Indonesia dalam Bahaya Adiksi Penggunaan Gadget
Oleh: Lalu Edwin Arwana
Gadget meupakan jenis
smartphone, yang dulunya cenderung hanya dimiliki oleh kalangan kelas menengah
ke atas, dalam perkembangannya kini mulai dapat dimiliki oleh hampir semua kalangan.
Harganya yang sudah mulai terjangkau dan teknologinya yang mudah dipelajari
serta digunakan, membuat gadget jenis smartphone bisa dimiliki oleh semua
lapisan masyarakat baik dari kategori usia maupun kelas ekonomi. Dalam
penggunaannya yang masif untuk aneka keperluan, gadget jenis smartphone bukan
lagi sekedar alat untuk berkomunikasi atau fasilitas yang memudahkan pekerjaan,
namun saat ini berkembang menjadi penciri gaya hidup, trend, dan bahkan
penunjang utama penampilan semua kalangan.
(Gambar 1.1.
Penunggunaan gadget oleh masyarakat)
Kehadiran
teknologi gadget jenis smartphone di satu sisi tentu mendatangkan berbagai
manfaat positif seperti membantu kelancaran pekerjaan, memudahkan komunikasi
dan sebagainya. Akan tetapi, tidak dapat disangkal juga bahwa penggunaan
teknologi ini di sisi lain, banyak berdampak negatif khususnya bagi remaja.
Dengan berbagai fitur yang kian canggih, pemakaian smartphone semakin tak
terkendali. Smartphone tidak hanya dipakai untuk kepentingan komunikasi tetapi
juga memberi akses bagi anak-anak dan remaja pada web page yang mungkin saja
berdampak negatif bagi perkembangan remaja seperti situs-situs porno, video
kekerasan, kampanye bernuansa SARA atau game tak mendidik yang hanya banyak
menyita waktu remaja dan anak-anak.
Lebih jauh,
pemanfaatan smartphone juga berdampak pada relasi interpersonal, sosial, dan
kesehatan penggunanya. Aplikasi media sosial seperti facebook, twitter,
instagram, whatsApp, memang membantu setiap orang untuk menjali relasi atau komunikasi
dengan orang lain dengan menerobos batas ruang dan waktu. Dalam hal ini,
smartphone mempunyai nilai positif bagi relasi individu dengan orang lain. Akan
tetapi, sering kali penggunaan smartphone yang berlebihan justru menyebabkan
seseorang menarik diri dari kehidupan sosial dan relasi antarpribadi. Karena
perhatian yang selalu tertuju pada smartphone, seseorang tidak menyadari orang
lain di hadapannya atau tidak peduli dengan kehadiran orang lain di hadapannya.
Kualitas komunikasi lisan mengalami kemerosotan karena tidak disertai dengan
perhatian yang intensif kepada mitra bicara. Jadi jelas bahwa penggunaan gadget
berdampak pada menurunnya kualitas interaksi sosial pengguna.
Penelitian dari
Neurosains di Jepang, yang memindai 290 otak anak usia 5-18 tahun yang menonton
TV atau memakai gadget. Dari rata-rata 2 jam sehari. Ternyata semakin lama
memakai gadget, bagian kelabu di otak bagian depan semakin bertambah banyak.
Ternyata hal tersebut mempengaruhi IQ anak. Dan IQ anak menjadi lebih rendah.
(Gambar 1.2.
Kerusakan otak karena radiasi gadget)
Nomophobia, yaitu
ketakutan yang muncul karena seseorang harus berpisah dengan smartphone mereka.
Ketakutan-ketakutan tersebut muncul karena sifat candu yang dirasakan oleh para
murid. Kecemasan-kecemasan muncul jika mereka kehilangan smartphone, kehabisan
baterai atau tidak ada sinyal yang berdampak kepada proses belajar mereka. Sebuah
penelitian menyebutkan 58% dari laki-laki dan 47% dari perempuan menderita
nomophobia dan 9% diantaranya merasa tertekan jika smartphone mereka mati.
0 comments:
Post a Comment