lingkungan; Bermetode Learning Service. Yogyakarta: PT Kanisius.

Jayadi, M., Edi. 2016. Pengantar Ilmu Lingkungan. Mataram: UIN Mataram.

Latuconsina, Husain. 2020. Ekologi Ikan Perairan Tropis; Biodiversitas, Adaptasi, Ancaman dan Pengelolaannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Setiadi, Dede. 2015. Pengantar Ilmu Lingkungan. Bogor: IPB Press.

Tuwo, Ambon & Dietriech. 2019. Ekologi perairan Tropis; Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Daya Hayati Perairan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Warno, Suyud, dkk. 2012. Modul 1; Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem. Yogyakarta: Universitas Terbuka.



[1] Surya Hermawan, dkk. Ilmu Lingkungan; Bermetode Learning Service, Yogyakarta: PT Kanisius, 2020, hlm. 6

[2] Dr. Suyud Warno, dkk. Modul1; Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem, Yogyakarta: Universitas Terbuka, 2012, hlm. 4

[3] Prof. Ambon Tuwo & Prof. Dietriech, Ekologi perairan Tropis; Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Daya Hayati Perairan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2019, hlm. 10

[4] Dede Setiadi, Pengantar Ilmu Lingkungan, Bogor: IPB Press, 2015, hlm. 2

[5] Edi M. Jayadi, Pengantar Ilmu Lingkungan, Mataram: UIN Mataram, 2016, hlm. 11-24

[6] Husain Latuconsina, Ekologi Ikan Perairan Tropis; Biodiversitas, Adaptasi, Ancaman dan Pengelolaannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2020, hlm. 166

3 comments: